14. Kesempatan

175 30 23
                                    

Colaboration with abangcendol

***

Suasana kantin ramai, para siswa-siswi yang kelaparan telah sejak awal menyerbu satu persatu warung penjaja makanan. Begitupun dengan Jeongyeon dan rombongannya, bahkan mereka sudah membooking satu meja penuh.

Di saat ini lah biasanya banyak murid lain yang mengambil tempat dekat meja mereka. Apalagi kalau bukan untuk dekat dekat dengan primadona sekolah. Dan jangan salah, bukan hanya Jeongyeon, tapi keempat temannya juga memiliki pesona dan daya tarik tersendiri yang membuat kelompok mereka sangat terkenal.

Tapi di sela-sela keramaian itu, terdapat seseorang yang tetap merasa sepi. Mungkin efek bahwa dunianya sudah tidak lagi di genggaman hati, Chaeyoung tidak berselera makan.

Duduk di mejanya tepat berhadapan dengan Mina yang duduk hanya berjarak beberapa meja darinya --sosok yang dulu sempat merajai hati Chaeyoung-- membuatnya tidak ingin makan. Bukan, bukan ia tidak nyaman dengan penampakan Mina beserta senyuman teduhnya itu. Chaeyoung selalu dihantui perasaan sedih yang begitu menguasai dirinya.

Memori masa lalu yang terputar di otak Chaeyoung, bak kaset rusak yang tidak mau berhenti dan terus mengulang reka kejadian. Chaeyoung menepis kenyataan bahwa ia tidak akan pernah bisa melupakan Mina. Tidak sama sekali. Hatinya hanya selalu untuk Mina.

"sebentar, mau ke kelas dulu. ada yang ketinggalan" meskipun samar-samar, tapi ia masih dapat mendengar suara merdu milik Mina mengalun lembut, kendati sang pemilik suara berdiri sambil melemparkan senyum manisnya.

Chaeyoung memperhatikan punggung anggun Mina berlenggak menjauh. Ia memutuskan mengejar, segera berpamitan kepada yang lain dengan alasan seadanya. Ia tidak bisa menahan lagi gejolak hati.

"Mina" yang dipanggil pun menoleh, lantas tersenyum tipis.

"kenapa Chaeng?" Jawab Mina.

Chaeyoung mengatur nafasnya, menegup ludah sendiri. Ia gugup setengah mati.

"bisa kita ngobrol sebentar?"

Nampak berpikir sejenak, Mina mengangguk kemudian.

"boleh, mau dimana?"

"taman belakang aja"

Mereka berdua berjalan dalam keheningan. Canggung sekali.

Setelah sampai di taman dengan beberapa pohon rimbun, Chaeyoung duduk di salah satu akar besar yang menjadi tumpuan pohon tersebut. Mina duduk disebelahnya, menatap ke atas pada birunya langit hari ini.

"kamu mau omongin apa?" Mina berujar lembut.

Chaeyoung menghela nafasnya agak keras, berusaha menetralkan pikiran "soal kita yang dulu, Mina"

Sontak, Mina menatap Chaeyoung. Mencari dimana titik bercanda gadis mungil di sebelahnya ini.

"kan dulu aku pernah bilang, jangan bahas ini ketika kita udah ga ada hubungan lagi, Chaeng"

Chaeyoung mengangguk lemah, "aku ga bisa Mina, kita harus bicarain ini. keputusan kamu untuk nyelesain hubungan kita waktu itu, gak jelas sama sekali"

"kamu ga paham bagian mananya? aku kan bilang, aku ga bisa lanjut sama kamu lagi. perasaan aku udah pudar, bahkan mungkin sedari awal aku cuma nyaman bersama kamu"

Mina berujar lirih, berusaha menahan air mata yang hendak merosot di pipinya. Ada alasan tersembunyi yang Mina tidak bisa jelaskan pada Chaeyoung, mengenai hatinya, perasaannya.

"lalu, perhatian kamu, ucapan manis kamu, senyum kamu selama ini apa? palsu kah?" Chaeyoung memang emosi, tetapi ia tetap berusaha untuk tenang.

"apakah sebuah perhatian berarti aku menaruh rasa lebih buat kamu?"

Above | JeonghyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang