20. PENUH MAKNA

1.5K 38 4
                                    

Happy reading 🌈🍭

"Rumah Ayah, selalu bagus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rumah Ayah, selalu bagus." Gumam Fay begitu menapaki anak tangga, menuju ke pintu utama.

Pujian macam apa itu, membuat Aghavan menyerit heran.

"Kenapa? Kepengin?" Tanyanya, mendahului Fay dengan tangan penuh belanjaan.

"Hah? Ish! Apaan sih," Balas Fay tak mengerti.

Aghavan berlalu, memencet tombol bel rumahnya. Anehkan? Padahal rumah sendiri.

"Kepengin bilang," Kata Aghavan sembari menyodorkan tas belanjaan.

Fay menerima uluran sebagian kantong plastik yang berisi buah-buahan. Hampir saja, semuanya jatuh mengenaskan, hanya Aghavan. Celetukan orang kaya emang beda, serasa rahang mau copot ke bawah.

"Gue mampu beliin,"

Cklek

Pintu perlahan terbuka, hendak menampakkan pemiliknya.
"Siapa ya?" Tanya seseorang dari dalam, belum melihat keduanya.

"Eh, tuan muda sama nyonya muda, silahkan." Ternyata itu bibi yang membukakan pintu. Bibi tersebut membungkukkan badannya, tanda hormat.

"Ayah sama Kyra, di mana?" Aghavan melangkah masuk, di susul Fay di belakang yang tersenyum ramah pada bibi.

"Tuan besar tadi keluar sama nona Kyra. Mungkin sekitar setengah jam yang lalu, tuan." Jawab Bibi segan.

Lantas Aghavan mengangguk singkat, kemudian memberikan kantong belanja kepada Bibi tanpa sepatah kata pun. Setelahnya ia hendak berlalu.

"Tunggu." Tahan Fay, menarik lengan Aghavan.

"Apa?" Aghavan mengangkat sebelah alisnya, bertanya.

"Ck, ngga sopan. Bilang dulu kek ke bibi, jangan langsung kasih aja."

Merasa tidak enak, Fay segera meminta maaf pada bibi tersebut.

"Maaf ya, Bi. Udah kebiasaan gitu ya?"

Bibi di sana terlihat kaget, mendengar permintaan maaf tersebut. Tuan mudanya sejak dulu memang dingin, dan bibi sudah terbiasa.

Namun, bukan itu yang mengejutkan. Ada rasa lega dan haru yang bercampur bahwa tuan mudanya mendapatkan pendamping yang baik dan sopan, sebagai pengganti nyonya besar.

"Bi?" Tanya Fay melihat bibi tersebut yang malah terlihat melamun.

Tak ingin mendapatkan masalah akibat kelalaiannya sendiri, bibi tersebut cepat-cepat meminta maaf begitu tersadar. Bahkan tangannya terkatup memohon.
"Eh, aduh maafin Saya nyonya, maaf."

AGHAVAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang