3

6.6K 682 21
                                    

"Sierra,"

Sierra menoleh malas ke arah Doyoung, suasana hatinya sudah buruk pagi ini, karena mesin penyedot debu yang tiba-tiba tidak bisa digunakan, dan sekarang Doyoung kembali berulah.

Lelaki itu menyentuh kaca dinding dengan jari telunjuknya.

"Ini kotor,"

"Aku memang belum membersihkannya," jawab Sierra apa adanya. Gadis itu masih sibuk mengotak-atik mesin penyedot debu, berharap mesin ini cepat membaik dan ia bisa membungkam mulut lelaki bermarga Kim itu.

"Aku tidak suka kotor,"

Sierra menatap Doyoung kemudian tersenyum masam.

"Sabar ya suamiku, mesin ini sedang membuat masalah,"

"Alibimu saja itu, dasar jelek. Aku tahu kau hanya malas,"

Sierra menahan nafas, menahan dirinya agar tidak sekarang juga melemparkan mesin penyedot debu sialan itu ke wajah Doyoung.

Masih bisa tersenyum meski otaknya sekarang sudah mendidih, Sierra masih menatap Doyoung.

"Dengar, ya? Kalau aku bohong untuk apa sejak setengah jam yang lalu aku membongkar pasang benda ini,"

Doyoung menghampiri Sierra, merebut mesin itu dari tangan istrinya.

Sierra pasrah saja, dalam hati ia mati-matian menyumpahi Doyoung dan ekspresi sombongnya itu.

Tidak sempat lima menit Doyoung mencoba memperbaikinya.

Dan keajaiban yang membuat Sierra kesal setengah mati terjadi.

Mesin penyedot debu itu tiba-tiba berfungsi dengan baik.

Doyoung tersenyum remeh, "Jelek, pemalas dan bodoh. Itulah Sierra," ucapnya santai kemudian berjalan menjauh begitu saja.

Sementara itu, Sierra dan sisa kewarasannya mencoba bertahan.

Gadis itu terduduk lemas sembari memukul-mukul pelan penyedot debu itu.

"Mesin, aku pikir hubungan kita spesial,"

"Padahal aku yang setiap hari menggunakanmu, menemanimu dirumah,"

Sierra menitikkan air matanya.

"T-ternyata kau juga berpihak pada Doyoung, hiks."

"Kau juga sama jahatnya dengan monster itu,"

...

Doyoung pergi ke ruang rapat ditemani sekretaris pribadinya, Huang Renjun.

Saat itulah ia berpaspasan dengan kakak lelakinya, Kim Gongmyung.

"Direktur Kim, sepertinya belakangan ini kau sering terlambat, ya?"

Doyoung tidak merespon ucapan kakak sekaligus atasan yang merupakan pejabat tertinggi di perusahaan keluarganya itu.

Dengan wajah dinginnya seperti biasa, ia melewati Gongmyung begitu saja tanpa ada sapaan hormat sedikitpun.

Gongmyung menghela nafas melihat tingkah Doyoung.

"Oi, adik. Kau sudah lupa caranya menyapa orang, ya?"

Doyoung duduk di kursi seraya menyilangkan kakinya dengan santai.

"Daripada membahas hal yang tidak berguna, bagaimana jika rapatnya dimulai sekarang saja, Tuan Presdir?"

Gongmyung tidak bisa mengatakan apapun lagi, hanya bisa memaklumi sifat yang sudah mendarah daging adiknya itu.

Setelah semua pejabat berkumpul, rapat mengenai perkembangan saham pemasaran itu pun dimulai.

Satu jam kemudian, rapat selesai dan Doyoung kembali ke ruangannya.

Uncontrollably | KIM DOYOUNG (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang