>Twenty Eight

37 11 3
                                    

Setelah mengantar Yeona ke rumah Beomgyu, Soobin melajukan motornya dengan sangat cepat ke tempat Yeonjun. Berharap temannya masih dalam keadaan baik, tetapi harapannya musnah ketika ia sampai di sana sudah tidak ada orang lagi. Yang tersisa hanya sedikit bercak darah.

Soobin mencari ke sana ke mari tetap tidak menemukan temannya. Sudah ia telepon nomornya sampai 5 kali tidak terangkat. Ia mengusak rambutnya kasar, bagaimana ini, di mana Yeonjun?
Bagaimana bisa ia bilang ke teman-temannya yang lain bahkan Yeona?

"Nak?"

Soobin yang sedang gelisah itu tiba-tiba dihampiri seorang laki-laki dengan kaos putih dan bawahan sarung hitam.

"Eh, iya, Pak?"

"Kamu cari siapa?"

"Itu... Bapak lihat teman saya yang tadi berantem di sini, gak? Orangnya pake baju warna hitam."

"Oh, iya! Tadi saya denger ada orang berantem di sini, pas saya deketin yang lainnya langsung kabur, terus yang satunya yang pake baju hitam udah gak sadar."

"Itu temen saya, Pak." Soobin mengangguk yakin. "Terus sekarang dia di mana, Pak?"

"Udah saya teleponin ambulan, dia ada di Rumah Sakit Star. Kamu coba ke sana aja."

"Terima kasih, Pak! Saya permisi."

Soobin menelepon Kai guna memberitahu kejadian ini, awalnya Kai tidak percaya dan mengira jika Soobin hanya bercanda, karena tadi mereka berdua pergi untuk membeli makanan, mengapa jadi pergi ke rumah sakit? Apa yang sebenarnya terjadi pada Yeonjun? Soobin belum bisa menceritakannya lewat telepon, ia hanya bilang bahwa Yeonjun dibawa ke rumah sakit.

Di seberang sana, Kai dapat merasakan dari nada bicara Soobin yang panik. Setelah telepon dimatikan, ia mengajak temannya yang lain untuk ikut.

Sementara itu Beomgyu menelepon ayahnya memberitahu jika Yeonjun masuk rumah sakit, dan beliau mengatakan akan menyusul sekarang. Beomgyu berpesan agar ayahnya jangan memberitahu Yeona untuk saat ini, nanti saja diberitahunya saat keadaan sedikit membaik.








彡彡彡




Yeonjun sudah ada di ruang rawat inap setelah beberapa saat lalu, ia belum sadar sejak semalam, luka dan lebamnya sudah ditangani dokter. Sementara ini biaya rumah sakit sudah ditanggung oleh ayahnya Beomgyu sebagai seseorang yang paling dekat.

Mereka giliran menjaga Yeonjun, saat ini Soobin yang menjaganya di saat yang lain pulang. Ia merasa bersalah atas kejadian ini, seharusnya ia bisa datang lebih cepat, seharusnya ia ikut melawan bersama Yeonjun, tetapi ia juga takut Yeona akan kenapa-napa jika ia tidak menuruti permintaan Yeonjun yang menyuruhnya membawa Yeona pergi lebih dulu.

Tiba-tiba ponsel Yeonjun di atas nakas berdering untuk yang ke dua kalinya. Soobin tahu ia tidak punya hak untuk mengangkatnya, tetapi bagaimana jika ini penting? Jadi ia mengangkatnya, tidak memakan waktu lama, mungkin sambungan itu hanya terhubung selama lima menit sebelum sang penelepon mematikannya.

"Jun, lo semalem janji sama gue kalo lo gak bakal kenapa-napa," ucapnya sambil mengembalikan ponsel tadi ke atas nakas. "Gue yakin lo gak bakal mau buat Yeona sedih dengan kondisi lo yang kayak gini."

Soobin menghela nafasnya, memperhatikan beberapa lebam dan luka di tubuh temannya itu. Ia tidak tahu harus menjelaskan apa pada Yeona, bagaimana reaksi gadis itu saat bertemu dengannya, sebab ia terlambat menolong Yeonjun.

"Gue minta maaf."

Dalam keheningan itu Beomgyu menghubungi Soobin, dari nada bicara pun dapat diketahui bahwa ia sedikit panik.

Brother || CYJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang