24. Memanusiakan manusia.

12.2K 1.4K 80
                                    

Satu hal yang Joe ketahui tentang Wana. Anak itu akan sangat sensitive ketika sakit, sedikit rewel dan overthinking. Namun ketika kondisi tubuhnya sudah mulai membaik, Wana terlihat biasa saja dan seperti semula seolah tak pernah terjadi apa-apa. Kini Joe bahkan sudah bisa bergabung di dapur untuk membuat makanan bersama kerabat wanita nya yang lain.

Sementara Wana, anak itu sudah berada di halaman belakang Mansion seperti biasa untu belajar naik sepeda, karena tak ada Alex, Wana kali ini menurut untuk diajari bawahannya. Keluarga Alex yang datang berkunjung itu rencananya akan menginap seminggu dan akan mengadakan piknik kecil-kecilan ketika hari terakhir.

Wana juga tak secanggung kemari, anak itu sudah dekat dengan Kakak laki-lakinya Alex yang bernama Axel. Sementara untuk para keponakan Alex, Wana tak sudi berteman dengan mereka yang sudah menertawainya, termasuk Axio-- adik bungsunnya Alex yang belum menikah.

Alex memiliki tiga saudara. Yang pertama bernama Malva Axela Lordeon, seorang wanita yang memiliki sikap paling tegas. Lalu Axelino, sikapnya benar-benar melambangkan seorang kakak yang sangat dewasa, kemudian Alexander, dan terakhir Axio.

Memikirkan hal itu membuat Wana pusing, belum lagi para wanita dan anak-anak mereka yang namanya harus ia hapalkan. Ketimbang terus mengingat dan menghapal wajah mereka, lebih baik Wana bermain seoeda barunya yang dibelikan Zack kata Alex waktu itu.

Sepeda ini memiliki satu roda di depan dan tiga roda di belakang, membuat Wana lebih santai karena ia tidak akan terjatuh. Wana memiliki tekat, jika seminggu ini ia harus bisa menaiki sepeda tanpa bantuan Alex. Cukup menaikinya saja, tidak usah menjalankan.

Karena perasaan aman tidak akan terjatuh, Wana terlalu sombong menaiki sepeda sembari bernyanyi lagu Kopi Dangdunt tanpa memerhatikan lintasan di depannya. Anak itu hampir terjatuh karena tanah yang tidak rata, namun lengan kekar seseorang menahan sepedanya.

"Hei bocah," katanya. Wana mendongak dan menatap pria yang pernah ia lihat. Ia menoleh ke kanan dan kiri berusaha mencari anak buah Alex yan sedari tadi membuntutinya, namun tidak ada. Wana memiringkan kepalanya.

"Sok kenal ente," ucapnya dengan nada sinis sembari melepaskan diri dari pria itu. Setelah terlepas, Wana menggeret sepedanya menjauh dari sana. Sudah ia katakan ia tidak mau berteman dengan mereka yang menertawakannya kemarin, dan pria itu adalah salah satunya.

Wana kembali menyusuri halaman belakang Mansion yang biasa ia lintasi. Pagi hari ditemani lagu Sambalado benar-benar mantap. Namun tak lama anak itu terhenti dan berbelok ke tempat dimana para maid menyusi mobil.

"Tuan kecil, anda dilarang datang kemari." Seorang maid yang melihat kedatangan Wana langsung berujar dengan cepat. Joe bisa membakar Mansion jika melihat putranya masuk ke tempat yang kotor dan berbahaya. Lantai ini licin, Wana bisa terjatuh dan membuat nyawa mereka melayang detik itu juga.

Namun Wana tak peduli, ia mendekati maid kemarin yang bekerja sembari membawa anak. Wanita itu adalah maid yang dibawa salah satu anggota keluarga Lordeon. Wana merasa iba ketika melihat wanita itu tengah mencuci sepatu sembari menggendong anaknya di belakang punggung dengan bantuan sepotong kain.

"Halo," katanya sembari berjongkok yang membuat maid tadi langsung menoleh menampilkan raut terkejut.

"Tuan kecil, ayolah. Keluar dari sini, Nyonya bisa marah." Salah satu maid yang berada di punggungnya itu membuat Wana menoleh.

"Kenapa Mommy harus marah?" tanyanya yang membuat para maid di sana spontan menjawab.

"Tempat ini kotor, tidak pantas untuk anda berada di sini. Sangat berbahaya, aroma sabun dari bahan kimia, lantai licin, anda akan---"

"Kalo bagi Wana aja bahaya, terus gimana anak ini. Dia jauh lebih kecil dari Wana yang juga pastinya lebih rentan." Semua maid yang ada di sana terdiam. Maid yang merasa jika ini semua salahnya langsung ankat bicara.

"Maafkan kami tuan kecil jika membuat anda tersinggung. Tapi anak saya akan baik-baik saja, dia sudah terbiasa. Tolonglah keluar, maaf jika tidak sopan, tapi ini demi kebaikan anda." Wana menghela napas.

"Wana manusia, dia juga manusia, kalian juga manusia. Kita ini sama, tapi karena kekuasaan kita keliatan jadi beda. Wana bakal keluar, kalo Ibunya kasih dedek ini ke Wana, ibuk juga bisa kerja dengan tenang." Para maid yang mendnegar itu spontan melotot.

"Tidak! Tidak perlu tuan, aku dan anakku akan baik-baik saja."

"Berikan saja." 

Semua orang yang ada di sana spontan menoleh ke arah pria tua yang berdiri dengan gagahnya di ambang pintu masuk. Tuan Lordeon itu melangkah masuk dan melemparkan beberapa sepatunya, ia menoleh ke arah Wana yang mengerjap.

"Berikan saja," ulangnya lagi yang membuat wanita itu langsung menyerahkan anaknya pada Wana. Namun Wana yang melihat itu langsung bingung, ia menatap Tuan Lordeon dengan tatapan tidak terbaca.

"Tidak bisa menggendong anak kecil, tetapi tetap keras kepala ingin mengendongnya. Apa kau pikir pantas bayi menggendong bayi?" kata Tuan Lordeon yang membuat Wana mengerjap tak mengerti, hanya ada satu bayi di sini.

"Maksud Pak Old apa?" tanya Wana. Tuan Lordeon tak menjawab, ia mengambil bayi yang ada di tangan maid.

"Sungguh kehormatan bagi saya mendapat bantuan anda, Tuan besar." Tuan Lordeon tak menjawab atau memberi tanggapan, ia berbalik menatap Wana yang kini terlihat lega. Namun tak lama anak itu juga memekik kaget ketika tubuhnya diangkat Tuan Lordeon di sisi yang lain.

"Kodrat bayi itu digendong, bukan menggendong." Sungguh Wana masih belum paham apa maksud dari ucapan Tuan Lordeon, tetapi yang pasti saat ini ia merasa lega telah membawa anak kecil itu ke tempat yang lebih layak.

"Pak Old, sepeda Wana ketinggalan." Wana menunjuk sepeda yang tergeletak tak berdaya di atas tanah. Tuan Lordeon memberikan anak maid tadi ke salah satu bawahannya, membuat Wana hendak buka suara sebelum ucapan Tuan Lordeon memotong niatnya.

"Alex tidak menyukai bayi itu, bukankah yang terpenting membawanya ke tempat lebih baik dan merawatnya?" Wana mengangguk, benar juga kata Tuan Lordeon. Salah satu bawahan Tuan Lordeon membawa sepeda Wana dari sana, sementara pemiliknya sendiri telah dibawa masuk ke dalam Mansion.

"Daddy!" panggil Wana membuat Alex yang baru pulang dari luar itu langsung menoleh dan mendekat. Pria itu tampak terkejut melihat Wana bersama Papanya.

"Wana bisa naek sepeda sekarang!" adunya denga bangga. Alex mengusak rambut pemuda itu sebelum hendak mengambil alih tubuhnya dari gendongan Tuan Lordeon, namun tiba-tiba Tuan Lordeon bergerak ke samping.

"Ah Alex. Tidak kah seharusnya kau mandi setelah habis keluar rumah dan melakukan sebuah misi?" tanyanya yang langsung dibalas tatapan datar Alex. 

"Oh astaga! Dari mana saja kau, aku mencarimu. Lihat siapa yang ada di sini, kemarilah, biar kutunjukan sesuatu." Tiba-tiba seorang wanita tua yang merupakan Nyonya Lordeon itu menarik suaminya untuk pergi dari sana.

Meninggalkan Alex seorang diri yang kini hanya menatap hampa ruang kosong di depannya.

"Menculik putraku heh?" gumamnya. 



___

Aldrewana H.L [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang