12.Rencana Kabur

489 22 0
                                    

Setelah aksi Kay tadi subuh, kini hampir semua Santri wati membicarakannya, bahkan sampai terdengar di telinga santri wan. Membuat Kay malu setengah mati.

"Kamu sih pake acara ketiduran segala, jadi trending topik kan," kata Ayu.

"Namanya juga gak sengaja," sahut Kay.

"Lain kali jangan kayak gitu lagi," nasehat Lili.

"Iya," sahut Kay patuh.

Kini mereka bertiga sedang berjalan menuju asrama putri untuk bersiap-siap masuk kelas setelah pulang dari masjid selepas sholat subuh dan mengaji.

"Gue gak akan semudah itu untuk nyerah, gue harus cari cara buat bisa kabur lagi,"batin Kay dan tersenyum licik.

"Kalian duluan aja, gue mau ke Ndalem dulu," kata Kay dan menghentikan langkahnya.

Ayu dan Lili pun ikut berhenti dan menatap Kay.

"Ngapain?" Tanya Ayu.

"Gak usah kepo, nih gue nitip sajadah sama mukena," kata Kay dan menyerahkan perlengkapan sholatnya pada Ayu.

"thank you," kata Kay dan berlari dari sana.

Saat ini Kay tengah berada di semak-semak dekat pagar keluar pesantren sambil mengamati sekitar.

"Gimana caranya supaya santri yang lagi jaga itu pergi ya," gumam Kay.

"Gue harus ngalihin perhatian mereka, tapi gimana caranya" sambung Kay.

Pandangan Kay tertuju pada seonggok batu didekatnya, sebuah ide pun muncul.

Buk

Kay melempar batu itu ke arah semak-semak yang lumayan agak jauh dari 3 santri wan itu.

"Eh apa tuh," kata salah satu santri.

"Iya gue juga denger," sahut temannya.

"Cek yuk!, takutnya ada maling," ajak santri ketiga.

"Ayo,"sahut keduanya.

Saat melihat ketiga santri wan itu mulai menjauh Kay pun mulai merangkak pelan menuju pagar.

Dirasa sudah aman, Kay langsung berlari ke arah pagar.

Padahal tinggal beberapa langkah lagi dia bisa keluar tapi tiba-tiba ada yang menarik jilbapnya.

"ehh," kata Kay sambil memegangi jilbapnya karena takut terlepas.

"Dikittt lagi,"batin Kay.

"Mau kemana?" Tanya Adam.

"Gak kemana-mana kok," jawab Kay pelan.

"Ayok ikut saya," kata Adam dan melepaskan jilbap Kay lalu berjalan lebih dulu.

"Iya," jawab Kay ketus plus pasrah lalu mengikuti langkah Adam.

"Gara-gara nih orang gue gagal kabur lagi, awas aja gue bakal bikin perhitungan,"batin Kay kesal.

_____🖋

Ini adalah hari ke-3 Kay dipesantren dan saat ini tepatnya selepas Ashar Kay sedang duduk ditaman menikmati udara sejuk, dan meratapi nasibnya nanti.

"Gue harus bikin rencana lagi,"batin Kay.

"Kay kan?" Tanya seorang santri Wati yang melihat kejadian saat Kay menabrak pohon mangga tempo hari, dia Ajeng.

"Iya, ada apa?" Tanya Kay.

"Kamu disuruh Nyai ke Ndalem, ada telpon dari orang tua kamu," kata Ajeng.

Sontak Kay tersenyum dan bangkit dari duduknya.

"Makasih," ucap Kay dan berlalu pergi.

_____🖋

"Assalamu'alaikum," salam Kay nyaring didepan pintu Ndalem.

"ASSALAMU'ALAIKUM,"salam Kay lebih keras, namun masih tidak ada jawaban.

"Katanya gue disuruh ke sini tapi mana?, kayak ngak ada orangnya ni rumah!" Gumam Kay sambil celingak-celinguk di jendela samping pintu.

"Coba masuk aja deh siapa tau Ustadzahnya gak denger salam gue," monolog Kay dan membuka pintu.

Ceklek

"Eh ngak dikunci, berarti emang gak denger nih Ustadzahnya," monolog Kay lagi lalu masuk.

"Yuhuuu ada orang gak?" Kata Kay agak keras sambil terus melangkah masuk seraya celingak-celinguk.

"Eh kayak denger suara orang ngaji," kata Kay menajamkan pendengarannya.

"Ini pasti Si kulkas nih yang ngaji, tanya dia aja kali yak!" Kata Kay dan langsung menuju sumber suara.

Sampailah Kay didepan pintu bercat hitam yang terbuka sedikit, untung kamarnya dilantai bawah jadi Kay tidak perlu menaiki tangga.

"Tunggu dia selesai aja deh, gak enak gue ganggu orang ngaji," batin Kay lalu duduk lesehan serta menyender pada pintu dan memejamkan mata sambil menunggu.

Tidak beberapa lama akhir Adam selesai mengaji, lalu meletakkan Al-qur'an nya di nakas samping tempat tidur.

"Minum dulu saja kedapur," batin Adam dan membuka pintu.

Bukkk

"Astagfirullah," kaget Adam

"Kodok kodok," latah Kay serentak dengan adam.

"Kamu ngapain didepan pintu kamar saya?" Tanya Adam penuh curiga.

"Yeeeeh jangan mikir yang enggak-enggak, gue tuh cuma pengen nanya sama lo di mana Nyai, soalnya ada santri yang bilang kalau Nyai cari gue karna ada telpon dari bonyok," jelas Kay panjang lebar seraya berdiri.

Dan Adam pun keluar dari kamar lalu menutup pintu.

"Bonyok?" Tanya Adam bingung.

"Enggak gaul lo, bonyok itu singkatan dari bokap dan nyokan artinya bapak sama emak gitu," jelas Kay.

"Owh gitu," sahut Adam.

"Jadi dimana Nyai?" Tanya Kay lagi.

"Mungkin sedang di atas, sebentar saya panggilkan, kamu tunggu aja dulu," jawab Adam

Kay langsung kembali duduk lesehan di lantai.

"Kamu kenapa malah duduk lesehan lagi disini?" Tanya Adam.

"Lah katanya tadi disuruh nunggu, ya ini gue nunggu kalau berdiri nanti pegel-pegel nih kaki gue," sahut Kay.

"Terserah kamu saja," kata Adam tak ambil pising lalu pergi.

Setelah beberapa saat Adam dan Nyai Roro pun menghampiri Kay yang masih duduk lesehan didepan pintu kamarnya.

"Mana telponnya Nyai?" Tanya Kay antusias sambil berdiri.

"sambungan telponnya sudah dimatikan karena tiba-tiba ayah kamu ada urusan mendadak," jawab Nyai Roro

"Yah percuma dong kesini," kata Kay cemberut.

"Umi aku mau ke dapur dulu, Assalamu'alaikum," kata Adam.

"Iya, wa'alaikumsalam," jawab Nyai Roro, Adam pun pergi kedapur.

"Kalau gitu aku pamit ke asrama Nyai, Assalamu'alaikum," kata Kay dan menyalimi tangan Nyai Roro.

"Wa'alaikumsalam," jawab Nyai Roro.

_____🖋

Kini Kay sedang dalam perjalanan menuju asrama, samar-samar dia mendengar beberapa santri wati yang sedang menggosipkan sesuatu.

Kay pun menguping diam-diam karena Kepo.

Setelah mendengarkan percakapan diantara santri wati itu, sebuah Ide pun muncul diotak Kay.

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang