Jimin, Jungkook, Kambing, dan Bekicot

10 2 0
                                    

Basah rumput hijau bekas hujan menebar aroma segar dan sesak bersamaan. Kakinya terciprat tanah basah setiap kali ia melangkah. Padahal sudah pelan-pelan ia berjalan di sore menjelang senja itu, tapi tetap saja kaki belakang dan ujung celana tidur tiga per empatnya tak selamat dari noda kotor.

"Hmmmhhh--" mendesah ia terdengar kesal dengan kepala melengok ke belakang melihat bercak-bercak noda itu.

"It's okay, don't let it bother you. You are okay."

Matanya melengos. Sudah ancang-ancang dia siap menyembur laki-laki bersurai hitam lebat itu, tapi mulutnya terhenti ketika ia mendengar getar ponsel berbunyi dan suara cekikikan gemas setelahnya.

"Siapa?"

"Jungkook."

"Kenapa dia?"

"Dia memforward joke yang Seokjin kirimkan padanya padaku."

Bibirnya merekah, namun tak melengkung ke atas, pun tak turun ke bawah. Datar. Sejajar rata. Dan diam. Menggantungakan percakapan, membuat lawan bicaranya bertanya, "Kau marah?"

"Tidak." Sahutnya cepat.

"Lalu kenapa diam? Kenapa tak memberi respon?"

"Apa jokenya?"

Ada jeda tidak terlalu lama sebelum laki-laki itu menjawab pertanyaan yang baru ditanyakan setelah ia meminta gadis berambut sebahu itu memberi respon. "Ini tentang kambing. Ada seorang kakek bertanya pada cucunya apakah mereka tahu bulan apa kambing-kambing lahir. Dan cucunya menjawab tidak tahu, " katanya pelan dan diam sebentar, lalu melanjutkan setelah mengambil napas, "sang kakek kemudian memberi tahu bahwa bulan para kambing lahir adalah Emeeeeeeiiik."

"Oh ok." Responnya singkat, tak bergairah. Padahal yang bercerita sambil menahan ledakan tawa.

Jeda lagi.

Mereka diam lagi.

Drrrrrt
Drrrrrt

Sampai sebuah notifikasi terdengar lagi.

"Kau bisa meninggalkanku dan hangout dengan Jungkook, Seokjin, atau siapa saja, Jim!"

"Kenapa kau mengusirku?"

"Aku tidak mengusirmu."

"Bella, kau baru saja mengusirku dengan menyuruhku hangout dengan Jungkook atau Seokjin." Sahut Jimin cepat dan agak tinggi nadanya.

Diam lagi. Dia tak menyahut perkataan Jimin. Malah sibuk dia menendang kakinya ke rumput basah yang semakin membuat celananya kotor.

Jimin melihatnya. Napasnya dihela pelan melihat Bella mengotori dengan sengaja piyamanya.

"Ada apa sebenarnya? Kenapa kau terlihat sangat marah?" Tanya Jimin lembut demi meredakan ketegangan diantara mereka.

"Aku benci."

"Benci atau sedang cemburu?" Bukan bermaksud menyulut api, tapi dipikiran Jimin cemburu adalah hal yang sedang dirasa Bella.

"Dua-duanya! Kenapa? Salah? Tidak boleh?" Jawab Bella sewot, cepat, dan lantang.

Rahang Jimin membuka tak percaya, "kau cemburu pada Jungkook?"

"Iya. Aku benci Jungkook. Aku cemburu padanya."

"Apa salah Jungkook?" Tanya Jimin dengan jemari menyugar rambutnya kesal.

"Pasti dia yang menaruh bekicot-bekicot ini juga. Sengaja pasti dia ingin membuatku tambah kesal."

Dahi Jimin berkerut bingung, "Huh? Apa maksudmu?"

"Kau tahu, setiap malam bekicot-bekicot ini akan bergerak ke sudut rumah, diantara rerumputan yang rimbun, saling berdekatan, dan mereka mengumbar cinta satu sama lain dengan saling memeluk lekat dan erat?"

Jimin semakin tak mengerti. "Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan, Bella."

"Syukurlah kalau kau tak mengerti jadi kau tak perlu tahu rasanya cemburu ketika orang lain membuatmu tertawa dan bisa melihat tawamu secara langsung dan juga kau tak harus paham bagaimana konyolnya perasaan iri dengki benci melihat bekicot lebih beruntung ketimbang aku yang tak bisa langsung berlari mendekapmu ketika aku rindu."

"Bella--" desah Jimin nelangsa.

"Apa?" Dan Bella menyahutnya sewot.

"Maafkan aku--"

"Bukan salahmu."

Jimin mencoba mendekat, meski ia tahu sia-sia. "Ini salahku yang miskin dan masih berada di masa lalu. Ini salahku yang tak bisa bergerak cepat pergi ke masa depan agar bisa bersamamu."

"Bukan salahmu. Bukan salah siapa-siapa. Tapi ya tetap saja semua ini menyebalkan." Bella menjauhkan diri dan kembali menengok ujung-ujung celananya yang penuh dengan bercak lumpur.

"Maafka--"

"Aku harus pergi beli makan malam. Aku akan menghubungimu lagi nanti. Kau harus bersiap bekerja. Jangan lupa minum obat. Have a nice day, work safe, and take care. Satu empat tiga."

"I love you too, Bell--"

Klik.


20210704, Ingatan Bekicot Yang Sedang Bercinta Diantara Rumput Basah Pojokan Rumah Utama

MAU MANDI TAPI SUDAH PERNAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang