Uhuk Uhuk
Malam dingin yang terasa mecekam, Zach yang sedari tadi mondar mandir di depan pintu itu kembali mendekat hanya untuk sekedar melihat Wana yang saat ini terlelap di dalam pelukan Wildan, anak itu tampak gelisah dalam tidurnya.
Tak lama langkah kaki mendekat, James muncul dengan seorang pria berkemeja rapi yang memakai kacamata. Seseorang yang memiliki gelar dokter itu mendekat ke arah pemuda yang dibalut selimut tebal.
"Jangan menyentuhku!"
Wildan spontan memekik karena dokter yang hendak memeriksa kondisi Wana itu tidak sengaja menyentuhnya. Gigi James langsung bergemeletuk menahan amarah, Wildan benar-benar mengulur waktu. Padahal kondisi Wana saat ini tak bisa diajak bercanda.
"Bukan waktunya untuk bersikap seolah kau adalah gadis," gertak Zach.
Wildan mengabaikan kedua saudaranya yang memasang wajah tidak menyenangkan, ia memilih merebahkan sang adik ke atas kasur. Dokter muda yang merupakan kerabat jauh keluarga Lordeon itu dengan sigap memeriksanya.
Pintu kamar Wana itu kembali terbuka oleh dua anak buah Alex, membawa perlengkapan medis yang dibawa sang dokter. Masker oksigen langsung terpasang, dokter tersebut menyuntikkan sesuatu ke lengan Wana yang membuat anak itu tidak lagi gelisah dalam tidurnya.
"Untuk saat ini kondisinya sudah ditangani, Wana hanya kelelahan dan kekurangan zat gizi. Aku sarankan, jaga suasana hati dan pikirannya agar tidak terlalu stres. Sepertinya aku harus menghubungi Om Alex untuk bertanya hasil check-up sebelumnya."
Ketika Yuanda berkata Wana baik-baik saja, ketiga pria dewasa di sana menghela napas lega dan meluruhkan otot yang tadinya menegang. James mengusap peluh yang ia dapat karena menggedor rumah Yuan tadi.
Saat kerabat mereka itu pulang, suasana menjadi hening. James menghela napas dan menatap pemuda yang tengah tertidur di atas kasurnya saat ini. Anak ini sangatlah berbahaya, padahal hanya tidur, namun mampu membuat ketiga anak Joe kalang kabut.
"Apa kita perlu memberitahu ibunya?" tanya Zach yang langsung membuat James memutar bola matanya malas. Ia menunjuk kalung yang ada di leher Wana.
"Sudah ada ini, mengapa harus melapor. Wanita itu benar-benar licik," katanya membuat Wildan dan Zach mengangguk membenarkan. Berkata seolah Joe adalah orang lain dan bukan ibu mereka. Jika Wana mendengar, mungkin anak itu akan mengatakan;
"Ku kutuk kau jadi babu." Namun sayang, anak itu tengah tertidur saat ini. Maka tidak ada yang akan mengutuk mereka.
Menghela napas pelan, Zach ikut merebahkan tubuhnya yang lelah karena mondar-mandir di depan pintu. Malam ini, harus ada yang menjaga Wana kan, kalau begitu biarkan ini menjadi tugas Zach.
"Kalian bisa kembali, biar aku yang menjaganya." Wildan dan James spontan langsung menoleh ke arah pemuda itu. Alis yang menukik tajam menandakan jika keduanya tidak suka dengan ucapan Zach, namun lagi-lagi ego mengalahkan segalanya.
"Aku tidak percaya orang sepertimu, biar aku yang menjaganya." Wildan melempar tatapan tajam pada Zach, namun suara seseorang lagi-lagi merebut atensi di sana.
"Aku yang paling bisa diandalkan, kalian bisa pergi dan percayakan anak ini padaku." James menyahut yang membuat kedua saudaranya yang lain mendengus.
"Mari tetap di sini dan lihat siapa yang paling bisa diandalkan." Ucapan Wildan itu mengakhiri segalanya. Ada dua ranjang di sana, yang ditempati Wana, serta ranjang yang biasa menjadi alas Joe dan suaminya.
James memilih tidur di sofa, sementara yang memilih berdiri karena ia tidak mau menyentuh satupun barang asing, lalu Zach yang mengambil kesempatan untuk tidur di samping Wana. Hingga pagi menjelang, hanya Wildan yang tidak tertidur karena tidak ada tempat higienis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrewana H.L [End]
General FictionDemi bergabung dengan geng abal-abal, Wana harus melakukan suatu kenakalan di lingkungan masyarakat. Dengan masker wajah sebagai topeng, pemuda itu memasuki sebuah mobil mewah di parkiran Mall. Namun karena rasa kantuk begadang tengah malam, pemuda...