22 - Terungkap

39 1 0
                                    

"Kayaknya ada orang di makam Bunda."

Minggu pagi Rafka awali dengan berkunjung ke makam Bundanya, biasanya Rafka akan sempatkan waktu untuk selalu berkunjung ke makam tiap Bulan walaupun sibuk.

"Orangnya gak asing." ucap Rafka memperhatikan pria itu dari belakang. "Tunggu dulu, bukannya itu Om Sam?"

Penyesalan selalu datang di akhir, itulah yang selalu menghantui pikiran Adhi selama ini apalagi semenjak bertemu dengan Rafka. Bayangan itu selalu menggangu tidurnya.

"Farah, apa kamu marah dengan saya? Saya minta maaf atas kesalahan di waktu itu. Saya khilaf, sebagai gantinya saya akan mengaku ke Rafka kalau sebenarnya saya ini adalah Papa kandungnya." Lirih Adhi menangis sambil memeluk batu nisan Farah.

"APA?"

Adhi dan Sam sontak berbalik ke belakang, terlihat ada Rafka lengkap dengan pakaian kerjanya dan membawa bunga. "Tadi Om bilang apa?" tanya Rafka masih menetralisir emosinya.

Adhi sangat panik, dia takut jika mengakuinya sekarang membuat hubungannya dengan Rafka jadi renggang padahal keduanya sudah sering bertemu. "Om minta maaf, saya benar-benar minta maaf ke kamu nak." Adhi berjalan mendekati Rafka namun Rafka malah mundur.

"Tolong ulang apa yang Om Adhi ucapkan tadi di makam Bunda, dan apa hubungan Om dengan Bunda saya?!" Bentak Rafka.

Apa sudah saatnya fakta itu terungkap?

Mungkinkah Rafka akan menerima Adhi sebagai Papanya?

"Mungkin ada baiknya kalau kita bicara ditempat yang lebih layak, jangan sampai kita berdebat disini." ucap Sam merangkul pundak Rafka untuk berjalan lebih dulu.

Keduanya memilih untuk bercerita didalam mobil, walaupun Rafka sempat menolak.

"Rafka, saya minta maaf." lirih Adhi, "Sebenarnya saya ini adalah Papa kandung kamu, Farah adalah mantan istri saya." lanjutnya.

Dunia Rafka terasa hancur, Papa kandung? Mantan istri? "Maksud Om Adhi ini apa? Kenapa Om bisa jadi Papa kandung saya? Sedangkan Papa saya ada di Brunei, Bunda dan Papa tidak pernah bercerai jadi tidak mungkin kalau Om adalah Papa saya." Bantah Rafka.

"Saya minta maaf Afka."

Afka.

Nama itu adalah nama panggilan dari Papanya, hanya Bunda dan teman dekatnya yang tahu nama panggilan itu.

"Saya tau pasti sangat sulit untuk menerima kenyataan ini tapi saya memang Papa kandung kamu, nama kamu Rafka Maulana Adhijaya kan? Nama saya Adhijaya." jelasnya.

"Adhijaya? Nama anda ini Adhipura bukan Adhijaya, tidak usah mengaku-ngaku!" Rafka tidak mau dia jadi tersulut emosi, sayangnya saat ingin keluar dari mobil malah mobilnya tidak bisa dibuka.

"Bagaimana kalau kita tes DNA? Sekarang juga kita ke Rumah Sakit." ajak Adhi.

Rafka tidak memberontak, sudah lama dia menantikan kepulangan Papanya tapi jika memang benar kalau Adhipura adalah Papa kandungnya ntah apa yang akan dia lakukan. Bukan soal apa tapi anak Adhipura seumuran dengan dirinya bahkan Andika punya adik. Berarti Papanya menikah dengan wanita lain saat Bundanya mengandung.

*****

"Jangan nangis dong Din."

"Tapi kucingnya sakit Aldi, gimana aku gak nangis." ucap Dinda tersedu-sedu sembari memeluk kucing itu.

"Coba deh liat gue."

Dinda menuruti apa perkataan Aldi, "Coba senyum." Lanjutnya lagi.

Senyum itu terukir, cantik sekali. Tapi hanya bertahan 3 detik, setelah itu Dinda menangis lagi.

Aku Butuh Rumah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang