30

6.8K 606 27
                                    

note : buat yang belum follow, harap follow dulu ya, soalnya mungkin ke depannya bakal ada cerita atau part tertentu yang bakal author private, terimakasih <3

.

"Aku.. sangat merindukanmu," lirihnya pelan, setengah berbisik.

Sierra yang mendengar Doyoung mengucapkan hal itu pun dibuat cukup terkejut.

Kim Doyoung, yang selama ini selalu bertingkah tidak peduli padanya itu.

Tidak pernah mengungkapkan bagaimana perasaannya.

Perlahan, Sierra menyentuh lengan Doyoung, mencoba melepaskan pelukan lelaki itu.

Doyoung hanya bisa menatap Sierra yang kembali berusaha menjauh darinya.

"M-minum cokelat ini, setelah itu pulanglah," ucap Sierra tanpa membalas ucapan Doyoung, wanita itu kemudian berjalan begitu saja masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamar, Sierra hanya bisa terduduk diam di tempat tidurnya.

Memeluk bantalnya dengan erat.

Padahal tadi ia sangat ingin menemui Doyoung, tapi sekarang? Setelah mendengar Doyoung yang mengatakan kalau ia merindukannya.

Ia kembali merasakan perasaan aneh.

Tapi jantungnya berdebar dengan begitu kencang.

"Bodoh," ucapnya merujuk pada dirinya sendiri.

Cukup lama ia berdiam diri sampai kemudian seseorang yang menyusul masuk itu membuat perasaannya semakin berkecamuk.

Doyoung, lelaki itu menghampirinya.

"Kau tidak pulang?" hanya itu yang bisa Sierra tanyakan saat ini.

Entah kemana niatnya yang ingin menanyakan beribu pertanyaan tentang Doyoung yang tidak menyetujui berkas perceraian itu.

Doyoung hanya menggeleng pelan.

"Aku ingin disini,"

Sierra menghela nafas, "Sebenarnya apa yang terjadi padamu?"

Doyoung mengambil posisi duduk di samping Sierra, memiringkan sedikit tubuhnya agar ia bisa berhadapan dengan wanita cantik itu.

"Apa kau peduli padaku?"

Sierra yang mendengar itu kemudian memalingkan wajahnya.

"Kalau tidak mau memberitahu juga tidak apa," ucapnya pelan, "Lagipula, aku tidak memiliki hak untuk mengetahui apapun tentangmu, kan?" lanjutnya seraya menahan perasaan sesak di hatinya.

Doyoung cukup lama diam dan hanya menatap Sierra.

Sedari tadi, seolah ia tidak ingin melepaskan pandangannya sedikitpun dari istrinya itu.

Karena ia sangat merindukan Sierra-nya.

"Aku berdebat dengan ayah, lagi." ucap Doyoung akhirnya.

Sierra kembali menoleh, menatap Doyoung yang juga menatapnya dengan sorot mata yang mulai menyendu itu.

"Aku selalu tidak bisa mengendalikan emosiku jika sudah berhadapan dengan ayah. Perasaan benci, sedih, dan sakit hati bercampur menjadi satu. Semuanya memuncak dan lepas kendali,"

"Selama lima belas tahun, aku tidak pernah bisa menerima perminta maafnya. Sejak kecil, yang aku rasakan hanyalah perasaan benci,"

"Aku ingin mencoba menerimanya, tapi aku tidak bisa. Rasa sakit itu masih ada, dan hari ini aku melukai diriku sendiri,"

Doyoung meraih tangan Sierra, menggenggamnya.

"Aku tidak memiliki harapan dengan keluargaku sendiri. Baik ayah maupun Gongmyung."

Uncontrollably | KIM DOYOUNG (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang