🎗TDG-23🎗

11.5K 1.9K 118
                                    

Haloo, biasakan vote diawal atau diakhir chapter🏃

200 vote 60 komen gas🏃

><

Seperti rencana nya, Hanara melihat suasana sekolahnya yang sangat damai dan normal sekali, para siswa dan siswi terlihat berteman dengan baik.

"Bagus, sesuai apa yang aku rencana kan." Hanara merapikan rambutnya, dia menggerai rambutnya panjangnya lalu mengikatnya ala pony tail.

Helaan napas Hanara berikan, ini lah pemandangan yang sangat Hanara sukai, siswa dan siswi saling menghargai dan berteman selayaknya anak-anak remaja pada umumnya.

Setelah ini Hanara harus pergi ke Cafe tempat dia dan Telaga janjian, Hanara sendirian kesana, karena teman-temannya yang lain sedang sibuk.

"Kaya ada yang kurang deh, tapi apa ya." Hanara merasa ada sesuatu yang mengganjal, tapi dia bingung apa itu.

Apa dia ada melupakan 1 temannya?

"Ervino, Xervan, Jerven, Vion, Tirian, Salio, Kalio, Algam..siapa satu lagi ya."

Hanara pasti melupakan 1 orang lagi, tapi Hanara tak tau itu siapa.

"Hanara, kamu sendirian aja, mana yang lain?" Hanara spontan berbalik guna melihat siapa yang memanggilnya.

Seorang cowok manis, tinggi nya kira-kira 175 Cm, rambutnya seleher dan ada tindik ditelinga kirinya.

Ini dia yang tadi kelupaan.

"Aelion! Kemana aja sih? Lo gak ikut lagi semenjak pulang dari Cakrawal,"

Benar, Aelion ini tak lagi ikut bersama Hanara sepulangnya mereka dari Cakrawala seminggu yang lalu.

Aelion tampak tersenyum, dia mengusap rambut Hanara "Gue mau pindah sekolah, gue juga keluar dari Osis makannya gak pernah ikut sama lo lagi." ujarnya lembut.

Hanara ber oh ria, Aelion ini pendiam dan tak mencolok, selama di SMA Cakrawala, Aelion tugasnya hanya memantau saja.

Kecerdasannya tak terlalu digunakan, tapi Aelion ini cepat tanggap dan cekatan, sayang dia gak sekolah disini lagi.

"Kenapa lo pindah?"

"Biasalah, orang tua gue dimutasi keluar kota."

"Oh gitu, yaudah, good luck di sekolah lo yang baru."

Aelion mengangguk, jika ditelisik, Hanara seharusnya sadar pada tatapan mata Aelion yang agak gelap.

Bodoh.

Aelion yang dikenal sebagai dipendiam, ternyata menyimpan rencana nya sendiri, dia sengaja pergi dari sekolah itu agar tak ada yang bisa menghentikannya.

....

Hanara tau, merasakan bila orang dihadapannya ini adalah orang yang sangat pintar, raut wajahnya ditambah cara dia duduk menunjukan kepintaran yang dia miliki.

Telaga memiliki wajah yang teduh, tidak manis maupun tampan, wajah Telaga itu biasa saja namun kesan lembut dan hangat tercetak jelas disana.

"Hanara kan? adiknya Bagas yang katanya mau bertemu dengan saya." bahkan suaranya lembut, pengucapan kata per kata sangat jelas dan teratur.

Hanara mengangguk, senyum sopan dia berikan. "Ada keperluan apa ya?"

"Kak Telaga, kakak bisa membantu saya?"

"Bantu apa?"

"Kakak ini seperti harta karun, saya baru tau kakak ini yang membuat pistol pemberian bang Bagas, itu hebat sekali." seulas senyum tipis Hanara berikan.

Kadang kala, dalam negoisasi itu perlu senyum untuk meyakinkan lawannya.

Telaga tertawa pelan, dia mengetuk meja bundar ditengah mereka kemudian merubah raut wajahnya menjadi sendu.

"Hanara..sebelum kamu mengatakan hal lain, kamu tau siapa saya?" tanya Telaga lembut.

Hanara menggeleng "Maksudnya?"

"Kamu kenal siswa yang bernama Tirian?"

"Iya saya kenal, dia teman saya."

"Tirian, dia yang kamu tolong saat di kamar mandi, saat dia dipaksa mengenakan seragam siswi dan dalam keadaan mengenaskan, kamu kenal kan?"

"Iya saya kenal."

Telaga menunduk sejenak, bahunya bergetar pelan. "Kak Telaga, kakak kenapa nangis?"

"Hiks.."

"Kak-"

"T-tirian yang ada disebelah kamu..hiks..itu bukan Tirian.." isaknya lirih.

Ekspresi Hanara berubah seketika, apa maksudnya?

"Bentar, kakak berhenti nangis dulu ya, baru bilang sama saya lebih jelasnya."

Telaga mengangguk, dia menahan tangisannya lalu menyeka air mata dipipinya, bibirnya bergetar pelan.

Manik matanya berwarna coklat madu itu masih berlinangan air mata.

"Tubuhnya..memang tubuh Tirian..cuma jiwanya bukan jiwa asli Tirian..jiwa yang ada disana itu namanya Bobby.."

Bobby? Seperti nama mantan kekasih Hanara didunia sana.

"Bagaimana saya bisa percaya?"

Telaga tampak gusar, bagaimana cara Telaga menjelaskan dan membuktikan pada Hanara perihal hal itu.

"Kamu sendiri, kamu bukan Hanara asli dari tubuh itu kan? Kamu bukan dari dunia ini."

Terdiam, bagaimana Telaga tau!?

"Kok..bisa tau.." lirih Hanara tak percaya.

"Karena Hanara Dandelion sendiri yang bilang sama aku d-dan aku sendiri bukan Telaga..a-aku Tirian..jiwa Telaga udah gak ada dan aku gatau apa yang terjadi Hana..a-aku takut.."

"T-tunggu, kak Telaga itu..Tirian!?"

Telaga tampak bergetar, dia menunduk tak berani menatap Hanara, dia takut Hanara mengiranya berbohong.

Bagaimana cara menjelaskannya yang lebih jelas ya.

🎗Bersambung🎗

Transmigration Dominant Girl [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang