Apa yang diharapkanJoe dan Nyonya Lordeon itu nyatanya tidak berjalan mulus. Setelah menelepon Alex untuk mengabari Jackson jika Wana tidak jadi berangkat hari ini, nyatanya diurungkan saat setik berikutnya Wana membuka mata.
Joe dengan mencoba ikhlas mengirim anaknya ke sekolah bersama dengan Alex. Pasangan suami istri itu bahkan mengantar Wana sampai di kelasnya. Hingga ketika bel masuk berbunyi, Joe dan Alex baru meninggalkan ruang kelas Wana yang mendadak menjadi sunyi.
Ada yang Wana tidak mengerti dengan sekolah ini, jika sekolah lain berada di tempat terbuka dan lokasi yang strategi, sekolah ini justru berada di tengah hutan. Bahkan Wana sampai bingung, perjalanan untuk sampai ke sekolah lumayan menghabiskan waktu kurang lebih dua jam.
Bangunan sekolah ini memiliki halaman kosong yang luas mengelilingi, sementara pagarnya yang terletak lumayan jauh dari bangunan memiliki tinggi sampai lima meteran. Wana yakin jika peraturan di sekolah ini sangat ketat, jika seperti ini ia tidak bisa membolos.
"Woi," panggilnya pada seorang pemuda berwajah dingin yang menjadi teman sebangkunya.
Semua siswa di sini memakai almet yang berbeda, ada yang berwarna merah, biru tua, dan ungu, namun yang dipakai Wana tidak ada. Wana sendiri yang memakai almet berwarna hitam dengan bordir emas.
"Gue tanya dong. Ini gurunya korupsi waktu ya, kok udah bel gak masuk-masuk?" tanya Wana menggunakan bahasa Indonesia. Kata Alex, semua murid yang ada di sini minimal menguasai lima bahasa. Termasuk bahsa Indonesia yang katanya memiliki hubungan dan alasan yang dirahasiakan.
"Tunggu," kata pemuda bernametag Yosha. Wana mengedikkan bahu acuh dan mengedarkan pandangnya ke penjuru kelas. Mendadak ia merasa merinding.
Di Indonesia, banyak kejadian yang bernama kereta Ghaib dan sebagainya, Wana takut ia memasuki sekolah Ghaib karena kelas yang tidak ada gurunya ini benar-benar sepi. Tidak ada yang berbicara satupun, mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Wana jadi curiga apakah mereka manusia. Pasalnya, jika di Indonesia saat seperti ini adalah surga bagi para pelajar. Termasuk Wana, maka untuk membuktikannya Wana berjalan menuju depan kelas. Ia menatap mereka satu persatu, mereka hanya meliriknnya sekilas dan kembali pada aktivitas sebelumnya.
Menghela napas pelan, Wana mengarahkan telapak tangannya ke arah mereka yang kini resmi menjadi teman sekelasnya.
"Allohummma barik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa 'adza bannar."
Wana pernah diajari oleh Orion, katanya jika ingin meruqyah seseorang jangan menggunakan ayat kursi, melainkan doa makan. Biar setannya mengira jika Wana ingin memakan mereka, lalu mereka akan takut dan lari.
Krik krik
Hening
Hening
"Apa yang kamu lakukan Nak?"
Semua yang ada di sana menoleh ke arah ambang pintu, ada Jackson dan seorang pria muda yang mengenakan jas hitam. Keduanya masuk, Wana hendak duduk namun Jackson menahannya.
"Papi tanya, apa yang kamu lakukan?" tanya Jackson sekali lagi yang membuat Wana menelan salivanya.
"Wana rasa mereka kesurupan, jadi Wana cobain baca doa biar setannya pada ilang."
Pemilik sekolah itu terpingkal memegangi perut, tak habis pikir dengan ucapan Wana yang ia mengerto. Jackson pernah mengerjakan sesuatu yang membuatnya harus tinggal selama delapan tahun di Indonesia, oleh sebab itu ia lebih mengerti bahasa yang Wana gunakan.
"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?" tanyanya. Wana menghela napas pelan.
"Abisnya mereka diem aja, diajak ngomong juga gak nyaut. Berhubung sekolah ini letaknya di tengah hutan, bisa aja kan kalo mereka kesambet atau ketempelan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrewana H.L [End]
Genel KurguDemi bergabung dengan geng abal-abal, Wana harus melakukan suatu kenakalan di lingkungan masyarakat. Dengan masker wajah sebagai topeng, pemuda itu memasuki sebuah mobil mewah di parkiran Mall. Namun karena rasa kantuk begadang tengah malam, pemuda...