Hai, mari biasakan vote diawal atau diakhir chapter yaa🏃
250 vote dan 60 komen gas🏃
><
Hanara akui kali ini dia beneran panik, mendengar kabar kecelakaan 4 anggota keluarga nya tadi malam, Hanara langsung ke rumah sakit begitu dia mendapat kabar itu.
Jam 12 Hanara ke Rumah Sakit, dia menunggu sendirian didepan ruang ICU, tak lupa membawa alat perlindungan diri beserta gelangnya.
"Hahh..ini benar kejadiannya karena rem blong.." bisik Hanara lelah, Polisi di TKP menyatakan jika supir truk mengalami rem blong sehingga melaju tak terkendali.
Dan walau berhasil menghindar, mobil mereka tetap saja menabrak sesuatu.
Diantara ke 4 nya, belum ada yang sadar, Bagas sudah selesai operasi pengangkatan kaca dari mata kiri nya, Helvi juga masih pingsan.
Galan dan Andrew juga masih pingsan, Hanara menerima banyak informasi mengenai mereka ber 4, dimana Galan mengalami benturan keras sehingga membuat jaringan sarafnya terganggu.
Andrew mengalami patah tulang kaki kanan karena terjepit, Helvi belum dipastikan, nanti begitu dia bangun akan diperiksa apakah dia mengalami trauma pasca kecelakaan atau tidak.
Kalau Bagas, sudah jelas mata kirinya harus diangkat dan dia hanya punya mata kanannya saja sekarang.
"Selamat Pagi, keluarga dari Pak Andrew?" Hanara mendongak, itu perawat yang tadi menangani keluarga nya.
Dengan segera Hanara berdiri dan mengangguk, dia lumayan lelah karena ini masih jam 4 subuh, dia belum tidur dari semalam.
"Iya saya Sus."
"Pasien atas nama Andrew, Helvi, Galan dan Bagas akan segera dipindahkan, anda ingin kamar yang sama atau berbeda kamar?"
"Samakan saja, kamar kelas 1 dan kalau bisa ruangannya besar."
"Baiklah, silahkan tunggu sebentar."
Hanara mengangguk begitu saja, dia menunggu beberapa saat sampai akhirnya para perawat mendorong kasur yang ditiduri ke 4 nya menuju kamar kelas 1.
Setidaknya sampai mereka bangun, Hanara bisa tidur sebentar.
....
"Hanara.."
Hanara langsung membuka matanya begitu mendengar seseorang memanggil, tadinya Hanara lagi tidur disofa depan kasur ke 4 anggota keluarganya.
"Hanara..hiks..sakit.." dengan cepat Hanara bangkit lalu berjalan menuju Helvi yang sudah bangun, dia terduduk ditengah kasur sambil menangis.
"Ada apa? Mana yang sakit?" tanya Hanara dengan suara lembutnya, dia mengelus rambut Helvi pelan.
Helvi menunjuk kearah pipinya, pipi yang mendapatkan 6 jahitan karena pecahan kaca menancap disana.
Tombol diatas kasur segera Hanara tekan, dia menenangkan Helvi dulu sampai Dokter datang.
"Haus? Minum dulu yah." Helvi menggeleng, dia meminta Hanara untuk memeluknya saja.
Hanara menurut, dia memeluk Helvi erat, mengelus punggungnya agar berhenti bergetar.
"T-takut..hiks..takut.."
"Iya sekarang Helvi bakal baik-baik aja, udah di rumah sakit kok."
"Jangan pergi..takut..hiks.."
"Iya, Hana gak kemana-mana."
Sepertinya, Helvi mengalami trauma seperti apa yang Dokter katakan tadi.
Hanara terus memeluk Helvi dalam
keadaan berdiri sampai cowok ini tenang, baru setelahnya dia melepas pelukan bersamaan dengan Dokter yang masuk.Dokter yang masuk tak sendiri, ada beberapa perawat dan seorang yang Hanara kenal.
"Loh? Xervan?"
Xervan datang bersama buah ditangannya, dia mengulas senyum manisnya dan berjalan mendekati Hanara.
Sementara Helvi diperiksa, Hanara duduk disofa bersama Xervan.
"Ngapain kemari?" tanya Hanara to the point, Xervan menggeleng pelan.
"Aku denger kabar soal kecelakaan Helvi, jadi sebagai perwakilan Osis aku datang, nanti Ervino juga bakalan datang sebagai perwakilan KomDis."
"Ooh begitu, baiklah, sudah sarapan?"
"Belum, mau sarapan bersama?"
"Boleh." Xervan meletakan buah tadi ke meja lalu mengulurkan tangannya pada Hanara, berniat menggenggam tangan gadis cantik-nya.
Pelan Hanara menggapai tangan Xervan dan menggenggamnya erat, dia berdiri.
"Pasien atas nama Helvi sudah ditenangkan dan dibius, untuk sementara jangan tinggalkann pasien karena itu bisa memicu trauma nya naik." Hanara mengangguk.
Setelah itu Dokter dan Perawat keluar dari kamar inap, dan disusul Hanara.
Mereka kan tadi niatnya mau beli sarapan ya, tapi firasat Hanara sedang tak baik kalau kamar inap gak dijaga, dia menatap Xervan kemudian melepas tautan tangan mereka.
"Belikan saja makanan di kantin, nanti makan di kamar, tidak ada yang menjaga kamar inap, itu berbahaya."
Xervan mengangguk paham, dia mengusak gemas rambut Hanara sebelum berjalan menjauh menuju kantin.
Hanara masuk ke dalam kamar inap dan menguncinya, deru napas Hanara kencang sekali, dia menunduk dan perlahan merosot ke lantai.
"Sial..." Hanara kalut.
Apa yang harus dia lakukan, dia bahkan belum membuat rencana cadangan!
🎗Bersambung🎗
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Dominant Girl [End]
Teen FictionDi dunia asalnya, perempuan tak lagi ditindas, perempuan bisa sejajar dengan laki-laki dalam hal materi dan kepintaran, perempuan bisa mendominasi sebuah hubungan dengan tenang. Para lelaki pun mulai sadar akan keberadaan perempuan yang tak sembaran...