Bismillahirrahmanirrahim
Hallo teman-teman!
Salken yaa....Ini cerita pertamaku, semoga banyak yang suka 😄🤗
Jangan lupa vote dan share ke teman-teman kalian 👍Happy reading 🌈🍭
Fay Family
Minggu pagi tiba. Kali ini akan dilangsungkan acara sarapan, tepatnya di rumah Jeenan Family.
Selepas Fay jogging di sekitar perumahan, di sambutlah oleh harum makanan sang mama yang sedang membuat opor kesukaannya.
"Udah pulang Fay?" Tanya Mama membelakangi, karena sedang mengaduk opor.
Fay yang tadinya berdiri didekat dispenser untuk minum, dia sekarang beralih memeluk mamanya dari belakang.
Dirinya hanya mengangguk, tanpa menjawab pertanyaan dari sang mama.
"Mama lagi masak loh Fay, bukanya dibantuin malah peluk-peluk gini," Goda sang mama.
"Mama mah ... Orang Fay, anak mama juga. Emang nggak boleh?" Katanya dengan wajah cemberut serta bibir yang dimanyunkan.
Mama mematikan kompor dan berbalik menghadap putrinya yang manja.
Dirinya terkekeh pelan melihat kebiasaan sang anak ketika sedang kesal. Putrinya yang satu ini memang menggemaskan."Kamu itu Fay, Fay, udah sana sekarang kamu mandi dulu terus sarapan bareng." Titah sang mama.
"Hmmm. Oh iya ma, papa mana kok nggak keliatan?"
"Papamu tadi lagi ke halaman belakang, katanya mau liat masih ada lokasi lebih ngga buat bangun ruangan lagi,"
"Lah mau ngapain bangun lagi ma? Yang tinggal di sini aja cuma 5 orang. Itupun yang 2 mang sama bibi." Heran Fay
Ya iyalah heran. "Rumah udah minimalis gini mau dibangun apa lagi coba? Ada-ada aja bokap gue," Batin Fay.
Jeenan Family tuh terkenal keluarga yang harmonis dan sederhana. Mereka sangat merakyat dan dermawan - Fyi from author.
"Itukan masih rencana. Udah sana Fay. Oh iya nanti setelah sarapan ada yang mau Papa sama Mama omongin ke kamu," Ucap sang Mama membuat Fay merasakan tanda-tanda sesuatu yang tidak mengenakkan.
"Duh kok perasaan gue nggak enak ya... Apanih yang mau diomongin? Semoga ngga aneh," Batin Fay
"Ya udah Ma, Fay, ke atas dulu ya," Pamit Fay menuju kamarnya yang berbeda di lantai atas.
•••••
Kini Jeenan Family sudah menyelesaikan sarapan paginya. Mereka masih bekum beranjak dari duduknya.
"Oh iya, Pa, kata Mama tadi ada yang mau diomongin setelah sarapan?"
Akhirnya Fay yang terlebih dahulu membuka suara karena memang sudah sangat penasaran sejak tadi.
"Fay, kamu udah besar kan sekarang? Kamu juga anak yang pasti nurut sama keluarga. Apalagi sama kakek kan?" Ucap sang Papa yang malah membuat Fay semakin kebingungan.
"Sebenarnya ada apa sih Pa, Ma? Kok bawa-bawa Kakek. Meskipun Kakek udah ngga ada, tapi aku ngga bakal bisa lupain kok," Fay itu anak yang sangat dekat dengan Kakeknya.
Tepatnya saat 2 tahun yang lalu, sekitar kelas 3 SMP, saat mendengar kabar Kakeknya meninggal, Fay shock berat dan pingsan.
"Sebelumnya mama sama papa mau minta maaf dulu ke kamu Fay. Mama sebenarnya juga ngga mau merebut masa-masa remaja kamu," Mama Fay menyampaikan hal tersebut dengan raut wajah sedih dan merasa kasihan kepada putri tunggalnya.
Fay masih diam mendengarkan menunggu ucapan kedua orang tuanya selanjutnya.
"Fay kamu akan kami jodohkan."
Beberapa kata yang baru saja diucapkan Papa, membuat Fay terpenjat seketika. Bagaikan tersambar petir di siang bolong, tak ada angin dan hujan dirinya akan dijodohkan?!
Fay tersedak ludahnya sendiri.
"HAH! Dijodohin?!"
"Kok dijodohin, masih kelas 2 SMA loh?!"
Fay tentu saja tidak mau. Dirinya ingin fokus bersekolah dan meneruskan impiannya untuk bisa masuk ke Stanford University.
"Maafin kami Fay, kita dengerin penjelasan Papa dulu ya?" Mama beralih duduk di samping, kemudian memeluknya.
"Tapi aku nggak mau, Ma," Lirih Fay sambil menunduk.
"Fay sebenarnya ini permintaan Kakek. Kakek berpesan supaya menjodohkan kamu sama anaknya temen papa."
"Dulu waktu Papa kuliah di Jerman ada satu temen Papa yang deket. Dia sering banget main. Dan, karena dulu Kakek juga tinggal di sana sambil mengurus bisnis, temen Papa sampai dianggap anak sendiri sama Kakek mu. Temen Papa ayahnya udah meninggal, mereka jadi tambah deket banget."
"Suatu saat Kakek bilang sama temen Papa, kalau misal punya anak yang lawan jenis sama Papa, harus dijodohkan. Awalnya, Papa kira bercanda, tapi pas Kakek di rumah sakit, bilang lagi ke Papa mau ketemu. Karena temen Papa juga menganggap Kakek, Ayahnya sendiri, dan dulu pernah dibiayai kuliah sampai semester akhir, dia bilang iya mau demi Kakek."
"Kebetulan sekali anaknya dia laki-laki Fay. Ya sudah, sekarang udah waktunya, jadi Mama sama Papa bilang ke kamu."
"Kami harap, kamu mau mengabulkan permohonan terakhir Kakek, tapi kalau nggak mau, kami nggak bisa memaksa. Jadi, sekarang keputusannya ada di kamu Fay," Imbuh sang mama.
Awalnya, Fay merasa ini sangat tidak adil, tetapi setelah mendengarkan bahwa itu adalah permintaan Kakeknya, dirinya menjadi bimbang.
Di satu sisi, dia sangat menyayangi Kakeknya sekaligus ingin membahagiakan orang tuanya. Namun, di sisi lain, Fay tidak mau kehilangan masa depannya secepat ini.
Akhirnya, Fay mengangguk pelan, mengiyakan permintaan kakeknya.
"Iya, Pa, Fay mau," Jawabnya lirih, nada bicaranya penuh keraguan.
"Kamu beneran mau sayang? Kami ngga memaksa kok," Kata sang Mama.
"Iya, Fay mau, Ma. Demi Kakek sama kalian berdua."
"Makasih, Fay," Ucap Mama sambil memeluknya. Dia juga tau, pasti sangat berat untuk mengambil keputusan ini.
TBC.
Thanks udah mampir 🙏
Vote and stay tune for next chapter guysUntuk penulisan kata-katanya, gimana menurut para readers?
Kalau ada typo tandain ya....
Kalau ada kalimat yang membingungkan atau berbelit-belit, tolong kasih tau juga 🙏Next ???
Senin, 20 Januari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
AGHAVAN
Teen Fiction⚠️ HANYA FIKTIF BELAKA ⚠️ Aghavan Kent Patra, atau lebih terkenal dengan panggilan Agha. Seorang ketua geng motor OMORFOS dengan kepribadian dingin dan cuek hanya dengan orang luar. Bersama dengan keempat inti geng sekaligus most wanted para kaum wa...