53 - Panggilan sekolah

16.5K 662 32
                                    



"Abang, susunya diminum."

"Gak mau."

"Kenapa? Mama sudah buatkan untuk Gazan."

"Abangkan sudah bilang sama Mama tidak mau minum susu lagi, Abang udah gede bukan anak kecil," tolak Gazan menyelesaikan sarapan kemudian memilih minum air mineral.

"Siapa yang bilang begitu?" Tanya Alfarel memperhatikan Gazan.

"Farzan, katanya susu cuman buat anak kecil."

"Buat adek aja susu abang!"

"Ambil aja."

"Susu ini sama kayak makan buah, sayur banyak vitamin dan gizinya itu berguna buat Abang biar selalu sehat. Bukan cuman buat anak kecil, susu Abang aja beda sama susu punya Adek. Jadi diminum ya?"

"Tapi Mama?"

"Minum Gazan, Papa saja minum susu."

"Abang gak pernah liat Papa minum susu?"

"Papa minumnya malam hari, dikasih Mama."

Nayiya memicingkan mata pada Alfarel, lincah sekali mulut lelaki ini mengatakan hal seperti itu untunglah pemahaman Gazan berbeda.

"Oh jadi untuk orang tua juga beda ya Mama susunya?"

"Iya beda sayang, susu Adek, Abang dan Papa semuanya beda."

"Oke, Abang minum susunya!"

"Pinter! Adek juga diminum ya? Bekalnya udah Mama masukkin ke dalam tas." Nayiya mengusap kepala Gazan lalu membenarkan seragam milik Araz dan Ariz, kedua anak itu sangat anteng jika makan sekarang.

Araz dan Ariz juga sudah memasuki sekolah, Gazan berada di kelas 4 sekolah dasar sementara Araz dan Ariz menduduki kelas 3 jarak pendidikan mereka satu tahun walaupun jarak umur sekitar 2 tahun 6 bulan.

Si kembar dimasukkan ke sekolah lebih cepat karna sudah tidak sabar sekolah seperti abangnya.

"Mama, Mama?"

"Kenapa Ariz?"

"Nanti Adek, olahraga main bola kata ibu guru nanti mau ada lomba!"

"Oh iya lomba main bola?"

"Lombanya banyak yakan Araz?"

"Iya Mama, tapi Araz sama Ariz ikut lomba main bola," jawab Araz.

"Lomba sama kelas Abang?" Alfarel menanggapi.

"Papa betulll!" Teriak Ariz sampai mengacungkan jempol kepada Papanya.

"Pasti nanti kalah, adek jangan nangis," ucap Gazan angkuh.

"Gazan kok bilang begitu sama Adeknya?"

"Kan bener Mama, Adek masih kecil kalau Abang gede pasti nanti kelas Abang yang menang."

"Kalo Abang kalah! Abang jangan nangis!"

"Enggak! Abang gak pernah nangis!"

"Sudah, sudah. Kalian gelut terus Papa gundulin nanti. Ayo berangkat sekarang," ucap Alfarel menengahi, ia langsung berdiri dari duduknya lebih dulu menuju mobil.

Nayiya memastikan tas keperluan anaknya sudah lengkap dan tidak ada yang tertinggal, ia mengantar sampai ke depan rumah.

Gazan duduk di samping kemudi sementara si kembar duduk di belakang. Alfarel masih tetap mengantar anak-anak saat pergi sekolah jika pulang supir yang akan menjemput mereka.

"Hati-hati loh dijalannya," ucap Nayiya menyalami tangan suaminya.

"Iya sayang, kamu jangan kebanyakkan kegiatan ya? Inget kata dokter kemarin biar bayi kita sehat." Alfarel mengusap perut istrinya.

NAYIYALFAREL 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang