6. SEMOGA TENANG~

2.3K 53 0
                                    

Vote and comment

Happy reading 🌈🍭


Setelah acara melayat dirumah, tepat pukul 15.00 jenazah Bunda Arin dipusarakan di tempat terakhirnya.

Biasanya orang meninggal dibawa ke TPU hanya diiringi keluarga dan kerabat terdekat. Beda lagi, Almh. Bunda Arin dikawal oleh ± 150 motor dan 10 mobil. Selain dari keluarga dan beberapa kolega bisnis, sebagian besarnya ialah dari anggota Omorfos.

Setelah mendapat kabar kematian bunda dari bosnya, mereka langsung bersiap menuju ke rumah Agha. Bahkan yang dari luar kota sekalipun menyempatkan datang.

Orang-orang yang depan rumahnya dilewati pun terkejut. Bisa dibayangkan bagaimana penuhnya pemakaman tersebut.

"Gha, gue mewakili Omorfos yang hadir di sini turut berdukacita atas meninggalnya Bunda Arin. Semoga Bunda, dilapangkan kuburnya dan diampuni dosa-dosanya." Ucap Natha dengan menepuk punggung bosnya. Dirinya ikut berjongkok di samping Agha yang sedang menaburkan bunga.

Seseorang yang memakai kacamata hitam tersebut menoleh.

"Iya, thanks Nath,"

" Gue juga turut berbelasungkawa, bos. Yang ikhlas, insyaallah ada penggantinya kok..." Ucapan tersebut berasal dari Jiro yang berada di belakang.

PLAKKK

"Stttt. Ngga tau situasi banget lo," Kesal Elard sambil menggeplak kepala Jiro.

Jiro meringis pelan dan mengusap kepala yang tadi digeplak.
" He...he...he... Kan biar ngga sedih-sedih amat El,"

"Makasih buat yang hadir. Gue nggak papa. Kalian boleh pulang sekarang," Tutur Agha. Ia berdiri dan menghadap semua anggotanya yang hadir.

Meskipun bilangnya 'Gue nggak papa', anak-anak Omorfos paham. Karena, Agha tidak ingin memperlihatkan jiwa lemahnya. Bosnya satu ini, memang harus stay datar.

" Ya udah, kita pamit pulang Gha. Baik-baik. Kalo butuh apa-apa, ada kita yang siap buat lo," Ujar Owen, dibarengi salaman ala cowok-cowok.

Satu persatu, anak Omorfos berpamitan dan mulai meninggalkan TPU tersebut.

Fay. Dimana keberadaan Fay sedari tadi?
Saat di kediaman Agha, ia terus berada dibalik mamanya. Sekarang ia bersembunyi di dalam mobil yang tadi digunakan kemari. Katanya biar temen-temen nggak ada yang tau. Apa kata lambe turah SMA N Sastra Bangsa. Jadi bulan-bulanan fans Agha.

Setelah anak Omorfos pergi, Fay berjalan ke Agha yang kembali berjongkok di samping makam sang ibunda.

Hanya tinggal mereka berdua di sini. Kenapa? Karena Agha belum mau pulang. Sebenarnya sedari setengah jam yang lalu sudah selesai. Fay tadinya ingin ikut mama dan papanya pulang, tapi mamanya langsung mengomel. Sekarang ia sedang kebingungan, bagaimana nanti pulangnya?

"Kak..." Nada bicara Fay sangat hati-hati. Kini Fay jongkok di samping Agha. Fay memainkan ujung kerudung yang dipakai, saking gugupnya.

"Hmm,"

"Gue turut berdukacita atas meninggalnya bunda. Semoga bunda tenang di sana. Lo harus kuat kak, demi masa depan lo," Tangan Fay refleks menepuk-nepuk punggung Agha.

Agha menoleh. Hal itu menyadarkan Fay. Dengan segera tangannya di tarik.

"Aduhhhh, ngapain sih ni tangan. Malu kann," Rutuk Fay sadar yang ia buat.

"E - ehh, sorry-sorry kak. Reflek tadi." Fay langsung memalingkan muka sambil menyembunyikan tangannya.

Agha hanya diam. Tiba-tiba...

AGHAVAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang