Author : Vanilla Bear
Cast : Kim Seokjin || Kim Taehyung || Melody
Genre : Song Fiction || Psychology || Romance
Writing date : Apr 14, 2019
.
.
.
.
.I think I lost again
You look like you're mad
In a blur, game over over over"Psychosis. Depresi Mayor yang mengawalinya. Dan dari sesi pertanyaan yang kuajukan kemarin, ada kecenderungan Social Phobia, terutama pada orang-orang yang mengingatkannya pada depresinya. Bahkan denganmu."
"Terus saya harus bagaimana ?"
"Tetap disampingnya."
"Tapi, dok--"
Kamu tidak melanjutkan kalimatmu. Bukan tidak bisa, tapi sisi hatimu membenturkanmu pada kenyataan bahwa dia yang sedang menyandarkan diri lemas disana dan menatapmu dengan penuh harap dan juga hampa meremas kuat keinginan egomu.
"Ayo pulang." Katamu mengajaknya turun dari ranjang tempatnya diperiksa dokter spesialis kejiwaan. Dia mengangguk lemah dan sedikit senang karena akhirnya acuhmu kembali padanya.
"Apa kau marah, Jinnie ?" Tanyanya dengan suara hampir sama seperti desiran angin. Tak terdengar sama sekali. Tapi telingamu sudah terbiasa dengan itu. Jadi bisikan itu tetap terdengar dan sebenarnya kamu muak dengan itu karena selau berhasil membuat hatimu nyeri tak karuan.
Seulas senyum, sekuat mungkin, coba kamu tampangkan diwajahmu. "Tidak, sayang." Kamu menipunya. Lagi, lagi, dan lagi. Dan pandanganmu memburam seketika. Bayangan masa lalu dan masa depan tak beraturan, rasa sayang, benci, muak, kasihan, dan juga rindu yang silih berganti menusuk relung leburmu penyebabnya.
If this was a game
I could just load it again
I guess I gotta deal with this, deal with this
Real world"Jinnie... aku tidak bisa sembuh, ya ?" Melody kembali menimpukmu dengan pertanyaan yang membuat bibir dan hatimu saling komat kamit makian diam-diam.
"Jangan bilang begitu." Kamu mencoba sebisa mungkin meluncurkan kata-kata demi menenangkannya dari pikirannya sendiri. Meski kamu tahu bahwa pertanyaannya dari bibir yang biasa kamu kecup lembut adalah jawabannya sendiri.
"Jangan menipuku, Jin. Aku tahu dokter bilang aku tidak bisa sembuh. Hanya gejalanya bisa ditek--"
"Dia bukan Tuhan, Mel ! Dia tidak tahu apa-apa tentang masa depan. Kita tidak pernah tahu apapun itu. Siapa tahu besok semua yang menghantui kita akan hilang !" Kamu menggunakan kata 'kita' karena bukan hanya Melody saja yang dihantui borok luka mental mengerikan itu, melainkan kamu yang jadi pasangannya pun mau tidak mau harus menghadapinya.
Melody diam. Tak melanjutkan pertanyaannya. Bibirnya terlihat bergetar sedetik setelah mulut sialanmu membentaknya. Kamu merasa bersalah. Sangat. Sampai tidak tahu harus bagaimana. Lalu yang kamu lakukan hanya meremas kuat setir kemudimu dalam diam. Bersama dengan rintik bangsat pembawa sendu yang malah menambah kemurungan diantara kamu dan Melodymu yang malang.
"Kita hadapi sama-sama sayang." Setelah sekian menit berdiam dengan pikiran masing-masing, tanganmu menjulur pada pergelangan tangannya yang penuh dengan bekas sayatan pisau, ujung pena, pecahan kaca, dan bahkan kait kalung yang kamu berikan padanya sebagai kado ulang tahun. Jemarimu mengelusnya sebentar, lalu beranjak merambat ke jemarinya. Kamu sisipkan jemari dinginmu diantara sela jarinya yang tak kalah dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAU MANDI TAPI SUDAH PERNAH
De Todo[Mature] Bisa jadi rangkaian diksi. Bisa jadi kumpulan puisi. Bisa jadi deretan fiksi. Bisa jadi buah-buah mimpi. Bisa jadi pilihan lain selain mati. Seperti semua hal bisa jadi. ©VanillaBear2019