Sierra masuk ke dalam kelasnya dengan tergesa, semua tempat duduk terlihat sudah penuh dan akhirnya gadis itu bisa bernafas dengan lega setelah melihat lambaian tangan dari sahabat dekatnya, Han Nami.
Nami menunjuk sisi kursi kosong di sampingnya.
"Sierra! Sini!"
Tanpa berpikir panjang lagi, Sierra langsung menduduki kursi itu, menatap Nami dengan tatapan penuh binar.
"Kau memang yang paling terbaik, Nami-ya,"
"Tentu, pulang ini teraktir aku pizza,"
Ekspresi wajah Sierra berubah sebal.
"Ah, ini pemerasan,"
"Punya suami kaya tentu kau tidak akan keberatan hanya dengan satu loyang pizza, kan?"
"Terserahlah, omong-omong dimana dosennya?"
"Kau seperti tidak tahu Pak Goo saja, dia itu kalau menyuruh kita datang pukul delapan, itu artinya dia sendiri akan datang pukul sembilan."
Sierra meringis, "Oh, iya. Aku lupa, kau tahu? Aku hampir menangis karena ketinggalan bus,"
"Kau masih naik bus? Tidak dikasih uang oleh suami, ya?!" tanya Nami setengah berteriak, yang otomatis membuat semua mahasiswa di kelas itu melihat ke arahnya dan juga Sierra.
Sierra tersenyum paksa mendengarnya, ingin sekali ia menjahit mulut gadis ini.
"Lebih hemat dan juga cepat,"
Nami mendekatkan wajahnya, kali ini ia berbisik. "Doyoung sunbae orangnya pelit, ya?"
Nami menyebut Doyoung 'sunbae' karena lelaki itu memang lulusan universitas yang sama, dan bodohnya Sierra baru menyadari itu setelah satu tahun menjadi kekasihnya.
Sierra memutar bola matanya jengah, "Sedikit," jawabnya asal.
"Ewh! Tidak jadi keren. Berarti tidak ada gunanya punya suami kaya,"
Sierra tersenyum miris, andai saja Nami tahu kalau Doyoung bahkan lebih buruk daripada sekedar kata 'pelit' itu.
Dua jam kemudian, kelas pertama selesai dan Sierra sedang menikmati makanannya di sebuah kafetaria kampus.
Sendirian, tidak ada Nami, karena gadis itu sedang melakukan konsultasi untuk tugasnya.
Baru saja ia ingin minum, ponselnya berbunyi dan melihat siapa penelepon itu membuatnya langsung merasakan firasat tidak enak.
Monster kelinci gila.
Begitulah ia menamai kontak suaminya sendiri.
"Halo?"
"Kau dimana?"
"Kampus,"
"Cepat pulang sekarang, ambilkan berkas dalam map cokelat di atas meja, antarkan ke kantor."
Sierra syok setengah mati dibuatnya.
"Kenapa kau tidak ambil sendiri?!"
"Sibuk,"
Sierra menarik nafas, bersiap mengomel, "Yak! Kim Doyoung! Kau pikir aku tidak sibuk? Bagaimana bisa-"
tuuut.
"Ha-halo? Doyoung?! HEI!"
Sierra ingin menangis saja rasanya, menjalani kehidupan pernikah dengan Kim Doyoung rasanya lebih buruk daripada menjalani pelatihan militer -_-
Gadis itu menarik nafas, "Aku tidak akan mau mengambilkannya."
Sierra berniat melanjutkan memakan rotinya, namun pesan kemudian muncul di layar ponsel dan membuat Sierra kembali frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollably | KIM DOYOUNG (Completed)
FanficThis is Sierra vs her husband, Kim Doyoung who has a lot of uncontrollably red flags! 🚩