[Part 31 : Lambemu]

2.3K 294 27
                                    

Cerita ini emg buat hiling ya readers-nim, bukan bikin pening.

•🍄🍄🍄•

"Abang, aku juga butuh duit jajan nih. Soalnya di depan ada Kang bakso."

Nana berucap dengan nada dan wajah semanis mungkin, hanya kalau ada maunya tapi.

Revan mengangkat sebelah alisnya, bersedekap angkuh. Menatap penampilan Nana dari kaki sampai kepala yang kini mengenakan kaus oblong bergambar karakter Dora The Explorer. Karena ini Nathan, jadi Revan tak yakin kalau pemuda itu akan merasa malu perihal kaus yang dia kenakan.

"Siapa ya Deck?"

"Emang kita pernah kenal?"

Nana terperangah.

Menatap tak percaya pada Revan.

"Abang masih ngambek?"

Revan melengos, memilih duduk bersantai dan merebahkan diri di karpet, area sebelah Cetta yang tengah tertidur. Mengusap rambut sang adik, dan mengabaikan ekspresi menyebalkan Nana.

"Dih, baperan."

Dia menoleh kearah lain, tak tahu jika dibalik wajah tenang Revan, hatinya tengah mengumpat sana-sini. Nana yang seenak jidat mengatainya baperan, lalu melupakan kejahilan level Dewa macam apa yang sudah dia lakukan beberapa jam lalu. Lihat sendiri 'kan, seberapa ngelunjak adiknya itu.

"Bang No, Nana minta duit dong."

Nana beralih melangkahkan kakinya kearah Jeano yang tengah berkutat dengan berkas-berkas kantor bersama kacamatanya. Jeano tak sengaja menatap Revan, terkejut, satu kakaknya itu sedang melayangkan gestur menggorok leher dan menunjuk-nunjuk dirinya yang tidak tahu apa-apa. Nana yang membelakangi Revan tentu saja tidak mengetahuinya.

Ah, sekarang Jeano paham. Pandangannya beralih pada Nana yang masih setia menunggu jawaban darinya.

"Nggak ada, Na. Abang nggak megang tunai."

Perkataan yang sontak membuat Revan kegirangan dalam hati.

Jeano memang tidak akan tega pada Nana.

Sayangnya, lebih mendominasi lagi rasa takutnya pada mulut pedas si mungiel.

"Hilih, pasti udah kongkalikong sama yang onoh."

Nana mencibir, duduk di sofa bersama wajah merengutnya yang menggemaskan. Jujur, dompetnya kosong dan tidak Nana dapati selembar pun uang selain selembar yang bergambar Kapiten Pattimura. Kartu, tentu saja tidak bisa digunakan untuk bertransaksi dengan seorang Kang penjual bakso, atau caci maki dan omelan pedas akan diterima Nana nantinya.

"Abaaang..." Nana melompat-lompat kecil dengan riang menuju Mark yang membawa sepotong semangka di tangannya. Menadahkan tangan, bermaksud meminta duit.

"Cuma ada lima puluh tapi, gimana?" Mark merogoh selembar lima puluh ribu di saku piyamanya.

"Nggak papa, Bang. Itu banyak tuh."

Tepat setelah memegang selembar uang berwarna biru itu, Nana mengecup pipi Mark dan berterima kasih. Kemudian menonjolkan deretan gigi atasnya, menghadap Revan yang juga balik menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya. Memasang wajah meledek pada sang Kakak keduanya.

"Nggak kaya si anu, medit tak tertolong." 

Revan memejamkan mata, bersabar.

Jangan sampai sandal rumahan yang ia kenakan, melayang mengenai kepala adik kurang ajarnya itu.

•🍄🍄🍄•

"Mau langsung pulang, Dok?"

Mark mengangguk sambil tersenyum tipis. Melirik seorang perawat muda yang sedang memperhatikan seksama layar mesin elektrokardiogram yang terhubung dengan tubuh seorang pasien.

ABOUT DREAM - NCT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang