55. Pindah Mansion.

5.9K 667 61
                                    

Speaker kecil yang memiliki suara bass itu berdentum keras, membuat suasana Mansion yang biasanya sepi kini terasa sangat ramai seperti mengadakan pesta. Namun tidak terlihat seperti yang seharusnya, suara itu berasal dari speaker berbentuk Mickey mouse yang ditaruh dimeja ruang gym.

Sang empu yang menyalakan-- Wana, kini tengah berjoget ria melenggak-lenggok seperti cacing kepanasan. Sepertinya cacing kepanasan terlalu bagus untuk gerakan yang justru terlihat seperti orang kesurupan. Tak ayal, anak itu bahkan lompat ke atas meja dan hampir tersungkur. Membuat orang disekitarnya mendekat untuk menahan karena reflek.

"AYO GOYANG DUMANG, BIAR HATI SENANG, PIKIRANPUN TENANG, GALAU JADI HILANGG. AYOHH GOHYANG DUHMANG, BIAR HATI SENANG, SEMUA MASALAH JADI HILANGG JENG JENG!"

"Sayang, turun. Bukan seperti ini seharusnya," kata Joe sembari menarik-narik tangan anaknya untuk membujuk. Wana menepuk tangan sang ibu beberapa kali sebelum melepaskannya. Bocah itu melanjutkan kegiatannya seolah tidak  mendengar apapun.

"Aldrewana."

Suara bariton itu mampu menghentikan Wana. Bocah itu menoleh untuk melihat seseorang yang berada di ambang pintu ruang gym. Itu Alex. Pria itu terdengar berantakan, dan entah mengapa Wana merasa aura Alex sedikit menakutkan.

"Turun," lanjut Alex dengan wajah datarnya.

Wana berkedip, masih di atas meja hanya mengenakan boxer dan beberapa alat medis yang menempel di dadanya.

"Daddy nyuruh Wana minggat?" katanya dengan nada tak dramatis. Joe yang mendengar anaknya mengatakan itu langsung membola, apa yang dikatakan anaknya?

"Okeh, kalo itu mau Daddy. Wana gak akan nginjekin sikil di rumah ini lagi! Mommy maafin Wana, tapi Daddy ngusir Wana dan Wana gak bisa diem aja! Babay Mommy, Wana bakal jadi gembel aja!"

Wana melompat turun dari meja, namun karena kakinya yang mendarat tidak tepat, kecelakaan tidak dapat terhindarkan. Segalanya terjadi begitu saja. Wana histeris karena kaki kanannya terkilir, mungkin memang ini yang namanya karma.

Sebelumnya, dokter Hans datang untuk memeriksa kondisi anak itu setelah keluar dari rumah sakit seminggu yang lalu. Ketika memastikan kondisinya membaik, dokter Hans memberikan usulan untuk mengecek kesehatan dan kestabilan jantung Wana.

Wana disuruh mengikuti ke ruang gym. Dokter Hans memasang elektroda dan memantau pernapasan serta jantung Wana sebelum anak itu disuruh berjalan di atas treadmill. Awalnya dokter Hans hanya memiliki keinginan seperti ini.

Beda dokter Hans, beda pula perspektif Wana. Yang Wana tahu, ia hanya disuruh berolahraga, kemudian dokter tersebut hanya akan memantau kondisinya seperti pernapasan, kadar oksigen yang masuk ke darah, serta denyut jantung.  Namun berolahraga tidak hanya menggunakan treadmill saja kan?

Karena menurutnya berjalan di atas mesin sangat membosankan, lebih baik Wana dangdutan. Belum lagi lagu milik Mbak Taylor yang berjudul goyang dumang itu sangat eksentrik. Ia berjoget hingga lupa bahwa alasannya adalah untuk cek kesehatan.

Dan berakhir Wana menangis ketika dokter Hans membalurkan gel dingin dipergelangan kaki kanannya.

Joe menghela napas pelan sembari mengelap peluh yang ada di kening sang anak. Jika saja ia tidak mencintai anaknya ini, sudah Joe tendang ke planet Mars sedari tadi. Namun entah bagaimana anak ini berhasil mengambil hatinya yang membuatnya sangat menyayanginya.

"Hiks sakit banget ini Hans, pelan-pelan elunya, jangan pake dendam." Joe menyentil bibir anaknya itu pelan. Bukan Wana namanya jika tidak kurang ajar.

Wana tertidur di sofa ruang keluarga ketika Hans memberikan pijatan agar otot pergelangan kakinya merileks. Kemudian dokter yang dibebankan tugas double dadakan itu akhirnya bisa meninggalkan Mansion yang entah mengapa terasa penuh akan kutukan itu.

Aldrewana H.L [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang