Kemarin setelah Adhi dan Rafka ke pemakaman mereka langsung bergegas untuk ke Rumah Sakit sesuai saran Adhi. Degup jantung Rafka berdetak kencang, perasaannya bimbang. Apa dia harus bahagia atau bersedih.
Setelah mereka sampai di Rumah Sakit secara bergantian Rafka dan Adhi masuk untuk cek. Terlebih dahulu Rafka yang masuk, setelah itu baru Adhi.
"Afka, bagaimana kalau ternyata Tuan Adhi adalah Papa kamu?" Pertanyaan itu lolos dari mulut Sam, tidak ada salahnya kalau dia mempertanyakan hal seperti itu.
Rafka terdiam, dia juga sebenarnya ingin bertanya pada dirinya sendiri. Bagaimana kalau Om Adhi adalah Papanya? Apakah dia akan menerimanya? Dan bagaimana dengan keluarga barunya yang sekarang? Tidak mungkin Rafka tiba-tiba hadir dalam keluarga itu dan mengacaukannya.
"Saya bingung Om, sudah lama sekali saya menanti kepulangan Papa saya dari Brunei."
Tak lama Adhi sudah keluar bersama seorang dokter, "Kalian bisa menunggu disini, mungkin proses ini akan membutuhkan waktu sekitar 20 menit." ucap dokter itu lalu pergi.
"Kamu mau kemana nak?" tanya Adhi melihat Rafka beranjak dari kursi tunggu.
"Bukan urusan anda Tuan! Dan satu hal lagi, jangan panggil saya nak atau Afka!" Tegas Rafka menjauh dari Sam dan Adhi. Rafka hanya ingin menghubungi bosnya karena jangan sampai dirinya malah dipecat karena tidak izin terlebih dahulu ke bosnya.
"Haloo Pak Kevin."
"Iya Rafka, kenapa belum datang ke cafe? Sudah banyak pesanan yang harus diantar sekarang." balas Kevin.
"Maaf Pak saya ada urusan mendadak yang harus diselesaikan sekarang, mungkin saya akan sampai di cafe sebelum jam makan siang. Saya juga sudah minta tolong ke Lian untuk menggantikan saya mengantar pesanan."
"Baiklah kalau itu memang mendadak, kalau sudah selesai secepatnya kembali."
Setelah selesai, Rafka bergabung kembali dengan Sam dan Adhi.
Seorang dokter yang tadi menangani Adhi dan Rafka datang kembali, membawa sebuah amplop putih.
"Hasilnya positif Pak, kalian berdua adalah keluarga yang terikat." jelasnya, Adhi langsung membuka amplop itu. Membaca secara detail dari hasil tesnya semua.
"Nak." Adhi memeluk Rafka sangat erat sedangkan Rafka hanya mematung, inikah hasil dari penantiannya selama ini? Dan inilah balasannya?
"Lepaskan saya." Sentak Rafka mencoba keluar dari pelukan Adhi.
"Kenapa nak? Apa kamu tidak merindukan Papa? Sudah lama kamu menantikan kedatangan Papa kan? Dan sekarang kita sudah bertemu."
Rafka tertawa, tawa yang memiliki arti sangat memilukan. "Papa? Jadi anda masih merasa pantas menyebut diri anda sebagai Papa saya setelah perlakuan anda selama ini?" Rafka sadar tidak ada gunanya berdebat didalam rumah sakit, bisa-bisa pasien jadi terganggu. "Kita lanjutkan pembicaraan ini diluar Om Sam." ucap Rafka berjalan lebih dahulu.
Sebelum pergi tak lupa Adhi mengucapkan terimakasih kepada dokter tersebut. "Terimakasih Dok."
Diparkiran, Rafka menahan air matanya yang hampir lolos. Dia tidak mau terlihat lemah didepan Adhi dan Sam, anak laki-laki tidak boleh cengeng.
"Bagaimana kalau sekarang kamu berkemas terus pindah ke rumah Papa? Nanti dirumah kamu akan punya teman."
"CUKUP!" Teriak Rafka.
"Kalau tau akhirnya akan begini lebih baik saya tidak pernah bertemu dengan Papa! Dengan mudahnya anda mengajak saya pindah kerumah anda tanpa memikirkan betapa sakitnya hati saya kalau ternyata anda telah mempunyai keluarga baru, bahkan putra anda seumuran dengan saya. Berarti anda selingkuh dibelakang bunda saat Bunda masih mengandung saya! Lelaki macam apa anda ini?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Butuh Rumah
Fanfiction[FOLLOW DULU BARU BACA YGY] Sebuah kisah singkat, sekumpulan anak remaja yang menginginkan kasih sayang keluarga seperti di dongeng. Didewasakan oleh keadaan tidaklah mudah, mencoba untuk bertahan dengan keluarga yang tidak harmonis. "Rumah mewah b...