Hari yang cukup melelahkan bagi Kay setelah berperang dengan kertas ujian beberapa menit yang lalu. Kini ia tengah duduk di kursi meja makan sambil meminum air es yang baru saja di ambil dari dalam kulkas.
"Ahhhh segernyaa," ucap Kay setelah meneguk air nya tanpa tersisa.
"Beda banget ya ulangan di pondok sama sekolah umum, gak cuma harus mikirin jawaban arti soalnya pun harus dicari," gumam Kay agak kesel.
"Masih ada enam hari yang harus di lewati huhuhuuu, mumet pala gue gara-gara itu kertas," rengek Kay.
"Kamu kenapa?" Tanya Adam yang baru saja datang.
Seketika mimik wajah Kay berubah datar.
"Bukan urusan kamu," ucap Kay berlalau pergi meninggalkan Adam.
Kay itu emang aneh kadang lembut, kadang manja, kadang marah-marah, gak jelas intinya.
Melihat itu Adam langsung menyusul Kay ke kamar.
"Kamu kenapa?" Tanya Adam lembut setelah menutup pintu kamar.
"Gak apa-apa cuma lagi bad mood aja," jawab Kay seadanya.
"Mau jalan-jalan?" Tanya Adam dan menghampiri Kay yang tengah duduk di pinggiran kasur.
"Kemana?" Tanya Kay masih cemberut.
"Saya kasih kamu kejutan," jawab Adam sambil tersenyum.
"Halah sok romantis," ucap Kay sambil merotasikan matanya.
"Mau ikut tidak?" Tanya Adam.
"Kapan?," ucap Kay balik bertanya.
"Terserah kamu mau sekarang atau nanti," jawab Adam.
"Ya udah sekarang aja, aku siap-siap!," ucap Kay dan berjalan menuju lemari.
Setelah memilih baju yang cocok Kay pun menuju kamar mandi untuk mengganti bajunya. Tak lupa ia juga sedikit memoles wajahnya dengan sedikit make up yang natural.
"Udah?" Tanya Adam.
"Hm," jawab Kay.
Mereka berjalan beriringan dengan tangan yang saling berpegangan.
Nyai Roro yang habis dari belakang rumah pun terkejut melihat pasangan itu.
"Mau kemana?" Tanya nyai Roro menghampiri Adam dan Kay di ujung tangga.
"Mau jalan-jalan sebentar Umi, Umi mau ikut?" Ucap Adam.
"Gak ah, umi gak mau jadi obat nyamuk kalian," jawab Nyai Roro tertawa pelan.
"Ya ajak aja juga Abinya Umi," jawab Kay.
"Abi mu itu mana mau di ajak kayak gituan, gak romantis," ucap nyai Roro.
"Siapa bilang Abi gak romantis," ucap Kiai Jaya yang tiba-tiba datang dari pintu utama.
Kay dan Adam pun tertawa.
"Jadi Abi sama Umi mau ikut?" Tanya Kay.
"Boleh," jawab Kiai jaya mantap.
"Ih Abiiiii," kesal Nyai Roro, dia tidak mau ada yang mengganggu kencan anaknya itu.
"Umi gak setuju,Abi gak usah ikut biarin aja mereka jalan-jalan. Siapa tau abis itu kita di kasih cucu sama mereka," Ucap Umi.
"Iya iyaaa," jawab Kiai Jaya.
"Ya udah kalau gitu Adam sma Kay pergi ya Abi, Umi," ucap Adam berpamitan.
"Iya Hati-hati," jawab Nyai Roro.
Setelah bersalaman mereka pun pergi meninggalkan area pesantren menggunakan mobil pribadi milik Adam.
"Emang kita mau kemana?" Tanya Kay di pertengahan perjalanan karna ia merasa kalau tidak pernah melewati jalan yang sedang ia lintasi saat ini.
"Nanti kamu juga tau," jawab Adam yang membuat bibir Kay manyun.
"Ngeselin, tinggal bilang aja apa susahnya," gumam Kay kesal.
Rasa kantuk pun mendatangi Kay, dia pun berinisiatif untuk tidur toh juga dari tadi gak nyampe-nyampe mana gak tau tujuannya kemana. Adam juga terlalu fokus menyetir jadi dia bosan.
Kay memejamkan matanya tidak perduli lagi dia akan di bawa Adam kemana, yang penting jangan di buang atau di jual ke tukang penjualan organ dalam saja.
Tak terasa mereka sampai, suasana yang sejuk dengan udara yang sangat segar membuat siapa pun akan betah berlama-lama disana.
Tidak terlalu ramai pengunjung tapi tidak terlalu sepi juga.
Adam memarkirkan mobilnya lalu membangunkan Kay.
"Kay bangun kita sudah sampai," ucap Adam sambil sedikit menepuk pipi Kay pelan.
"Kayyy," panggil Adam lagi.
"Huaaaaam," Kay menutup mulutnya sambil memejamkan mata sebentar.
Setelah membuka mata hal yang pertama ia lihat adalah pepohonan yang lebat.
"Astaga gue di buang ke hutan," ucap Kay panik.
"Kita di air terjun," ucap Adam menangkal pikiran Kay yang ngelantur.
"Air terjun?" Tanya Kay memastikan, takutnya dia salah dengar karna baru bangun tidur.
"Iya," jawab Adam sambil tersenyum ke arahnya.
"AAAAAAA gue gak sabar buat nyebur," teriak Kay kegirangan. Adam hanya bisa menurup telinganya dengan tangan. Pasalnya mereka masih di dalam mobil suara yang di keluarkan Kay sangat mengusik telinganya.
"Yuk turun!" Ajak Kay heboh lalu menggenggam tangan Adam.
Deg
Waktu terasa berhenti jantung Adam seketika berdetak tak normal.
Kenapa selalu begini kalau berdekatan dengan gadis ini.
"Eh maaf," ucap Kay yang sadar lalu melepaskan tangan Adam.
"Hm, ayo turun," ucap Adam.
Kay menghirup udara dengan rakus, kini mereka berdiri di atas bebatuan pinggir sungai memandangi air terjun yang berada di depan sana tak jauh dari mereka.
"Kenapa kamu bawa aku ke sini?" Tanya Kay memulai pembicaraan.
"Karna kamu suka air terjun," jawab Adam.
"Tau dari mana?" Tanya Kay menatap wajah Adam.
"Papah kamu yang cerita," jawab Adam juga menatap Kay.
"Tapi sayangnya kita gak bawa baju ganti," ucap Kay cemberut dan menatap air terjun kembali.
"Sudah aku siapkan," kata Adam lalu ikut menatap air terjun.
" beneran?" Tanya Kay menoleh pada Adam.
"Iya," jawab Adam.
"Iiiiiiih makasih," ucap Kay langsung lompat memeluk Adam.
Karna belum siap alhasil Mereka berdua tercebur ke sungai.
Aaaaaaaaa
Brusssss
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir
Roman pour Adolescents[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR GAK KETINGGALAN PART SELANJUTNYA] [DAN BUDAYAKAN VOMEN (VOTE DAN COMEN) AGAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT NULISNYA] KAYRA ANATASYA gadis bar-bar plus judes yang terpaksa menikah dengan ADAM SANJAYA anak pemilik pesa...