Bapak

6 0 0
                                    

"Bapak,"

"Bapak,"

"Bapak,"

Ia tergagap terbangun mendengar seseorang terisak dengan sangat keras. Segera ia melangkah masuk ke kamar dan melihat apa yang terjadi. Sungguh berantakan dan gelap sekali ketika ia menemukan sesosok kecil yang melipat kaki diantara kelam yang membumbung melingkar sempurna di dalam ruang tiga kali tiga meter itu.

Ia hampiri sosok itu. Perlahan ia sentuh kepalanya dan terkejutlah ia ketika itu bukan kepala, tapi penuh dengan belatung. Belatung-belatung kecil memakan setiap kulit kepalanya, masuk ke dalam otaknya, dan kepalanya telah penuh lubang dan menghitam hilang.

"Apa yang terjadi padamu?"

"Bapak,"

"Ada apa denganmu?"

"Bapak,"

Semakin ia bertanya, semakin sosok kecil itu terisak memanggil, "bapak, bapak, dan bapak,"

Akhirnya dia diam. Tak mumgkin juga ia mengantar anak itu kepada bapaknya. Bukannya jauh atau apa. Bapaknya dekat saja dari tempatnya berada. Tapi tetap saja ia tahu bahwa anak itu hanya akan menemui gundukan tanah yang sudah diperindah dengan keramik warna coklat, dan bukan bapaknya. Bapaknya ada di bawah keramik coklat itu. Terbaring tidur sejak sekitar lama.

"Kemarilah. Bersamaku saja, okay?"

Anak itu mengangguk lemah. Meski pelukannya diterima, tapi ia tahu ia tak akan sepenuhnya bisa mengobati laranya.

"Maafkan aku..." lantas dia meminta maaf.

Dan mereka berdua menangis bersama dengan kepala penuh belatung dan dada terisak menginginkan bapak.





Unknown time, but 2022
Somewhere in the dream

MAU MANDI TAPI SUDAH PERNAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang