> Eighteen

26 9 1
                                    

"Anak ganteng pulaaanggg," seru Beomgyu saat membuka lebar pintu rumahnya, tak peduli cibiran dari sepupunya yang masih di belakang.

"Cih, anak ganteng katanya."

"Lo kenapa, sih, Tae?" Beomgyu sensi. Sering mendapat cibiran dari Taehyun tak membuatnya berhenti berteriak setiap pulang ke rumah.

Tak lama seorang wanita dengan senyum hangatnya keluar menemui mereka bertiga. Bunda, begitu Beomgyu memanggilnya.

"Yeona, ya?" tanya Bunda, menahan Yeona di depan pintu hanya untuk memastikan. "Ayo masuk sini, anggap aja rumah sendiri."

Yeona duduk di sofa, Beomgyu dan Taehyun pergi ke kamarnya masing-masing untuk membersihkan diri dan mengganti baju. Bunda membawakan segelas air untuk Yeona dan duduk di sampingnya.

"Lama gak main ke sini, ke mana aja kamu?" tanya Bunda memulai topik pembicaraan.

"Di rumah aja. Tante apa kabar?"

"Bunda," koreksinya. "Manggilnya bunda aja, biar sama kayak Beomgyu."

"O-oh, iya Bunda."

Beberapa kali ia menyuruh Yeona agar memanggilnya 'Bunda', tapi yang keluar malah tetap panggilan 'Tante'. Setiap pulang dari sini dan berkunjung lagi, tidak langsung memanggilnya dengan Bunda, harus diingatkan dulu.

"Terus kakakmu di mana? Kok gak ikut ke sini?"

"Kak Yeonjun baru pergi, aku disuruh ikut kak Beomgyu ke sini. Boleh, kan, Bun?"

"Ya boleh, dong."

Masa kecil Yeona sering berkunjung ke rumah Beomgyu bersama dengan mama-nya. Mama dan bundanya Beomgyu bisa dibilang teman dekat, oleh karena itu bunda menyambut hangat kedatangan Yeona di rumah ini. Apalagi setelah mengetahui perceraian itu, ia tidak segan-segan memperlakukan Yeona dan Yeonjun seperti anaknya sendiri.

Beberapa saat kemudian, Beomgyu keluar dari dalam kamarnya terlihat segar sehabis mandi. Ia menemui bunda dan Yeona di ruang tamu sambil membawa handuk, lantas duduk di samping bundanya.

"Bantuin, Bun," pinta Beomgyu menyerahkan handuk kecil pada sang bunda. Lantas ia memposisikan diri duduk di karpet, sementara itu bunda di sofa.

"Kamu ini udah besar masih aja minta Bunda buat keringin rambut kamu."

Meski begitu, bunda tetap mengusap pelan rambut Beomgyu dengan handuk itu. Permintaan sederhana yang sering Beomgyu minta.

"Mau mandi gak, Na?" tanya bunda.

"Aku gak bawa baju ganti, Bun."

"Pake punya Bunda dulu, mau? Kayaknya ada ukuran yang pas buat kamu."

Yeona mengangguk, dari pada kembali menggunakan seragam lebih baik meminjam milik bunda.

"Belum kering, Bun...," rengek Beomgyu saat bunda langsung pergi menuju kamar. Padahal urusan rambutnya belum selesai.

"Na, keringin." Memang tidak tahu malu. Ia beranjak berdiri dan menodongkan handuk itu ke arah Yeona yang menatapnya malas juga aneh.

Yeona berdecak lantas menepis handuk itu. "Gue di sini jadi tamu, bukan jadi babu."

"Siapa yang bilang lo jadi babu? Lo kan calon menan—"

"Ini bajunya, Na." Bunda datang menyela omongan Beomgyu. Menyerahkan pakaiannya yang sekiranya cocok untuk Yeona beserta handuk bersih. "Kamar mandinya ada di samping dapur, tapi kecil. Atau mau pakai kamar mandinya Beomgyu aja?" tawar Bunda.

"Di kamar—" Lagi-lagi Beomgyu harus sabar, ucapannya bahkan belum selesai tetapi sudah dipotong.

"Di situ aja, Bun, gapapa." Yeona segera berlalu sebelum Beomgyu kembali berucap.

Brother || CYJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang