Pernah aku menyatakan segamblang alfabet diatas layar menyala marah
Merentenkan pusara sendu kalimat-kalimat yang tanpa sadar kutahu itu
Merapal cepat pada papan ketik didalam layar bertema hitam demi sebuah cerita yang terlalu riuh disimpan sendiri
Entah apa harapanku
Entah apa inginku
Entah apapun itu
Aku hanya mau begitu
Tak selang menit lama, aku berhenti, menarik napas, lantas mengoceh lagi
Menghabiskan maksimum aksara yang tak terbatas atau mungkin terbatas, aku tak tahu
Paragraf demi paragraf, tanpa tanda baca yang jelas, tanpa suntingan yang benar
Terus saja kedua jempol tanganku beradu dengan cepat hingga tak terasa seribu semut menyerang permukaan
Kebas
Mati rasa
Tak berdaya
Terpaku tanda jarak berkedip-kedip seperti meminta untuk dilanjut
Namun semut dan kawan-kawannya membekukan, mengalahkan kekuatan endapan badai dalam batin yang terpecah-pecah tak berarah
Lama terdiam
Tak sadar
Tak ingin
Lantas akhirnya
Tak tahu
Dan dengan satu hentakan telunjuk, semua kalutan dalam rangkaian abjad, hilang dan kosong
"Sudahlah,"
Batinku
Ini sore, tapi terasa bukan
2206empatbelas,
KAMU SEDANG MEMBACA
MAU MANDI TAPI SUDAH PERNAH
Random[Mature] Bisa jadi rangkaian diksi. Bisa jadi kumpulan puisi. Bisa jadi deretan fiksi. Bisa jadi buah-buah mimpi. Bisa jadi pilihan lain selain mati. Seperti semua hal bisa jadi. ©VanillaBear2019