8. Sekarang Kamarnya

169 30 6
                                    

Colaboration with abangcendol

***

"udah, tante aja yang nyuciin, kamu ke atas aja sana ke kamar Jihyo"

Jeongyeon menoleh ke samping melihat mamahnya Jihyo saat ia ingin mencuci piringnya.

"oh, gak papa nih tante?" tanya Jeongyeon memastikan.

"iya gak papa, kamu temenin Jihyo aja sana. kamarnya yang diujung"

"yaudah, aku ke atas dulu ya"

Jeongyeon memberikan kendali wastafel pada ibunya Jihyo dan mengelap tangannya yang basah pada roknya. Setelah itu ia mengambil tasnya yang ada di ruang tamu lalu naik ke atas.

Jihyo sebenarnya sudah selesai makan duluan sebelum Jeongyeon dan ia langsung masuk ke kamarnya. Bukan tanpa alasan, sedari tadi ia terus saja menjadi bulan-bulanan Jeongyeon yang terus saja menggodanya. Parahnya lagi, ibunya sendiri juga ikut menggodanya yang membuatnya semakin tak bisa berkutik. Sepertinya dunia ini memang gak bakal ngasi ketenangan untuk Jihyo.

Kembali ke Jeongyeon, saat ia di atas, ia langsung menuju kamar yang dimaksud. Ia mengetuk pintu tiga kali lalu mendorong gagang pintu. Hal pertama yang ia dapati adalah tatapan mata tajam dari sang pemilik kamar.

"ngapain lu di sini? sana sana pulang, jangan ke kamar gua!" usir Jihyo.

"ish, galak bener Ji, maen doang masa gak boleh"

"emang gak boleh! seneng banget perasaan lu gangguin gua hah? pergi gak!?"

"lah ngusir lagi, gua bilangin mamah lu ya? TANTE! JIHYO NGUSIR NIH!" Jeongyeon berteriak ke bawah.

"y-yah, Yoo Jeongyeon!" Jihyo mengusap wajahnya pasrah "lu harus di kasi apa dulu sih biar nurut? yaudah yaudah masuk lu. kalo lu kesini cuma mau berantakin kamar gua atau gangguin gua doang, mending lu pulang aja dah" ucap Jihyo.

"haha santai aja kali Ji"

Jeongyeon masuk dan menutup pintu itu dan Jihyo kembali mengenakan earphone dan melanjutkan apa yang ia lakukan di meja belajar,.

Jeongyeon berkeliling melihat kamar Jihyo. Kamarnya tidak sebesar miliknya tapi sangat nyaman karena semuanya bersih dan tertata rapih, tidak seperti kamarnya yang berantakan. Di dindingnya ada terdapat beberapa medali yang tergantung di sana dan juga ada beberapa piala penghargaan dari prestasi akademisnya. Wow, Jeongyeon baru tahu kalau selama ini ia berhadapan dengan bukan orang biasa. Bahkan medali dan piala saja sudah jadi pajangan. Lah dia, paling di kamarnya cuma ada lego rakitannya yang hampir penuh di kamarnya.

Setelah puas melihat-lihat, Jeongyeon beralih ke kasurnya lalu tiduran di atasnya dan mulai memainkan ponselnya.

Hening dan bosan, itu yang Jeongyeon rasakan jika suasanannya seperti ini. Hanya diam seperti ini bukanlah keahlian Jeongyeon. Ia melirikan matanya ke kanan melihat Jihyo yang sedari tadi sibuk dengan urusannya sendiri di meja belajarnya. Jeongyeon turun dari kasurnya dan berjalan ke arah Jihyo di sana.

Jeongyeon berdiri di belakangnya dan menunduk. Sepertinya dia sedang mengerjakan sesuatu.

"sebuah partikel bergerak secepat 0,6 kecepatan cahaya, jika--" Itu membuat Jihyo sedikit terperanjat saat merasakan nafas Jeongyeon tiba-tiba di lehernya.

Above | JeonghyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang