> Seven

45 21 3
                                    

"Tanganmu kenapa?"

Yeonjun menggapai tangan Yeona yang sedari tadi terus dipegangi. Ia melihat pergelangan tangan adiknya yang memerah serta bekas tancapan kuku tercetak jelas di sana.

"Sakit?"

"Engga."

"Beneran?" Yeonjun menekan pergelangan Yeona untuk memastikan.

"Beneran, Kak. Udah ga sakit."

"Oh, yaudah." Ia melepaskan tangan Yeona kembali. "Besok jangan pergi sendiri lagi. Kalo ada apa-apa kan yang susah Kakak."

"Masa aku cuma keluar rumah ga boleh? Bosen di rumah terus."

"Jangan pergi sendirian, harus ada yang jagain. Nanti kalo kamu kenapa-kenapa gimana? Siapa yang nolongin kamu? Hm?"

"Ih. Dibilangin aku bisa jaga diri send—"

Yeonjun menyela cepat, "Bohong."

"Ish, Kakak!" Yeona menggerutu kesal.

"Bisa sendiri apanya? Kalo tadi Kakak ga lewat jalan itu dan ga liat kamu, pasti sekarang kamu udah dimutilasi sama mereka."

Plak

Yeona memukul pelan lengan Yeonjun. Buruk sekali perkiraan Yeonjun jika tidak bertemu dirinya saat di jalan tadi.

"Jahat banget omongannya."

"Makanya jangan pergi sendiri."

"Tapi Kakak pergi sendiri gapapa tuh."

Yeonjun menghela nafas cepat sebelum berucap, "Kamu kalo dibilangin gausah ngejawab macem-macem bisa ga sih, Na? Tinggal nurut aja apa susahnya? Kakak tuh takut kamu kenapa-napa kalo ga sama Kakak. Gimana kalo tadi ga ketemu di jalan? "

"Iya, Kak. Udah ih, aku kan ga kenapa-napa ini."

Yeona tahu, bagaimana pun juga Yeonjun pasti khawatir. Hanya saja dirinya kerap tak menurut dan malah membantah, beruntung Yeonjun hanya memarahi sebentar.





🔸🔸🔸





Hari selanjutnya.
Di dalam kelas Yeona.

"Jay!" Yeona menahan seragam atas milik Jay dengan tangannya. "Lo jangan kabur ya! Setiap jadwal piket pasti kabur."

"Siapa yang kabur? Gue mau ke kantin."

"Basi banget alesannya itu terus, ga ada yang lain?"

"Yaudah, gue mau ke toilet."

"Ngapain?"

Masih saja ditanyakan...

"Lo mau ikut? Ayo."

"Gila! Udah sana cepet ambil sapu. Lagian cuma seminggu sekali kok susah banget." Yeona terus memaksa Jay melaksanakan piketnya, karena anak itu hampir tak pernah mau jika tidak dipaksa sekeras mungkin.

"Jam istirahat keburu habis, nanti aja lah."

"Jay piket cuma sebulan sekali, Na," sahut Ryujin dari bangkunya. "Itu pun kalo ada guru doang. Pencitraan."

Yeona mendecak, sekali lagi menahan seragam Jay yang kembali ingin kabur. Ia siap melayangkan sapu yang dipegangnya sebelum Jay mengelak.

"Eh, eh, iya gue piket!"

Barulah Yeona melepaskannya, tetapi Jay bukannya mengambil sapu dan membersihkan lantai malah...

"Minggir. Biar gue aja."

Merebut penghapus yang sedang digunakan Yuna untuk menghapus papan tulis.

"Sana lo nyapu. Ya kali gue cowok suruh nyapu," ucap Jay sambil menghapus tulisan di papan buru-buru. Lantas matanya melihat Jake yang juga mendapat jadwal piket hari ini. "Woi! Jake, piket lo!"

Brother || CYJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang