> Fourteen

23 13 4
                                    


"Heh, tangannya!" protes Yeonjun saat tangan Jay dengan santainya melingkar di pundak Yeona.

"Baru juga gitu, belum gue gre—"

"Lo mau gue tonjok?!"

"Ampunn dahh, galak bener."

Mereka berempat—termasuk Sei, baru saja sampai di Eternally Park setelah perjalanan selama dua jam. Setelah memarkirkan motor, Jay sudah berulah yang langsung diprotes Yeonjun dengan tidak santai. Bahkan Yeonjun sempat berpikir bahwa ia salah mengajak Jay ikut, tetapi kalau kemarin ia jadi mengajak Beomgyu pun pasti akan sama saja. Ia harus mengawasi laki-laki itu agar tidak macam-macam pada adiknya, memang lebih baik dirinya sendiri yang turun tangan dari pada orang lain, begitu pikir Yeonjun.

Sei akhirnya menarik tangan Yeonjun untuk segera masuk ke dalam Eternally Park, sebelum itu harus membayar tiket masuknya. Antriannya cukup panjang karena ini hari libur, mereka harus menunggu dengan sabar karena masih ada beberapa orang di depannya. Saat sampai gilirannya, Yeonjun akan membayar tiket untuk empat orang, tetapi Jay menghentikannya.

"Yeona biar gue yang bayarin, Bang."

Yeonjun menoleh sekilas dan mengangguk. "Oke."

Setelah selesai, mereka mulai memasuki taman itu. Ini bukan taman biasa seperti yang biasa di datangi Yeona yang hanya ada bunga, air mancur dan ayunan, tetapi di sini dilengkapi dengan beberapa wahana permainan yang bisa dicoba, luasnya pun berkali-kali lipat.

Beberapa menit masuk ke taman itu, sebuah wahana bianglala yang lumayan besar menarik perhatian mereka. Didekatinya wahana itu, ternyata cukup banyak peminatnya yang menunggu untuk naik secara bergantian. Termasuk Sei yang terlihat tertarik, ia lantas mengajak Yeonjun untuk ikut mengantri dan Yeonjun setuju. Yeonjun pun menawarkan pada Yeona untuk ikut juga karena satu ruang bialala cukup untuk empat orang. Namun, Yeona menolak karena ia lebih tertarik untuk berjalan-jalan terlebih dahulu dari pada langsung mencoba wahana permainan. Dan Jay mau tidak mau akan menemani Yeona, tidak mungkin, kan, ia meninggalkan gadis itu berkeliaran sendiri di tempat ini.

Hingga tiba saat giliran Yeonjun dan Sei menaiki bianglala itu, tak lupa Yeonjun selalu memperingati Jay;

"Lo jangan macem-macem."

Baru setelah itu ia menggandeng tangan Sei agar tidak ketinggalan.

Karena tidak ada yang bisa dilakukan di sini selain menunggu Yeonjun dan Sei yang entah kapan selesainya, Jay berinisiatif mengajak Yeona untuk berkeliling berdua, sekaligus curi-curi waktu selagi Yeonjun sedang bersama pacarnya. Jadi ia sedikit lebih bebas, mungkin, pikir Jay.

"Bosen, keliling dulu, yuk?"

"Gak, ah, mau nunggu Kak Yeonjun sama Kak Sei dulu," tolak Yeona karena ia ingin mengelilingi taman ini bersama, bukan berpisah.

"Ngapain nunggu kalo kita bisa berdua?"

"Gue mau nunggu kakak dulu," ulang Yeona.

Jay berdecak pelan, "Ayolah, gue juga bisa jadi kakak lo."

Akhirnya ia memberanikan diri menarik atau lebih tepatnya menggandeng tangan Yeona untuk berkeliling bersamanya. Katakanlah Jay terkesan memaksa, tetapi Yeona juga tidak menolak dan mau mengikuti langkah Jay di sampingnya. Memang dasarnya mau tapi malu, ya begitulah.

Di tepi jalan yang dilewati, terdapat beberapa angsa putih yang tengah berada di atas air. Yeona menyuruh Jay untuk berhenti sejenak sekedar memotret angsa-angsa itu. Oh ya, sekalian memegang ponsel, ia tak lupa mengabari Yeonjun agar kakaknya itu tidak khawatir ia hilang. Baru setelah itu, Yeona melanjutkan langkahnya dengan Jay di sampingnya.

Brother || CYJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang