> Ten

42 21 6
                                    

Hujan gerimis turun malam ini, udara menjadi lebih dingin dari biasanya. Membuat kakak-beradik yang tengah menonton film bersama di televisi itu membalut tubuhnya dengan selimut masing-masing.

"Kak," Yeona memulai percakapan saat dirasa film itu sedikit membosankan. "Aku tadi pengen ke rumah Jay malah Kak Yeonjun ngajak pulang."

"Mau ngapain?" tanya Yeonjun tanpa mengalihkan pandangannya dari film, tangannya juga menyuapkan cemilan ke dalam mulutnya.

"Ya... main. Penasaran, katanya rumahnya jauh dari sekolah."

"Gak usah."

"Ih, Kak!" Yeona mencebikan bibirnya kesal, respon Yeonjun tak seperti bayangannya.

"Berarti tadi kalo Kakak gak ngajak kamu pulang, kamu bakal ikut dia?"

"Huum.."

Yeonjun berdecak pelan. "Besok kalo diajak—sama siapapun itu, jangan mau, apalagi cuma berdua."

"Kenapa?" Yeona menatap Yeonjun dari samping, sesekali tangannya mengambil cemilan yang dipegang Yeonjun. "Jay kan temenku, Kakak juga kenal."

"Kakak tau. Tapi kita kan gak tau apa yang bakal terjadi kedepannya, gimana kalo dia macem-macem sama kamu selagi kakak gak ada?" Yeonjun balas menatap Yeona di sampingnya, mengalihkan pandangan dari film tadi.

"Kita gak pernah tau, kan, sama pikiran orang lain? Jangan gampang percaya sama orang, Na."

Katakanlah rasa khawatir Yeonjun ini berlebihan. Namun, bagi Yeona, ini membuktikan bahwa Yeonjun tak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Yeonjun tidak mungkin melarang tanpa sebab. Meskipun Yeona terkadang ingin menentang larangan kakaknya itu.

Dan untuk Yeonjun, ia belum bisa mempercayakan adiknya ini kepada siapapun, oleh karena itu Yeonjun selalu menyuruh Yeona mengaktifkan ponselnya selalu saat pergi tanpanya.

Kecuali yang sudah Yeonjun kenal lama seperti teman-temannya sendiri, ia bisa sedikit menaruh kepercayaan. Setidaknya Yeonjun bisa sedikit tenang jika Yeona bersama dengan orang yang ia percayai.

Memang sedikit rumit, tetapi hanya itu cara Yeonjun menjaga adik satu-satunya ini.

"Iya, Kak. Besok aku bakal minta izin ke Kakak dulu kalo mau pergi."

"Itu baru adeknya kakak." Yeonjun mengusak sekilas puncak kepala Yeona dengan tersenyum. Menyandarkan kepala Yeona di bahunya dan keduanya kembali fokus menonton film yang tadi sempat terabaikan.

***

1 jam berlalu, Yeona sudah tertidur lelap di bahu Yeonjun. Sedangkan filmnya belum selesai, hampir mendekati ending. Yeonjun menaikan selimut Yeona sampai leher, tangannya juga merangkul Yeona agar lebih nyaman.

Dua puluh menit berlalu, film itu akhirnya tamat tepat pukul sebelas malam. Yeonjun menepuk pelan pipi Yeona agar bangun.

"Yeona, bangun, tidur di kamar aja."

Tidak mendapat respon apapun dari Yeona, membuat Yeonjun sedikit mengguncang tubuhnya.

Yeona yang merasa terganggu pun berdecak. "Apa, sih, kak..."

"Ayo pindah ke kamar, di sini dingin."

"Gak, males, udah ngantuk banget ini." Yeona sesekali menguap menunjukkan bahwa ia ingin kembali ke alam mimpinya lagi. "Gak keliatan jalan ke kamar." Rasanya berat sekali hanya untuk membuka matanya.

Tak ada cara lain, Yeonjun menggendong Yeona dengan hati-hati menuju kamar. Ia meletakkan Yeona perlahan di ranjang dan menaikkan selimut sampai lehernya.  Yeonjun tersenyum sebentar menatap adiknya yang tertidur pulas.

Brother || CYJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang