8 - Adhi?

109 15 0
                                    

Happy Reading♡

Malam ini Rafka mendapatkan tugas dari bosnya untuk mengantarkan makanan ke kantor yang cukup terkenal dan megah.

ADHIPURA GROUP.

"Terimakasih sudah percaya kepada toko kami Pak, Bu. Semoga kalian suka." ucap Rafka pamit setelah mengantarkan beberapa box makan malam pesanan kantor mereka.

Brugh!

"Maaf Pak, saya terburu-buru." ucap Rafka lalu memungut barangnya yang berjatuhan.

Adhi dan Sam yang saat itu sedang diskusi sambil berjalan masuk kekantor juga kaget saat ditabrak sama kurir makanan.

"Kartu pelajarnya ketinggalan." Sam yang berniat untuk memberikan nya kepada kurir tadi tapi sudah melesat dengan motornya.

"Coba saya lihat Sam."

Rafka Maulana Adhi?, Batin Adhi saat membaca nama kartu pelajar tersebut. Nama kurir ini sangat mirip dengan nama putranya dahulu.

"Ada apa Pak?" tanya Sam menyadari perubahan ekspresi dari bosnya.

"Saya merasa tidak asing dengan nama ini Sam, namanya persis dengan putra saya dulu." ucap Adhi sampai lupa kalau dia sudah membocorkan rahasianya yang selama ini dia jaga.

"Putra? Maksud anda Andika?" tanya Sam bingung.

Apa mungkin kamu bisa saya percayai Sam? Batin Adhi.

"Sampai ruangan nanti saya akan menceritakannya kepada kamu."

°•°•°•°

Bugh!

Satu pukulan telah telah diterima Zeyyan di bagian kiri pipinya.
Saking kerasnya hingga membuat Zeyyan menoleh ke samping
akibat pukulan itu. Rasa nyeri sudah menyebar di wajah Zeyyan.
Tadi, saat Zeyyan pulang dari tongkrongan tiba-tiba Papanya datang dan memukulnya. Tidak ada yang membelanya atau menyelamatkan nya dari amukan Papanya karna Mamanya juga ikut mengamuk bedanya Mama Zeyyan tidak memakai kekerasan fisik.

"Papa dapat laporan dari Bi Ija kalau semalam kamu tidak pulang, apa iya? Ohh, jadi gini kelakuan kamu selama Papa dan Mama diluar kota? Benar benar anak tidak tau diuntung." Murka Pak Bima kepada putra nya.

Zeyyan hanya bisa terdiam mendengar kemurkahan kedua orangtuanya mau bagaimana pun dia membela tetap saja, selalu salah di mata orangtuanya.

"Papa dan Mama capek capek kerja diluar untuk kamu tapi apa ini yang kamu berikan dari perjuangan kami untuk mu? Setidaknya kamu harus pintar disekolah, bukan pintar bikin onar di luar." Kali ini giliran Ayu yang angkat bicara, telinga Zeyyan serasa berdengung mendengar ini semua.

"KAMU DENGAR TIDAK ZEYY!?"

"Iya, aku dengar Pah." Sahut Zeyyan lesu.

Sebenarnya orangtua Zeyyan juga barusan pulang dari luar kota, mereka hanya mengurus pekerjaan, pekerjaan dan pekerjaan sekalinya dirumah cuman bisa marah marah. Itu semua mereka lampiaskan ke Zeyyan, Putra bungsunya yang suka cari masalah dimata mereka.

"Kamu nggak liat kakak kamu? Contoh kakak kamu itu yang beberapa bulan lagi akan lulus sebagai sarjana hukum tidak seperti kamu yang sukanya melanggar hukum!"

Hem, mulai dah.

"Besok Kakak mu akan pulang, Papa dan Mama juga akan membuat acara makan malam dengan rekan bisnis dari luar kota. Semoga kamu tidak mengacaukannya kayak dulu." Ayu mengakhiri ucapannya lalu kembali ke kamar nya begitupun Bima.

Aku Butuh Rumah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang