Biasakan vote diawal atau diakhir chapter yaaaa.
250 vote 60 komen gas🏃
><
Hari ini seharusnya Hanara pergi ke sekolah, tapi dia masih harus mengurus Papi dan ke 3 saudaranya, terlebih Galan memang mengalami gangguan saraf.
Bocah itu jadi sulit bicara dan bahasanya terkadang berantakan, Andrew sendiri kondisinya stabil, hanya saja kakinya mengalami patah tulang sebelah kanan.
Untuk Bagas, dia yang paling diperhatikan sama Hanara, pasalnya mental dan kondisi fisiknya agak menurun.
Bagas sering mengamuk karena kenyataan bahwa matanya hanya bersisa satu, membuat mentalnya terguncang.
Helvi sendiri, sudah mulai membaik, Psikiater di rumah sakit itu sering datang Helvi untuk membantu menghilangkan trauma nya.
Tugas Hanara malah semakin banyak saja, di rumah memang sudah ada bibi yang membersihkan dan mencuci pakaian.
Juga memasak, lalu ada Paman supir yang akan mengantarkan makanan ke rumah sakit lalu membawa pakaian kotor pulang, Hanara harus mengurus surat izin edaran untuk gelang perlindungan diri itu.
Dan lagi hari ini mereka akan pergi ke SMA terakhir, Hanara lupa namanya apa yang pasti sekolah itu akan menjadi sekolah terakhir yang mereka datangi.
"Hana mau kemana?" pertanyaan Bagas membuat Hanara berhenti mengikat sepatu, dia menegakan tubuhnya lalu menoleh pelan kearah Bagas.
Tatapan mata cowok itu sayu, Hanara memberikan senyum tipisnya lalu bangkit dari sofa, berjalan menuju kasur Bagas.
Andrew, Galan dan Helvi sudah selesai sarapan, sudah minum obat juga, jadi mereka tertidur karena efek obat.
"Hana mau sekolah bang, abang tidur aja ya, kan udah sarapan terus udah minum obat." elusan pelan Hanara berikan dipipi Bagas, berusaha membuat cowok itu tenang.
Bagas menunduk, dia memeluk Hanara dan menumpukan dagu dibahu sang adik.
"Takut..semalam..ada yang masuk kesini pas kamu ke kantin.." lirih Bagas gemetar.
Hanara terdiam, dia mendorong pelan tubuh Bagas lalu menatapnya dalam. "Gimana ciri-ciri nya?" tanya Hanara pelan.
Dia tak boleh panik, harus tenang.
Bagas menggigit bibir bawahnya pelan. "Dia..cowok..rambutnya itu pirang agak kecoklatan.." cicit Bagas.
Pirang kecoklatan? Itukan warna rambutnya Tirian.
"Dia tinggi nya semana?"
"Kayanya..tingginya kaya abang.."
Bukan Tirian, kalau Tirian itu tingginya sama seperti Helvi, lantas siapa?
"Abang tenang ya, gak bakal ada yang masuk kok, mungkin itu orang salah kamar."
"Enggak..dia gak salah kamar..dia..ada naruh sesuatu, kayanya semacam kamera rahasia." bisik Bagas serius.
Hanara mengangguk, dia mencium dahi Bagas dan mengelus rambutnya pelan. "Nanti Hanara cari kamera rahasianya, abang tidur yah, Hana nanti jam 10 bakal kesini lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Dominant Girl [End]
Teen FictionDi dunia asalnya, perempuan tak lagi ditindas, perempuan bisa sejajar dengan laki-laki dalam hal materi dan kepintaran, perempuan bisa mendominasi sebuah hubungan dengan tenang. Para lelaki pun mulai sadar akan keberadaan perempuan yang tak sembaran...