[Part 27 : Kemarahan]

3.1K 310 21
                                    

"Bang Jeano itu... jelas banget kalo dia punya love language jenis act of servis. Talk less, do more."

"Kalo Jio, lebih ke... quality time, maybe? Dilihat dari kebiasaannya yang sering ngajak gue atau Cetta pergi berdua, juga ngabisin waktu cuma berdua."

"Kalo si bangke ini..."

Nana menunjuk Haekal tepat di bagian wajah dengan stylush yang dia genggam. Tanpa peduli itu sopan atau tidak.

"Punya love language jenis... word affirmation walaupun orangnya suka banget nyosor sana-sini. Tapi bisa jadi gabungan sama physical touch juga sih."

Nana benar-benar berceloteh sendiri tanpa menghiraukan tatapan aneh yang ditujukan Haekal padanya. Si pemuda Gabby itu tengah gabut dan hanya sibuk mengusak layar gawai; menuliskan banyak kesimpulan perkara love language yang ditunjukkan setiap satu saudaranya kepada yang lain.

Haekal yang mendengarnya sedari tadi jadi jengah sendiri. Nana yang begitu aktif berceloteh ini-itu, tetapi Haekal jamin jika orang lain yang akan merasa lelah hanya dengan mendengarkannya.

Tak heran, Nana si paling moody dalam lingkup keluarga Adyatama. Kadangkala, untuk sekedar mengucapkan sepotong kalimat pun anak itu nampak enggan nan ogah-ogahan dalam melakukannya.

Bugh.

"Aw."

"Sialan lo, Na! Gue lagi diem juga."

Haekal misuh-misuh ketika Nana melemparkan sebuah bantal hingga mengenai wajahnya. Tentu saja menimbulkan sedikit rasa sakit, apalagi di bagian hidung.

"Untung muka gue nggak gepeng," gumamnya ngasal.

Benar-benar sial, diamnya Haekal pun akan tetap salah dan akan tetap kena batunya.

"Jangan salah paham, itu love language dari gue."

"Physical attack."

Setelah itu Haekal tertawa pelan. Dia menggeleng geli akan tingkah manis tapi menyebalkan adiknya itu.

"Ke gue doang lo berani nunjukkin love language lo––yang physical attack itu?"

"Kalo ke Jio, berani nggak?"

Barulah Haekal mendapatkan sebuah pukulan pelan di paha, semakin membuat tawa itu terdengar semakin keras dari sebelumnya.

Kasur terbalut sprei kuning ngejreng dengan motif daun singkong itu, sudah kusut nan terombang-ambing tak karuan. Karena dijadikan alas bagi dua orang gabut untuk melakukan aktivitas yang beragam. Jika yang satu mengisi kegabutan lewat bermain tablet, maka yang satunya lebih gabut lagi karena hanya berdiam diri dan memperhatikan apa yang sang adik tengah lakukan.

Lalu tirai berwarna abu-abu terang yang sejak awal berkibar begitu hebat, disebabkan pintu balkon yang terbuka penuh hingga membiarkan hembusan angin memasuki kamar yang mereka tempati.

Haekal terpekur, menatap apapun yang bisa dia tatap sembari menggaruk ketiak dari balik kausnya.

Si Gabby Nathaniel ini, rupanya masuk dalam golongan cowok alay juga.

Lihatlah, bagaimana dua buah bantal custom yang memenuhi kasur; yang satu mencetak foto selfie Nana bersama Jeano dengan emoticon love bertebaran, yang satu lagi mencetak foto Nana dan Jio bersama filter pipi merona.

"Ini anjir,"

Haekal menertawakan satu bantal yang tergambar wajah Nana dan Jio. Perutnya sampai kram, apalagi jika kembali memperhatikan jika foto Jio di bantal itu hanya tercetak setengah wajahnya saja. Tentu saja gambar hidungnya juga ikut menjadi terbelah dua bagian.

ABOUT DREAM - NCT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang