> Twenty Six

36 10 0
                                    


2 minggu kemudian...

Yeonjun masih belum berhasil membujuk Yeona. Segala cara sudah ia coba, tetapi adiknya tetap keras kepala tidak mau mendengarkan. Ia bingung apa yang harus dikatakan jika suatu hari nanti papa menelepon dan menanyakan di mana Yeona, ya walaupun sangat kecil kemungkinannya.

Yeonjun selalu meyakinkan dirinya bahwa Yeona pasti akan pulang, entah bagaimana pun caranya. Ia harus yakin meski sempat terkejut beberapa barang Yeona tidak ada di rumah. Sebenarnya ia sudah tau keberadaan Yeona, saat itu Beomgyu sendiri yang bilang karena tidak tega melihat sahabatnya kacau setelah Yeona tidak di rumah. Diam-diam juga Beomgyu memberi tahu bagaimana keadaan Yeona selama di rumahnya kepada Yeonjun. Ia sedikit lebih tenang mendengarnya, ia yakin Yeona akan aman di sana, lebih mendapat perhatian dari bunda, tetapi meski begitu ia tetap ingin Yeona pulang. Pulang ke rumahnya, tinggal bersama Yeonjun. Sepi sekali tidak ada canda tawa yang terdengar lagi di rumah, hampa, kosong.




彡彡彡





Menjengkelkan sekali pagi ini, niat awal Yeona pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku, tetapi malah disuruh membawa belasan buku paket ke kelasnya untuk materi di pembelajaran selanjutnya oleh seorang guru. Jika tahu begini, ia akan membawa teman untuk membantunya, atau sekalian tidak usah ke perpustakaan pagi pagi.

Bukunya tidak terlalu tebal. Namun, jika banyak tentu berat. Dengan hati-hati ia membawa buku itu ke kelasnya, tetapi perjalanannya tidak mulus. Kakinya tersandung saat menaiki tangga lantaran jalannya tidak terlihat. Ia mendesah kesal sembari memunguti buku yang berserakan. Tiba-tiba seseorang datang membantu memungut buku dengan tas yang masih ada di punggung, sepertinya baru saja sampai sekolah.

"Biar gue bantu bawa," tawarnya.

Yeona menatap tak minat, ia merampas beberapa buku yang dibawa orang tadi, tetapi ditahan. "Gak usah!"

"Banyak, ntar lo jatuh lagi."

"Jangan jatuh kalo gitu. Sini!"

"Gue aja yang bawa."

Yeona berdecak, "Gue yakin telinga lo masih berfungsi, Jay. Gue bisa, gue gak butuh bantuan lo! Pergi sana. Jangan ganggu gue." Ia menepis tangan Jay.

"Niat gue cuma mau bantu, Na."

"Berisik banget sih, lo. Gue bilang enggak ya enggak!"

"Tapi—"

"Ada apa nih?" Tiba-tiba bahu kanan Jay ditepuk dari arah belakang oleh kakak kelasnya. Ia melihat Yeona dan Jay bergantian. Beomgyu yang datang membuat Yeona menghembuskan nafasnya perlahan.

'Satu belum selesai, malah tambah lagi.'

"Balikin bukunya, cepet!" Yeona menghiraukan Beomgyu, masih ribut dengan Jay.

"Gak!"

"Lo berdua sekelas kenapa gak saling bantu bawa buku aja? Kan tujuannya sama, sepele doang diributin," tutur Beomgyu.

Dengan itu Yeona menatap kesal Beomgyu. Tidak tahu saja apa yang membuatnya jadi begini pada Jay. Beomgyu yang mendapat tatapan itu langsung merubah ucapannya.

"E-eh, gak kok..."

"Lo buang-buang waktu aja, sih, Jay! Tinggal serahin bukunya doang!"

"Ga—"

"Sini gue aja." Beomgyu merampas paksa buku di tangan Jay. "Dah, gue aja yang bantu. Ayo."

Yeona mengangguk samar, membiarkan Beomgyu yang membawa sebagian buku paket itu dan berjalan di sampingnya. Tanpa melihat ke belakang di mana Jay menendang angin lantaran ingin membantu sedikit tetapi yang didapat adalah penolakan.

Brother || CYJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang