"Bantuin," kata Kay dan mengulurkan tangannya kepada Adam.
"Berdiri sendiri, kita bukan mahram," kata Adam dingin.
Sontak Kay langsung menarik tangannya lagi lalu berdiri sambil memegangi jidatnya.
"BAY," kata Kay lalu merampas kopernya dari tangan Adam dan pergi begitu saja.
_____🖋
"Siapa ya yang tadi sama Gus Adam," Kata santri wati yang duduk tak jauh dari tempat kejadian.
"Yang mana?"Tanya teman satunya yang dari tadi sibuk membaca Kitab.
"Astagfirullah, itu loh Jeng yang lagi nyeret koper,"Kata santri wati yang pertama.
"Owh itu, mungkin saudaranya Gus Adam,"kata Ajeng dan membaca kitab lagi.
"Setau aku Gus Adam Gak punya saudara perempuan deh," kata Mei.
"Itu kan setau kamu, udah ah gak usah dibahas lagi, lebih baik kita siap-siap ke mesjid" kata Ajeng dan berdiri diikuti Mei.
_____🖋
"Lah, ini kok pada cowok semua," kata Kay heboh, karena didalam sana dipenuhi oleh kaum laki-laki yang sedang bersiap-siap menuju mesjid untuk sholat Zuhur berjama'ah.
"Berarti gue salah jalan dong, atau asramanya emang nyampur," sambung Kay menerka-nerka.
"Bodo amat lah mending gue masuk dulu," Kata Kay dan membuka pagar lalu masuk. Kebetulan sekali tidak ada yang berjaga di depan pagar asrama putra.
"Eh mbak mbak, mbak ngapain masuk keasrama Putra, kalau ketahuan pengurus mbak bisa dihukum loh," kata salah satu santri wan yang kebetulan ingin keluar. Membuat langkah Kay terhenti.
"Mbak mbak mbak, lo pikir gue mbak lo apa," kata Kay ngegas, membuat beberapa santri wan yang lewat menatapnya.
"Mbak pasti santri wati baru ya?, mbak nyasar?," tanya santri wan yang tadi.
"Bisa gak sih gak usah panggil gue mbak, nama gue Kay," sahut Kay masih ngegas.
"Iya maaf Mbak Kay," kata santri wan itu.
"Ihh ngeselin banget sih lo, udah gue bilang gak usah panggil gue mbak, lagian gue juga bukan mbak lo," kata Kay emosi.
"Udah Rey gak udah diladenin, mending kita ke mesjid udah mau Zuhur ini," kata teman santri wan itu yang baru keluar dari asrama.
"Kalian ngapai disini, cepet kemesjid," kata seorang laki-laki mengalihkan atensi mereka bertiga.
"Iya Gus,"sahut keduanya.
"Duluan mbak, Gus," kata Rey.
"Mbak mata mu," kata Kay sinis sambil melihat kearah Rey dan temannya yang berjalan menjauh.
"Kamu ngapain di asrama putra?" Tanya Gus Adam tegas.
"Berenang," sahut Kay ngaur karena masih marah dengan Adam.
"Disini tidak ada kolam renang, jadi mending kamu ke asrama putri saja," kata Adam dingin.
"Emang dasar cowok gak peka, gue itu nyasar," Kay ngegas.
"Ya sudah biar saya antar ke asrama kamu," kata Adam dan berjalan lebih dulu.
"Awas aja nganterinnya gak sampe asrama,"batin Kay.
Saat dipertengahan jalan Adam berhenti, membuat Kay juga berhenti.
"Kenapa berenti?" Tanya Kay.
"Udah waktunya sholat, jadi saya nganterinnya sampai sini aja. Kamu tinggal lurus trus belok kanan," kata Adam dan pergi. Memang terdengar suara Azan samar-samar ditelinga Kay.
"Udah ketebak sih nganterinnya gak bakal sampe asrama,emang cowok ngeselin," kata Kay dan berjalan sesuai arahan Adam tadi.
Pesantren ini memang tidak terlalu luas, bangunannya pun tak banyak.
Hanya ada Ndalem di dekat gerbang masuk, asrama putra dan putri yang terhalang oleh bangunan tempat belajar, uks dan perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir
Novela Juvenil[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR GAK KETINGGALAN PART SELANJUTNYA] [DAN BUDAYAKAN VOMEN (VOTE DAN COMEN) AGAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT NULISNYA] KAYRA ANATASYA gadis bar-bar plus judes yang terpaksa menikah dengan ADAM SANJAYA anak pemilik pesa...