"Eh elo, lo ngapain disini?" Tanya Kay.
"Seharusnya saya yang tanya, kamu ngapain di atas situ?" Tanya Adam yang tak jauh dari kolam ikan sambil memegang sekantong pakan ikan.
"Owh gue, emm itu eee gue emm," kata Kay bingung hendak menjawab apa.
"Em apa?" Tanya Adam.
"G-guee, gue mau metik buah mangga," jawab Kay cepat.
"Buah mangga?" Tanya Adam.
"Iya buah mangga," jawab Kay meyakinkan.
"Tapi saya lihat pohon itu tidak berbuah," sahut Adam.
"Bodoh bodoh bodoh, kayak gak ada alasan lain aja lo Kay,"umpat Kay dalam hati.
"Saya tau, kamu pasti mau kaburkan?"kata Adam.
"Ngak kok siapa bilang," sahut Kay dan mengalihkan pandangannya.
"Jangan bohong, cepat turun!" Perintah Adam.
"Gak, gue gak mau turun," kata Kay agak keras.
"Turun atau kamu mau di situ sampai malam berteman sama__,"Adam menghentikan ucapannya, karena dia tau gadis itu pasti mengerti maksud ucapannya.
"Iya gue turun," sahut Kay kesal.
Setelah turun dari pohon Adam pun bersuara.
"Kamu saya hukum hafalin surah Al-Kahfi, saya tunggu setorannya setelah selesai sholat Isya, di rumah saya," putus Adam dan pergi dari situ.
"Ih dasar Gus kulkas, kaku, ngeselin lagi," maki Kay emosi dan beranjak menuju asrama.
_____🖋
"Ih kesel kesel kesel," kata Kay sesekali menghentakkan kakinya.
"Pokoknya gue gak mau, enak aja tuh orang hukum gue," monolog Kay mondar mandir sambil menggigit ujung kuku jari telunjuknya.
"Kamu kenapa sih Kay, kok kayak kesal gitu?" Tanya Ayu jengah melihat Kay yang marah-marah sendiri.
"Gimana gue gak kesal coba, masa gue disuruh hafalin Surah Al-kah__intinya gitu lah," sahut Kay menggebu-gebu.
"Al-kahfi?" Kata Lili.
"Nah iya itu,"sahut Kay.
"Cuma 110 ayat aja kok Kay," kini Ayu yang berkata.
"Cuma 110 ayat aja lo bilang?, surah Al-falaq yang 5 ayat aja gue kebalik-balik, apa lagi 110,"sahut Kay.
"Ya udah nanti kami bantu kamu ngehafalnya, mending sekarang kamu mandi bentar lagi maghrib loh," kata Ayu.
"Iya deh, owh ya tolong masukkan baju-baju gue yang di dalam koper ke lemari ya, makasih," kata Kay lalu segera masuk kamar mandi.
"Di kasih hati minta jantung," gumam Ayu namun masih mau saja menuruti perkataan Kay.
"Sini aku bantu," kata Lili dan mulai membantu.
_____🖋
Kini Kay sedang berada di depan pintu Ndalem untuk menyetor hafalannya, seperti kata Adam.
"Ketok gak ya," kata Kay ragu saat akan mengetuk pintu.
"Tapi gue belum hafal, boro-boro setengah surah, satu ayat aja gak lancar," gumam Kay.
"Tapi kalau gue gak dateng, bisa-bisa ditambah lagi hukumannya," gumam Kay lagi.
"Bismillah," ucap Kay dan mengetuk pintu.
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum," salam Kay nyaring.
"Wa'alaikumsalam, tunggu," sahut suara wanita samar-samar terdengar ditelinga Kay.
Ceklek
"Eh nak Kay, kebetulan sekali kamu datang, ayo masuk," ajak Nyai Roro.
"Iya ustadzah," jawab Kay dan masuk membuntuti Nyai Roro sampai ke meja makan.
"Duduk Kay, ayo makan," kata Nyai Roro mempersilahkan.
Kebetulan sekali masih ada satu kursi yang kosong disamping Adam.
"Tapi aku udah makan tadi dan masih kenyang juga Ustadzah," sahut Kay masih berdiri sedangkan Nyai Roro telah duduk.
"Sebenarnya sih masih laper, apa lagi liat sup ayamnya,"batin Kay sambil melihat ke arah sup ayam yang berada didalam mangkok.
"Kan gak ada larangan makan dua kali," kata Kiai Jaya.
"Iya, kata kamu tadi sore rejeki gak boleh ditolak," timpal Nyai Roro.
"Ya udah deh," sahut Kay dan duduk disebelah Adam.
Dengan segera dia menyendok nasi banyak kedalam piringnya dan menuang semua sup ayam yang ada dimangkok kedalam piring, lalu menyantapnya tanpa malu.
Semua orang yang ada disana menatap Kay melongo, katanya masih kenyang tapi lihatlah sekarang dia makan seperti orang yang tidak makan berminggu-minggu.
Merasa diperhatikan, sontak Kay menatap balik mereka semua.
"Hehehe," kekeh Kay kikuk.
_____🖋
Setelah selesai makan malam tadi, kini Kay dan Adam sedang berada di ruang keluarga untuk menyetor hafalannya.
"Kamu boleh mulai," kata Adam.
"Audzubillah Himinas Syaiton Nirojim," ucap Kay sambil memejamkan matanya, mengingat-ingat setiap kata.
Eeeeeee
Sendawa Kay nyaring.
"Maaf, hehehe," kata Kay
"Ulang," pinta Adam.
"Audzubillah Himinas Syaiton Nirojim," ulang Kay.
Tuttttttt
Adam pun menutup hidungnya rapat.
"Bisa-bisanya gue kentut,"batin Kay malu.
"Gue mules, efek kebanyakkan makan ini," kata Kay sambil memegang perutnya.
"Ya sudah sana ke toilet," kata Adam.
Setelah beberapa saat Kay pun kembali duduk di sofa.
"Sudah wudhu?" Tanya Adam.
"Udah," jawab Kay.
"Ya sudah silahkan mulai," kata Adam.
"Audzubillah Himinas Syaiton Nirojim, Bismillahirrahmannirrahiim," ucap Kay.
"Al hamdu lillaahillazi an__," ucapan Kay terhenti karena lupa.
"Annn," sambung Kay mencoba mengingat lagi.
"Anzala 'alaa 'abdihil kitaaba wa lam yaj'al lahuu 'iwaja," ucap Adam menyambung ayatnya dan diikuti oleh Kay.
"Gue gak hafal, jadi plis kasih gue keringanan ya," kata Kay dengan kedua tangan menangkup didepan dada.
"Ya sudah saya kasih waktu kamu sampai besok setelah sholat zuhur," jawab Adam.
"Yes, makasih assalamu'alaikum," ucap Kay dan pergi dengan cepat dari ruang keluarga.
"Ada-ada aja,"batin Adam dan tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir
Fiksi Remaja[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR GAK KETINGGALAN PART SELANJUTNYA] [DAN BUDAYAKAN VOMEN (VOTE DAN COMEN) AGAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT NULISNYA] KAYRA ANATASYA gadis bar-bar plus judes yang terpaksa menikah dengan ADAM SANJAYA anak pemilik pesa...