"Woy, Soobin!"
Soobin yang baru memarkirkan motornya menoleh ke belakang, melihat Beomgyu berlari ke arahnya. Ia mengernyitkan alis bingung, ada apa memanggilnya.
"Apa?" sahutnya ketika Beomgyu sampai.
"Mau nagih utang," jawab Beomgyu asal. "Nggak lah, mau bareng, hehe."
"Cih, kayak gak punya gandengan aja."
"Kan emang gak punya. Eh, maksudnya masih proses."
"Siapa?" tanya Soobin. Sebenarnya ia mempunyai satu tebakan di pikirannya, tapi siapa tahu yang dimaksud Beomgyu berbeda, mengingat temannya ini banyak menggoda lawan jenis termasuk anak kecil lewat sekalipun. Jangan ditiru.
"Ada lah, nanti kalo gue kasih tau malah lo rebut!"
"Iye dah, serah lo. Ayo buruan." Soobin jalan lebih dulu sebelum Beomgyu menyahut lebih panjang lagi.
Saat Soobin melangkah untuk berbelok, Beomgyu menarik tas Soobin menuju jalan lain, jalan memutar yang lebih jauh menuju kelasnya. Soobin ingin protes karena ia ingin segera sampai di kelas dan menaruh tas beratnya ini, tetapi Beomgyu bahkan tak mendengarkan protesannya dan menarik kuat tas Soobin hingga pemiliknya mau tak mau ter-ikut.
"Lo mau tebar pesona ke adek kelas ye?" tuduh Soobin ke Beomgyu.
"Nggak. Gue gak tebar pesona aja mereka udah pada terpesona sama gue."
Soobin di sebelahnya menatap Beomgyu sinis, lalu menggelengkan kepalanya. "Kok ada orang se-pede lo ya? Temen gue lagi."
"Jadi orang tuh harus—"
Ucapan Beomgyu spontan berhenti saat melewati depan kelas Yeona, langkahnya juga berhenti kala mendengar bentakan Yeona di dalam kelas. Beomgyu menengok, terlihat di samping meja Yeona, berdiri laki-laki yang membelakangi pintu. Ia tidak dapat melihat jelas, tetapi bisa ia simpulkan jika Yeona membentak kesal orang itu.
Soobin segera menarik kerah Beomgyu saat temannya itu hampir melangkah masuk, "Ngapain? Bukan urusan lo."
"Ish! Calon gue itu!"
"Calon, calon, dasar halu!"
Sebelum Beomgyu sempat protes lagi ingin memasuki kelas Yeona, Soobin lebih dulu menariknya pergi karena bel akan berbunyi sebentar lagi.
Saat sampai di depan kelasnya pun, Beomgyu tidak berbelok melainkan mengikuti Soobin ke kelasnya sampai di bangku. Ia duduk di samping Yeonjun, dan Soobin berada di bangku depannya.
"Lo ngapain? Salah kelas, Bego!" ucap Yeonjun pada Beomgyu yang masih menggendong tas di punggungnya.
"Ntar dulu, ada yang lebih penting." Beomgyu menaruh jari telunjuknya di bibir menyuruh Yeonjun diam. "Tadi gue lewat depan kelas calon gue, dia—"
"Si—"
"Diem dulu, Jun. Dia kayaknya lagi marah sama orang sampe bentak, gue denger tadi sama Soobin. Kira-kira adek lo kenapa?"
Yeonjun diam sejenak, tidak mengerti apa yang dibicarakan Beomgyu. Ini masih pagi dan Beomgyu sudah membuatnya berpikir. "Gimana gimana?"
"Lo tadi ngomongin calon lo, kok merambat ke adek gue? Hubungannya apaan?" lanjut Yeonjun.
"Sama aja, sih, kan adek lo itu calon gue."
"Mimpi!" sahut Yeonjun cepat. "Gak gue restuin dah."
"Masa sih? Masa gak mau punya adek ipar seganteng gue? Oh, atau lo takut kalah ganteng dari gue ya?" Beomgyu semakin mengada-ada hingga terlupa apa tujuannya ke sini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brother || CYJ
FanfictionSemenjak perceraian orang tuanya dan ditinggalkan, Yeonjun berusaha keras menjaga adiknya seorang diri, sebisa mungkin tak membiarkan sang adik merasa kekurangan kasih sayang darinya sebagai seorang kakak. Canda tawa serta masalah menghiasi hari-ha...