02

23.7K 892 40
                                    








Tin!

Suara klakson mobil terdengar di halaman rumah, Nayiya turun dari mobil melihat pintu rumah terbuka.

"Abang!" Panggil gadis itu berlari memeluk Bara yang membukakan pintu.

Alfarel tersenyum melihat kelakuan istri kecilnya itu kemudian beralih membuka bagasi mobil dengan menenteng tas, koper dan beberapa oleh-oleh ia mendekati kakak beradik yang masih berpelukan.

"Ayah mana?"

"Lagi istirahat, Adek ke sini gak bilang-bilang nanti dimarahin Ayah."

"Khawatir sama Ayah, pokoknya Ayi mau liat Ayah sembuh dulu."

"Ngeyel banget, masuk." Bara mempersilahkan keduanya masuk.

"Lo gak mau nyapa gue? Kakak ipar," ucap Alfarel basa-basi.

"Gak usah sok akrab," balas Bara mengambil bingkisan ditangan Alfarel berniat membantu iparnya ini.

Ketiganya memasukki rumah tak lupa Bara kembali menutup pintu dan berjalan ke dapur.

"Nanti aja deh nunggu Ayah bangun, oh iya Bang itu Ayi bawain buah sama martabak." Tatapannya beralih pada Alfarel, "Kak tasnya langsung ke kamar aja." Nayiya berjalan menuju kamarnya dan disusul Alfarel.

Begitu memasukki kamar, ia segera membuka tirai dan jendela begitu dibuka sinar matahari langsung masuk disusul angin laut menerpa keduanya.

"Uwaa, kayak biasa cantik banget," gumamnya merasaka angin masuk ke dalam kamar.

"Tiap hari ini yang kamu liat? Pantes aja cantik terus bisa healing tiap hari," kini Alfarel berbicara dengan tubuh memeluk istrinya dari belakang.

"Hehe, Kakak mau ganti bajukan? Aku siapin dulu."

Melepaskan tubuh dari pelukkan Alfarel dan berjalan untuk membuka koper yang mereka bawa tadi, sepertinya Alfarel membutuhkan baju tipis karna cuaca disini cukup panas lantas ia memilihkan baju kaos dan celana pendek untuk suaminya.

"Kaos yang item atau putih ya? Putih aja deh biar gantengnya terpancar."

Alfarel sudah membuka baju dan celana jeans menyisakan tubuhnya bertelanjang dada hanya mengenakan boxer pendek.

"Kak ini?" Saat akan memberikan pakaian tak sengaja ia melihat bekas luka diperut Alfarel sudah pasti ini luka tusukan saat itu.

"Iya, udah gak apa-apa. Bekas jaitannya gak bisa ilang sempurna."

Dengan jemarinya Nayiya mengusap bekas luka itu, perasaan sedih tiba-tiba menyelimuti namun segera ia menepisnya tidak ingin terlalut lagi dengan mengingat masa lalu.

"Mikirin apa? Mending ganti baju, kita keluar sayang." Segera Alfarel memakai bajunya agar pandangan Nayiya tidak lagi menatap bekas luka itu.

"Kakak duluan aja nanti aku nyusul," balasnya.

"Iya sayang." Sebelum keluar Alfarel sempat mengecup rambut istrinya kemudian keluar dari kamar.

Tidak perlu difikirkan lagi semuanya sudah lewat dan terselesaikan, pelahan keadaan mulai membaik kembali seperti semula. Nayiya berusaha menetralkan perasaannya, memikirkan hal-hal positif agar ingatan masa lalunya tidak muncul.

"Tenang, jangan panik. Oke! lebih baik ganti baju terus cari kesibukkan," gumamnya.





"Alfa?"

"Ayah, gimana keadaannya?"

Alfarel mencium tangan Ayah mertuanya tengah duduk di sofa.

"Baik, pengantin baru kok malah ke sini. Harusnya liburan terus Ayinya mana?"

NAYIYALFAREL 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang