44. Orsdian.

8K 919 50
                                    














_____

"Ini kesalahan."

"Ini kesalahan katamu? Semudah itu kau mengatakannya? Apa kau tahu yang kau sebut kesalahan dengan begitu mudah telah mengakibatkan masalah besar?" pekik seorang pria muda yang duduk di kursi di tengah ruangan.

Hening mengambil alih, ruangan berdominasi warna monokrom itu terasa pengap hingga sulit bernapas. Puluhan orang yang mengisinya tidak berani angkat bicara, hanya mampu menunduk, melihat majikan yang tengah memarahi bawahannya.

"Aku tahu, dan aku akan bertanggung jawab," balas Ferdi dengan kepala menunduk, namun meski begitu, tak ada yang menyadari ekspresi apa yang pria itu keluarkan.

"Dengan cara apa kau akan bertanggung jawab hah? Anjing bodoh yang tidak memiliki akal! Apa kau tahu siapa yang kau provokasi? Beraninya kau mencari masalah dengan organisasi itu!"

Pemimpin Orsdian yang bernama Rage itu terengah marah. Usianya memang masih muda, namun masalah yang ia hadapi membuatnya tidak bisa bernapas dengan baik.

Ferdi, tangan kanan yang paling ia percayai tanpa sepengetahuannya telah membuat masalah besar. Menggunakan kedudukan yang ia serahkan untuk menggerakkan orang-orang di bawahnya, menyerang sebuah organisasi yang berada di rantai paling atas kekuasaan.

Katakan pada Rage bagaimana caranya tenang? Baru dua hari, namun ia telah kehilangan lima puluh persen wilayahnya yang dibantai habis-habisan. Ketua RedFlowers-- Alexander Lordeon, tentu tidak akan bermurah hati sampai semua wilayahnya habis.

"Menggerakkan peluru tanpa seizin ku! Kau menganggap ku apa! Bajingan! Berani sekali kau memprovokasi Tuan Alex! Bajingan kau serigala bermata putih!"

Rage bangkit, memberikan satu tendangan ke wajah Ferdi, namun pria itu dengan lincah menghindar. Hal ini membuat Rage terkejut, ia merasa direndahkan dan tidak dihargai oleh anak buahnya sendiri.

"BERANINYA KAU!" teriaknya.

"Hahahaha."

Tawa yang menggema itu membuat alis Rage yang menukik tajam sedikit mengerut. Di depannya, Ferdi tertawa seperti orang gila tanpa sopan. Pria itu yang tadinya berlutut, kini bangkit dengan wajah yang 99% berubah. Entah mengapa Rage merasa diintimidasi.

Wajah Ferdi berubah menjadi arogan, dengan angkuh mengangkat dagu dan menatap pemimpinnya. Seringai licik terlihat.

Rage merasa ada yang tidak beres, ia menoleh ke kanan dan kiri. Melihat anak buahnya bahkan tak bergerak seinci pun dari posisi. Detik itu, ia mulai mengerti. Bahwa serigala bermata putih di depannya telah melakukan hal yang lebih jauh dari perkiraan. Rage benar-benar kalah telak dan tidak bisa mengelak.

"LOSIUS!" teriaknya.

Namun, sang wakil ketua Orsdian yang duduk di sebelahnya, dengan anggun mendongak sembari menyesap teh. Tanpa mau bergerak ke arah sang pemimpin yang terancam. Hal ini membuat seringai Ferdi terlihat semakin licik dan mengerikan.

"Kau bertanya bagaimana caraku mengatasinya bukan?" Ferdi berkata, menepuk jasnya seolah tengah membersihkan debu. Pandangan meremehkan itu membuat Rage semakin terbakar amarah.

"Beginilah, beginilah caraku. Bukankah sebelum mengatasinya, aku harus membuatmu aman, pemimpin?" katanya penuh permainan.

"Dengan mengkudeta kau, maka aku bisa membuatmu aman. Aku akan mengurung mu di ruang bawah tanah tergelap sehingga tidak ada satu pun orang yang bisa menyentuhmu. Bukankah caraku terdengar sangat baik? Namun, cara itu juga memerlukan pengorbanan. Kau harus menyerahkan posisimu padaku," katanya.

Aldrewana H.L [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang