"Ada apa?" Seokjin bertanya sambil lalu, tapi sudut matanya bisa jelas melihat ada segumpal biru bernaung berat di permukaan.
"Tidak ada apa-apa."
Seokjin berdecak kesal. Ia hentikan langkahnya dan berbalik pada Jungkook. "Katakan sebelum aku mencercamu dengan semua kebenaran."
Jungkook menghela napas berat dan panjang, lalu menengadah sebentar, melihat Seokjin kesal, lalu menyerah.
"Rasanya aneh ketika kau sakit, I mean jelas-jelas sakit tapi tidak pernah ditanya apakah kau sudah lebih baik, apa kau ingin makan sesuatu, apa kau butuh sesuatu, kau tahu hal-hal kecil seperti itu."
"Ya kau mau diperhatikan. Kau butuh perhatian."
"Memangnya salah?"
Seokjin menggeleng lalu mengambilkan segelas susu untuk Jungkook. "Tidak. Tidak ada yang salah. Rasanya semua makhluk hidup butuh perhatian untuk bertahan hidup. Tapi, kau hanya harus ingat bahwa berharap mendapatkan perhatian dari orang-orang tertentu bisa membuatmu terluka."
"Aku... kadang... hanya ingin ditanya apakah aku baik-baik saja."
"Apa kau baik-baik saja?"
"Well that's good..."
Seokjin mengulum senyum melihat Jungkook. Lalu ia raih bahu pemuda itu dan memeluknya. "Apa kau merasa lebih baik dengan ini?"
Jungkook menangis seketika dan dengan sesekali sengguk, ia berkata, "iya aku merasa hangat dan rapuh sekarang."
"Tidak apa-apa. Pakai aku untuk mencintaimu."
"Tapi, hyung... kau tidak keberatan?"
"Nope at all. I was there before. I know how you feel. So now enjoy me. Dont take it for granted."
"Terima kasih, hyung."
Seokjin terdiam. Ia hanya balas mengusap punggung Jungkook dengan memori berlalu lalang di kepalanya.
Jungkook adalah aku atau kamu (?)
It was written last year 2022 on November
KAMU SEDANG MEMBACA
MAU MANDI TAPI SUDAH PERNAH
Random[Mature] Bisa jadi rangkaian diksi. Bisa jadi kumpulan puisi. Bisa jadi deretan fiksi. Bisa jadi buah-buah mimpi. Bisa jadi pilihan lain selain mati. Seperti semua hal bisa jadi. ©VanillaBear2019