🎗TDG-21🎗

12K 1.9K 72
                                    

Mari biasakan vote diawal atau diakhir chapter🏃

><

Mengerikan, Hanara benar-benar harus memutar otak cerdasnya agar rencana awal diubah, dia tak bisa menggunakan rencana awal karena itu tak akan berhasil.

Saat ini mereka sedang duduk di ruang osis, pihak sekolah sedang menangani kasus bunuh diri--bukan, siswa tadi bukan bunuh diri, itu yang Hanara yakini.

"Siswa tadi bernama Valerio Angga, kelas 11 IPA 2." ucapan Ketos disana membuat Hanara mulai berpikir lagi.

"Dia dibunuh." Hanara angkat suara, dia menatap ke 4 anggota Osis yang duduk bersebrangan dengannya.

Tatapan mata ke 4 osis itu pun tampak setuju pada ucapan Hanara, lagian orang normal mana yang mau bunuh diri dalam keadaan telanjang?

"Kenapa kamu seyakin itu?" tanya Ervino pelan, dia juga ragu kalau tadi itu adalah kasus bunuh diri.

Hanara menunduk sejenak, dia sedang menganalisa dari TKP yang tadi dia lihat sesaat.

"Aku juga ragu, karena tadi aku melihat ada 4 orang gadis nampak puas setelah siswa itu jatuh, dan tidak menutup kemungkinan siswa tadi bunuh diri karena dipaksa siswi-siswi tadi, atau malah dia dipaksa untuk melompat karena permintaan siswi-siswi itu."

Hening, tak ada jawaban sama sekali.

"Sebenarnya, ini bukan kasus pertama, sudah ada lebih dari 6 siswa yang bakalan bunuh diri dalam sebulan, makannya siswa disini jadi minoritas."

Aaa jadi begitu, Hanara bingung, dia tau sekali tatapan para siswi tadi adalah tatapan menantang, tapi Hanara terlalu malas untuk berkelahi dan membuang tenaga.

Berpikir saja sudah membuat Hanara capek.

"Kayanya kami gak bisa mengubah sosialitas di sekolah ini, tapi kami bisa beri kalian solusi," Hanara berharap rencana ini berhasil.

Karena sebelumnya, mudah sekali bagi mereka untuk menyelesaikan dan mengubah keadaan sekolah lain, tapi untuk yang ini sudah menyangkut kematian seseorang.

"Solusi apa?"

"SMA kami, para siswa nya malah terkesan hyper tentang sex, aku jadi khawatir, karena sepertinya sebagian dari mereka adalah bisexual dan akan menuntaskan hawa napsu mereka dengan laki-laki, saat mereka tak bisa lagi menjamah perempuan disana,"

Hanara kemudian mengambil sebuah gelang hasil buatan Kalio dan Vion.

"Gelang ini, kami akan mengubahnya, sensor ini awalnya untuk laki-laki yang ingin menyentuh perempuan, tapi nampaknya kami bakalan ubah sensornya, jadi perempuan yang ingin menyentuh laki-laki, saat perempuan menyentuh gelang ini, mereka akan terkena sengatan listrik,"

"Dengan begitu, perempuan disini tak akan bisa lagi menyentuh para siswa minoritas,"

"Bagaimana dengan para siswi nya?" sahut Bendahara Osis.

Helaan napas resah Hanara berikan.

"Aku bahkan gak bisa bedain mana siswi yang normal dan mana yang bermasalah, disini seolah semua sama saja."

"Hanara, bagaimana kalau kita membuat sensor 2 jenis," sela Algam ikut bersuara.

Kini tatapan seluruhnya tertuju pada Algam. "Bagaimana maksudnya?" tanya Xervan.

"Nah, jadi Kalio dan Vion bakalan modif ulang gelang itu, jadi sensor 2 jenis, sensor untuk perempuan dan laki-laki, jadi saat pemiliknya merasa terancam, dia bisa menekan tombol darurat digelang itu,"

"Dan tombol darurat itu akan menyetrum object yang menyentuh sipemakai gelang, jadi bisa untuk menyetrum perempuan maupun laki-laki, karena pelaku bisa saja perempuan dan laki-laki,"

"Laki-laki bisa saja menyerang sesama nya, begitu pula dengan perempuan, jadi akan berguna jika gelang ini memiliki 2 sensor dan tombol darurat."

Mereka terdiam, ucapan Algam sangat benar.

"Bagus, kamu pintar sekali." puji Hanara.

Algam terkekeh pelan, dia mengangguk menerima pujian dari Hanara.

"Kami akan kembali besok dengan gelang baru itu dan juga dengan beberapa siswa dari sekolah kami, siswi disini pasti tak akan bisa ditundukan sebelum mereka bertemu dengan yang kekuatannya setara,"

"Apa maksud dari setara?"

Hanara menghela napas lagi, capek juga ya harus ngejelasin lagi, Hanara males kalau harus jelasin panjang lebar.

"Setara itu maksudnya sama, kalau disini Siswinya suka membully dan suka melecehkan para siswa, maka pertemukan saja mereka dengan siswa dari sekolah kita, bukan kah kegilaan mereka setara?" sudut bibir Hanara naik sedikit.

Benar, apa yang Hanara katakan itu benar.

"Karena hari ini ada kasus tadi, kami akan kembali ke sekolah kami, besok kami akan datang dengan para siswa di sekolah kami, dan para siswa disini kami harap mau ikut ke sekolah kami besok, ini semacam pertukaran pelajar, lihat reaksi seharian besok saat siswa sekolah kami datang,"

"Akan kah ada perubahan, atau tetap sama seperti itu."

Siswa disini harus diamankan, lebih baik siswa disini dipindahkan ke sekolah mereka, dan siswa sekolah Hanara pindah kesini.

Jadi kan mereka bisa adu mekanik, siswi disini haus akan napsu, tamak dan tegaan sebagai manusia, sementara siswa di sekolah mereka itu juga napsuan, gila, dan kasar.

Kalau mereka dipertemukan, akan ada 2 hal terjadi, mereka memanfaatkan satu sama lain demi keuntungan mereka, atau malah saling pukul.

Hanara harap rencana ini berhasil, karena dia yakin sekali tak akan ada rencana lain selain mempertemukan kedua belah pihak.

Ada rencana akhir, yaitu membakar sekolah ini, tapi itu kan gak mungkin yaaaaaaa.

Sepulang dari sini, Hanara akan mencari teman Bagas yang bernama Telaga itu, Hanara harus mengajaknya kerja sama.

Telaga bisa membuat banyak benda modifikasi untuk perlindungan diri.

Kalio dan Vion saja tak cukup untuk jadi tim modifikasi, harus ada tambahan.

🎗Bersambung🎗

Transmigration Dominant Girl [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang