32. Bu Dokter

180 31 12
                                    

Colaboration with abangcendol

***

"sini nak ayo sarapan"

Jeongyeon yang baru saja turun dari tangga, sudah dengan seragam sekolah yang dilapisi hoodie maroon favoritnya dan juga tas di punggungnya, menuju ke mamahnya yang ada di dapur. Gadis berambut pendek itu duduk di salah satu kursi makan kosong, tepat di hadapan papahnya yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya.

Mamahnya menyiapkan sarapan untuk keduanya dan juga dirinya, lalu setelah itu mereka mulai sarapan dengan tenang. Tak lama kemudian kedua kakanya juga ikut bergabung di meja makan untuk sarapan.

"tuh mah liat, anaknya temen papah keterima di Hubungan Internasional Undip" ucap sang papah sambil memperlihatkan ponselnya. "bisa jadi calon duta besar nanti dia"

"temen SMA papah itu?"

"iya, dia dulu juga di HI, ini anaknya ngikutin juga di HI. dia tuh anaknya pinter kalo di sekolah, pendiem gak aneh-aneh, mana nurut juga sama orang tuanya"

Jeongyeon hanya diam saja, tenang menyantap nasi gorengnya. Lebih tepatnya ia pura-pura tak perduli dengan perkataan papahnya. Ia tahu sekali maksud dari papahnya itu yang tak lain hanyalah untuk menyindirnya. Bikin tak berselera makan saja.

"kamu harusnya gitu juga Jeongyeon," ucap papah yang membuat Jeongyeon sedikit terkejut. "papah tuh senengnya kamu kayak anaknya temen papah ini yang nantinya ngikutin pekerjaan orang tuanya. makanya papah pengen kamu itu masuk Hukum nantinya. kalo kamu minta bimbel segala, papah kasih langsung. daripada kamu ngabisin waktu buat ngeband gak jelas itu kan? mending buat belajar"

Seriusan, Jeongyeon sangat membenci ada pada situasi ini. Ia benci saat kedua orang tuanya kembali membicarakan tentang masalah ini. Mana bawa-bawa band yang gak ada hubungannya sama sekali lagi. Dan tak hanya itu juga, Jeongyeon sudah sangat muak membahas tentang permasalahan ini. Ia hanya ingin cepat-cepat pergi karena jika pembicaraan ini terus berlanjut, akan menjadi sangat panjang dan kejadian tak mengenakan akan terjadi.

Ia menghabiskan nasi gorengnya dengan cepat dan setelah selesai ia langsung berdiri sambil mengenakan tasnya.

"mau kemana kamu? buru-buru banget" tanya sang papah bingung.

"sibuk di sekolah" jawab Jeongyeon singkat.

Ia mencium tangan kedua tangan orang tuanya sebelum akhirnya pergi ke garasi untung mengeluarkan motornya yang akan ia gunakan ke sekolah.

Akhirnya ia merasa lega lagi. Bisa bebas dan tanpa adanya tekanan sama sekali dari orang tuanya. Mengapa pagi-pagi sekali sudah membicarakan itu? Bikin bad mood saja.

Sesampainya di sekolah, ia langsung memarkirkan motornya. Ini masih lumayan pagi sih, jadi ia dapet parkiran dalam.

Mungkin tadi ia bilang kalau lagi bad mood dan kesal karena kejadian tadi, tapi itu langsung sirna saat ia melihat seseorang yang kebetulan baru saja memasuki area sekolah dan berjalan ke koridor. Jeongyeon tersenyum dan berjalan menghampirinya.

"pagi Jiji~"

Yang dipanggil tidak menoleh sama sekali, hanya berdecik sebal karena langsung tahu siapa yang ada di sebelahnya ini. Siapa lagi coba yang memanggilnya dengan nama aneh itu? Bikin hari ancur saja.

"lu ngapain sih pagi-pagi udah gangguin gua aja?"

"dih, nyapa doang dibilang ganggu. sensi mulu perasaan Ji"

"lagian siapa lu pake nyapa-nyapa segala? kurang kerjaan banget" kesal Jihyo.

"ya calon istri lu sama ibu dari anak-anak kita lah Ji"

Above | JeonghyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang