> Twenty Five

25 9 0
                                    


"Bunda tadi udah masak banyak, kamu gak mau nyoba masakan Bunda?"

Yeona menghela nafasnya. "Iya, aku ke sana, Bun."

"Pinternya anak Bunda, hati-hati di jalan ya."

"Iya, Bunda."

Sambungan telepon terputus setelahnya, Yeona mengembalikan ponsel pada Beomgyu yang tersenyum. Karena ini adalah rencana Beomgyu sebelumnya, saat di rumah Yeona tadi ia mengirim pesan pada Bunda untuk meneleponnya dan pura-pura ingin berbicara pada Yeona agar gadis itu mau menginap di rumahnya saja. Bujukan sang Bunda ternyata berhasil.

Di sebelahnya, Yeona mengabari Ryujin bahwa ia akan menginap di rumah Beomgyu, dan barang-barang yang dibawanya akan dikembalikan besok. Jika bukan karena Bunda, ia tidak akan mau karena bisa saja Yeonjun datang sewaktu-waktu.

***

Sembari menunggu, Bunda menyiapkan makanan yang tadi telah di masaknya ke dalam mangkok dan piring, lalu menatanya rapi di atas meja. Setelah itu, ia naik ke atas, tepatnya di kamar kosong yang jarang digunakan untuk tidur. Ia membersihkan debu di kamar itu, menyapunya hingga bersih, tak lupa memberi sarung bantal dan sprei agar nyaman. Kamar ini yang nantinya akan ditempati Yeona.

Tak lama kemudian suara Beomgyu atau lebih tepatnya teriakannya menyapa dari pintu utama, kebiasaannya yang telah mendarah daging. Seperti biasa, Bunda menyambutnya dengan hangat termasuk pada Yeona. Ia mengantarkan Yeona ke kamar tadi.

"Bunda..." Yeona berucap lesu saat menaruh tasnya di atas kasur.

Bunda menepuk pundak Yeona dan tersenyum. "Gak apa-apa. Kamu boleh tinggal di sini sampai baikan sama Yeonjun."

Yeona menggeleng, "Sakit, Bun."

Bunda merengkuh tubuh itu, mengusap-usap punggungnya dengan sayang. Tidak ada yang bisa ia katakan untuk saat ini.

"Tolong jangan kasih tau kak Yeonjun kalo aku ada di sini."

"Iya." Bunda melepaskan pelukannya. "Kamu mandi dulu gih, habis itu turun ke bawah, kita makan sama-sama."

彡彡彡

Yeonjun menyandarkan punggungnya di sofa, menatap langit-langit atap dengan tatapan kosong. Yeona tidak ada di rumah lagi, ia gagal membawanya pulang. Biasanya ada yang mengajaknya mengobrol, bertukar cerita, dan menonton televisi bersama hingga larut malam. Namun, sekarang ia sendirian di sini, tidak ada yang mengajaknya mengobrol bersama. Televisinya dibiarkan menyala tanpa ada yang menonton.

Sudah pukul setengah delapan malam dan Yeonjun belum makan. Ia memikirkan Yeona yang ia sendiri tidak tahu di mana keberadaannya. Kesekian kalinya mengirim pesan, tidak ada balasan, menelepon juga tidak ada jawaban walaupun statusnya berdering.

Tiba-tiba ponselnya berdering, harapannya adalah balasan dari sang adik, tapi ternyata bukan, itu dari Sei.

Lovee

•| Yeonjun
•| Yeonjun
•| Kamu sibuk gak?

Engga, ada apa? |•

•| Makan di luar yuk

Di mana? |•

•| Aku lagi pengen mie :(

Di tempat biasa, mau? |•

•| Mau

Yaudah, siap siap dulu |•
Aku jemput |•


•| I'm waitingggg~
•| Hati hatii

Brother || CYJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang