Colaboration with abangcendol
***
Pagi hari selalu identik dengan memulai hari yang baru. Kata-kata "hari baru, semangat baru" sudah menjadi slogan bagi banyak orang. Itu benar kenyataannya karena pasti ada sesuatu yang baru ketika berganti hari.
Tapi sepertinya itu tidak berlaku untuk semua orang. Seperti salah satu orang yang bernama Jeongyeon ini, yang pagi hari ini masih memiliki semangat yang sama seperti hari kemarin, atau lebih bisa dibilang kalau ia tak memiliki semangat sama sekali. Itu karena ia tahu kalau hari ini tak akan jauh berbeda, bahkan tak berbeda sama sekali seperti kemarin. Jeongyeon sudah tahu kalau hari ini akan sama buruknya seperti kemarin, atau bahkan lebih buruk. Rasanya ia tidak ingin lagi menjalani hari ini.
Jeongyeon saat ini ada di dalam toko fotocopy, berdiri di depan sebuah printer yang mencetak tugas yang baru saja ia kerjakan semalam (dia ngerjain setengah doang sih, setengahnya lagi copas dari Momo). Suara dari printer masuk ke dalam telinganya, mencetak kata demi kata dokumen miliknya pada selembar kertas yang perlahan keluar.
Matanya sedari tadi hanya tertuju pada lembar kertas yang keluar itu. Tapi sebenarnya itu hanyalah tatapan kosong, ia tak benar-benar melihat itu. Pikirannya saat ini sedang melayang ke mana-mana.
Ini masih pagi, pukul 06:15 tapi kepalanya sudah sangat pusing. Juga sejak bangun dari kasurnya, tubuhnya terasa sangat berat sampai sekarang. Satu-satunya alasan mengapa ia begini adalah hatinya, hatinya sedang sangat tidak baik. Ia bahkan sudah tidak bisa merasakan hatinya lagi. Hatinya seperti mati.
Ia sendiri tidak tahu apa yang ia rasakan sebenarnya. Mungkin sedih, mungkin kecewa, entahlah. Dapat dilihat dari penampilannya yang sangat berantakan sudah bisa menjelaskan kalau saat ini Jeongyeon sedang tak baik-baik saja.
Jeongyeon hanya berharap kalau harinya tak semakin buruk saja. Tapi ia tahu itu tak akan mungkin.
"kak Je!"
"hai!"
Lamunan Jeongyeon akhirnya terpecah ketika ada seseorang yang membuatnya terperanjat. Ia menoleh ke samping dan melihat orang itu langsung membuatnya merasa tak heran lagi.
"lu ngapain sih Hyun? tiba tiba muncul aja" kesal Jeongyeon.
Dahyun mengerutkan keningnya. "tiba-tiba? gua aja dari tadi dah di sini, manggil kak Je juga, tapi kak Je nya aja yang bengong terus"
Iya kah? Mungkin perkataannya benar. Jeongyeon tidak mencoba untuk menyangkalnya.
"ngeprint tugas resensi novel juga lu kak?" tanya Dahyun.
"emang apalagi yang dikumpulin lagi hari ini? rajin amet ngerjain tugas laen"
"haha siapa tau kan?"
Jeongyeon hanya membalasnya dengan tawa kecilnya dan selanjutnya kembali hening. Dahyun melihat ke arah printer dan ternyata printer sudah berhenti menandakan semuanya sudah dicetak. Ia menoleh ke atas pada Jeongyeon. Benar saja dugaannya, Jeongyeon kembali melamun.
"oy" Dahyun menyenggol Jeongyeon membuatnya tersadar. "lu dah selesai ngeprint tuh"
"oh, ya ya" Jeongyeon mengambil kertas hasil cetakannya, merapihkannya lalu sedikit mengecek.
Dahyun menghela nafasnya, ia sangat tidak tega melihat gadis tinggi ini dengan kelakuan yang jauh dari diri aslinya, itu membuatnya tak nyaman.
"kak"
"hm?"
"soal yang kemaren, abis itu gimana?"
Pertanyaan itu membuat Jeongyeon berhenti sesaat, kemudian berfikir, lalu lanjut memeriksa kertasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Above | Jeonghyo
Fanfiction"kamu tau gak? awan awan apa yang nyenengin? awana be with you forever xixixi" *** "udah sana Jeongyeon! jangan gangguin gua!" *** Masa SMA akan agak garing jika tidak ada bumbu-bumbu cinta di dalamnya. Itulah yang mereka lakukan, terjebak di dalam...