[Part 24 : Gosip Sialan]

2.3K 277 8
                                    

Mark membasuh wajahnya sendiri, menatap balik pantulan cermin yang menampilkan raut keruhnya selama nyaris seharian ini. Seperti rutinitas biasanya, rasa mual telah lama menyerang namun kali ini dibarengi dengan kepala yang terasa pusing.

Sebenarnya jam kerjanya sudah berakhir dalam 15 menit lalu, entah mengapa rasanya Mark terlalu malas untuk melangkahkan kakinya keluar dari toilet.

"Lo tau kan, gelar pendidikan yang tinggi juga nggak ngejamin seseorang punya adab dan kehormatan di mata masyarakat."

"He'em. Apalagi kalau seseorang itu udah nyambi S3. Seharusnya tau betul hukuman apa yang bakal menanti seandainya terbukti ngelakuin suatu kejahatan."

"Contohnya ya, kaya kasus pelecehan."

Mark yang baru saja keluar dari toilet sembari menenteng tas kerjanya, praktis mendengar jelas pembahasan itu. Dua orang dokter coass yang tengah dalam posisi menumpukan siku mereka pada meja resepsionis, saling berghibah ria ditengah kekosongan jadwal mereka.

Pria muda itu berdehem, berjalan dengan sorot mata datar dan tak mengindahkan raut penuh keterkejutan dari dua orang itu. Meski tak menampik fakta kalau wajah datar itu hanya sebagai topeng, untuk meyembunyikan rasa tidak nyaman yang dia rasakan terhadap topik pembahasan kedua dokter tadi.

Inilah alasannya Mark sempat merasa malas dan memilih berdiam diri di depan wastafel selama nyaris 15 menit lamanya. Selama seharian ini telinganya panas, dan jika dihiperbolakan mungkin saja mengepulkan segumpal asap; ulah deretan desas-desus menyebalkan yang terus-terusan terlontar dari banyaknya petugas medis dan staff di rumah sakit ini.

Cukup sampai disana, Mark tak perlu bukti lebih kalau 'seseorang' yang masuk dalam gosip panas itu tak lain dan tak bukan, adalah Mark Giovanno sendiri.

Tepat di depan ruang operasi, Mark mendudukkan dirinya di bangku panjang yang berbahan besi atau apapun itu. Sekelumit gosipan yang seluruhnya terdiri dari fitnah itu membuat pikirannya berkecamuk, menciptakan konfrontasi hebat hingga sejujurnya mampu membuat kepalanya terasa kian berdenyut ngilu. Pijatan yang dia berikan di pangkal hidung, sebagai harapan agar rasa pusing itu sedikit mereda.

Shit.

Hanya tinggal katakan 'sampai jumpa lagi' untuk reputasi baik seorang Dr. Mark Giovanno.

"Mark?"

Hanya dari suara dan wewangian parfum, Mark sudah dapat menebak siapa yang memanggil namanya sambil menjatuhkan sebuah tepukan pelan di bahu.

"Hm?"

Merry, seorang dokter cantik di usianya yang hanya terpaut setahun lebih tua daripada Mark. Mereka selalu berada dalam satu universitas sejak awal, sementara wanita muda itu memilih mengambil spesialis kardiovaskular. Dibilang sekedar bertitel 'rekan' pun, mereka adalah tempat berkeluh kesah dan si pemberi moral support kepada satu sama lain layaknya sepasang sahabat yang sangat dekat.

Tidak pernah berubah, bahkan sampai keduanya sudah resmi membangun rumah tangga masing-masing.

Si wanita mengambil tempat di sebelah Mark.

Mark menempelkan kedua tangannya sendiri yang saling menggenggam ke kening. Gesturnya benar-benar menunjukkan kalau sahabat si wanita memiliki banyak beban pikiran dan itu membuatnya frustasi setengah mati.

"Trust me, I'm not that kind."

"Sure. Gue bahkan lebih percaya ladang gandum kalo kena hujan cokelat bisa berubah jadi koko crunch, daripada gosip murahan itu."

Mark hanya terkekeh lirih.

"Gue udah kenal lo sejak jadi maba S1. Gimana kelakuan lo, gaya bicara lo, hal-hal kecil yang jadi kebiasaan lo; sedikit banyak gue udah paham. Kalaupun lo ternyata dikenal sebagai cowok berengsek untuk orang-orang diluar sana, gue yakin banget kalo lo nggak seberengsek itu buat nidurin cewek tanpa hubungan yang sah."

ABOUT DREAM - NCT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang