> Seventeen

29 11 0
                                    


"Kalung kamu mana?"

Yeonjun yang sejak tadi merasa ada yang kurang dari Yeona pun sadar jika kalung yang biasanya bertengger cantik di lehernya tidak ada.

Yeona meraba lehernya, seketika teringat ia belum memberi tahu kakaknya soal ini. Ia takut, pasti akan ditanya macam-macam.

"Putus...," jawab Yeona pelan, hampir tak terdengar. Untung saja pendengaran Yeonjun masih baik.

"Bawa sini."

Yeona pergi ke kamar, mengambil kalungnya dari dalam tas. Sempat ragu memberikan pada Yeonjun. Namun, pada akhirnya ia menyerahkan pada Yeonjun, siap menerima pertanyaan yang sebenarnya tidak mau ia jawab, jika ada.

Yeonjun mengamati kalung itu baik-baik, lalu melihat leher adiknya dari samping. Posisi Yeona duduk tak jauh dari Yeonjun, televisi menyala untuk mengusir keheningan. Ia menyadari jika ini sengaja ditarik setelah melihat sedikit goresan kecil samar di leher Yeona.

"Siapa yang narik?"

"Temen sekelas Kakak," jawab Yeona langsung. Lagi pula jika ia bohong pun pasti Yeonjun akan curiga. "Aisha," lanjutnya.

Yeonjun mendengus kesal. "Apa lagi kali ini?"

"Jay."

"Cerita," kata Yeonjun tak ingin dibantah. Ia ingin tahu apa yang dilakukan Aisha selain merusak kalung ini pada adiknya. Mulai dari adiknya yang dulu dituduh mengambil cincin milik kekasih Jeno, mendorongnya ketika basket, dan kali ini merusak kalung?

Apa ada hal lain yang diperbuat Aisha kepada Yeona tetapi Yeona tidak memberi tahu? Pikir Yeonjun. Dan itu semua hanya karena masalah kecemburuan pada Jay?

Yeona menceritakan mulai dari dirinya berpisah arah dengan Yeonjun ke koridor sekolah, menuju rooftop. Juga saat bertabrakan yang disengaja, serta berbagai perlakuan serta umpatan di saat itu tak luput dari cerita Yeona.

"Udah, itu aja. Kakak gak perlu ngelabrak Aisha atau apalah itu," kata Yeona diakhir ceritanya.

"Kamu yakin? Dia kelewatan."

Yeona mengangguk yakin. Berbeda dengan Yeonjun yang dalam hati tidak setuju dengan Yeona.

"Jay gimana? Dia tau?"

"Mungkin enggak. Aku gak ngasih tau dia, aku cuma minta dia buat gak deket-deket lagi."

"Dia mau?"

Gelengan lagi sebagai jawaban. Entah tidak mau dan ia tidak tahu pastinya bagaimana.

Persis seperti perkiraan Yeonjun barusan. Ia bisa lihat dari tatapan Jay pada adiknya, ada rasa suka di baliknya. Ia tahu karena ia juga laki-laki, lebih mengerti arti tatapan mata itu dari pada adiknya. Apalagi melihat perilaku yang Jay tunjukan walaupun tidak seberapa.

Percakapan kakak beradik itu berakhir sekitar pukul sebelas malam, dengan Yeona yang mengadu mengantuk dan lebih dulu memasuki kamar. Yeonjun tidak mengembalikan kalung itu, lagi pula Yeona juga tidak meminta kembali, jadi biar ia yang menyimpannya.



◍◍◍



Yeonjun berangkat lebih pagi hari ini, tentu saja dengan Yeona. Lima belas menit lebih cepat dari pada biasanya.

Tepat saat Yeonjun memasuki kelas, seperti perkiraannya orang yang kemarin Yeona ceritakan ada di kelas. Kelas masih sepi, 'dia'  memang berangkat paling awal di kelas ini. Masih dengan tas di punggungnya, Yeonjun menghampirinya dengan tanpa ekspresi.

"Maksud lo apa ngerusak kalung adek gue?" tanya Yeonjun to the point.

"Oh, ngadu ke lo ya? Dasar tukang ngadu," jawabnya santai.

Brother || CYJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang