Part 36; Tipu daya Wana.

10.6K 1.3K 101
                                    

Siang harinya setelah James, Wildan dan Zach bermain trampolin, keadaan Wana benar-benar  membaik. Anak itu membenarkan ucapannya jika ia akan segera membaik setelah ketiganya berolah raga paksa, dan ternyata benar saja.

"Besok tidak usah sekolah dulu," kata James yang membuat Wana mendongak, ia mengangguk. Baginya sekolah atau tidak sama saja karena sekolah di sana tidak mengasyikan. 

Sampai saat ini Wana belum memberitahu jika kemarin saat di restoran, orang yang tak sengaja ia tabrak adalah Frans, Papanya. Tidak ada salah satu dari ketiga kakaknya yang menanyakan hal itu, bisa Wana ketahui bahwa mereka mungkin tidak tahu siapa orang tauanya. Syukurlah, Wana jadi tidak perlu bersusah payah.

"Aww!" Wana memekik kencang yang membuat ketiga pria dewasa di sofa spontan mendekat dengan wajah cemas.

"Ada apa? Apa ada yang sakit?" tanya Zach yang dibalas anggukan Wana. Anak itu menunjuk saku celananya.

"Dompet Wana kering, Wana juga laper kak. Kalo kalian nyumbangin satu kartu item keknya langsung sembuh." Wajahnya langsung berubah lesu dengan memelas yang ketara.

Ketiga pria itu tidak paham, namun Jackson dan Axela yang berada di ambang pintu ruang keluarga jelas paham. Sudah dikatakan jika Jackson pernah berada di Indonesia cukup lama, oleh karena itu ia hapal segala tipu daya yang cukup familiar.

"Kamu butuh berapa?" tanya Wildan yang membuat punggung Wana kembali tegak, ia menatap pria itu dengan mata berbinar. Namun tak lama kembali menuduk dengan sikap kalem.

"Berapa aja, asal ikhlas mah Wana terima kok." Wildan dan Zach langsung mengeluarkan dompertnya dan membongkar sesuatu, setelah mereka menemukannya, mereka langsung memberikan apa yang Wana mau masing-masing satu.

Wana yang merasa gembira tidak bisa menyembunyikan raut senangnya. Namun tak lama ia menatap James yang kini menatapnya. Wana mengulurkan tangan karena tidak sabar.

"Kak James gak ngasih masa, yang lain aja ngasih tuh. Wah, kak Wil sama Kak Zach baik hati ya, ramah dan tidak peliit. Wana pernah denger, orang yang kaya gini jodohnya spek bidadari. Dompet Wana gak askit lagi," katanya.

Wana membakar api dalam diri James, menumpahkan bahan bakar di atas atas percikan kecil hingga mulai membentuk api baru. James yang tidak mau kalah langsung mengeluarkan dompetnya dan memberikan dua kartu berwarna hitam.

Si penerima melototkan mata tidak percaya dan menerimanya dengan penuh kegembiraan. Membuat Jackson dan Xela yang sedari tadi memperhatikan diam-diam mendengus geli, mereka seolah melihat pertunjukan.

"Kak James ternyata lebih kaya dari kak Wil dan Zach. Ternyata bener kata orang, yang paling tua itu yang paling megang kendali. Semakin berisi padi maka akan semakin menunduk, Wana suka sama orang yang gak pelit dan rendah hati." Wana menyalimi punggung tangan James dengan seringai licik.

Semakin banyak bahan bakar, semakin besar nyala api.

1

2

3

"Ekhem, Wana apa kamu masih kurang. Kakak tidak butuh ini," Zach mendekat dan menaruh  dua kartu creditnya yang berwarna hitam ke atas telapak tangan terbuka Wana. Yang paling muda menampilkan raut wajah terkejut dan tak percaya.

"Wah kak Zach, kata mbah Marijan, semakin banyak bersedekah, umurnya akan semakin panjang. Wana seneng, kakak berarti masih bisa hadirin pemakaman Wana karena umur kakak panjang."

Kali ini hening, api membara yang telah besar kini padam tiba-tiba seolah mendapat air yang turun dari langit. Tatapan mata ketiga pria itu semakin tajam, membuat Wana mengatupkan bibirnya, ia merasa perkataanya telah menyinggung, namun yang mana?

Aldrewana H.L [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang