27. WHAT SHOULD THEY DO?

1.5K 29 4
                                    

Warning : Banyak tindakan kekerasan, umpatan, dan harsh words di chapter ini yang tidak baik untuk ditiru

Tolong kesadarannya, bahwa ini hanya di dunia fiksi yaa, cinghudeul!

Happy reading 🌈🍭

"Mau lo apa anjing! Banyak omong!"

Masih dengan menodongkan pistol, Bagas memerintahkan anak buahnya untuk mengambil sesuatu di dalam mobilnya.

Aghavan mengepalkan tangannya semakin kuat, "Jangan sekalipun tangan kotor lo, nyentuh. Atau lo tau akibatnya!"

"Bacot lo!" Bagas menerima barang tersebut, yang ternyata adalah whiskey, sebuah alkohol berkadar tinggi, menggunakan satu tangannya lagi.

"Turutin mau gue, atau kita habisin malam yang indah ini, cantik," ujar Bagas kepada Fay yang semakin ketakutan.

Fay hanya bisa menggelengkan kepalanya, berulang kali. Tatapannya selalu mengarah kepada Aghavan, menyiratkan bahwa dirinya ketakutan dan tidak mau menuruti perkataan orang di dekatnya itu.

"Cepet!" Bagas semakin mendesak, agar Fay segera meminumnya.

Fay lagi-lagi menggelengkan kepalanya dan memberontak lebih kuat. "Lepasin gue!"

"Kak, gue ngga mau," ujarnya kepada Aghavan.

"Shut the fuck up!" Bagas menyentak Fay. Dia memerintahkan anggotanya untuk menjagalnya dan segera melakukan yang dia mau.

Memang bejat! Dan di sini Aghavan tak bisa berkutik, karena pistol yang dibawa Bagas.

"Lo diem atau gue bunuh. Tell me your choice, jerk!"

Aghavan mengerang frustasi. Dia merasa sangat bodoh sekarang ini. Bagaimana bisa? Orang yang harusnya dia lindungi, malah mendapatkan perlakuan keras, dan itu di depan matanya sendiri.

Melihat Fay yang kini sedang meminum- minuman jahanam, dengan segera Aghavan mencoba mencari celah.

Bugh

Aghavan menyerang Bagas, dengan mengarahkan kakinya ke arah pistol. Dan nice shot! Pistolnya terlempar jauh dari jangkauan.

Bugh

Srek

Tinjuan dan tendangan, terus Aghavan luncurkan. Dia membabi buta, bahkan berharap orang di depannya mati.

Bugh

Bugh

Bugh

"Jerk always jerk!"

Bagas terpental jauh. Dia jatuh terlentang dengan muka yang mengeluarkan darah karena tinjuan Aghavan.

"And jerk born to be a dog!" Aghavan mendekat ke arah Bagas. Dia mengangkat kakinya dan mengarahkan ke perut Bagas, kemudian ditekan dengan kakinya, hingga Bagas terbatuk-batuk.

Setelahnya, Aghavan beralih kepada Fay, kemudian menghajar anak buah Bagas lainnya. Sungguh, sekarang empat lawan satu.

"FAY TAHAN!" teriak Aghavan pada Fay yang terjatuh dan lemas. Mungkin efek karena tidak biasa minum. Eh, sekalinya minum langsung berkadar tinggi.

Di saat itu juga, tak lama kemudian datang Natha yang masih memakai setelan Jas. Baru disusul inti Omorfos yang lainnya.

Natha menepuk pundak Aghavan dari belakang. "Lo fokus ke Fay aja. Ini biar kita yang ngurusin."

Aghavan sepertinya tidak mau berhenti, meskipun sudah ada inti Omorfos yang membantu. Dia kepalang marah dan tidak terima.

"WOY GHA! BERHENTI!"

Aghavan menepis kasar halauan dari teman-temannya itu. "BRENGSEK! MATI SEKALIAN LO!" teriaknya masih terus memukuli.

"Lo kagak mikir apa gimana?! Liatin Fay sekarang, anjing?!" kata Jiro, ikut marah.

Barulah Aghavan berhenti dan berlari ke arah Fay yang sudah hampir pingsan. Dia membawa Fay ke pangkuannya.

"Fay, Fay!" Aghavan menepuk pipi Fay beberapa kali, guna menyadarkan. Aghavan terlihat sangat khawatir.

Fay bergerak gusar. Dia meraih jas yang digunakan oleh Aghavan.

"Kak ... Esh ... ," ringisnya tertahan.

Aghavan mempererat setengah pelukannya. "Hm, iya kenapa, Fay?"

"Kok g-gue panas banget," ujar Fay dengan terbata-bata.

"Sialan!" Aghavan sekarang baru menyadari. Selain berkadar tinggi ternyata sudah dicampur dengan obat lain.

Mendengar pengakuan dari Fay, spontan Aghavan menggretakan gigi-giginya, marah. Dengan segera, dia menggendong Fay ala bridal style menuju mobilnya.

"P-panas," racaunya terus menerus.

Tanpa mempedulikan teman-temannya yang mengurusi Bagas dan komplotannya, Aghavan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju hotel terdekat.

Dia terpaksa, karena jarak tempuh ke apartemennya masih 30 menit. Itu sangat tidak memungkinkan.

Sesampainya, di sana dia langsung menuju kamarnya. Aghavan kemudian meletakkan Fay di ranjang hotel tersebut.

Penampilan Fay semakin tidak karuan. Rambutnya berantakan, matanya yang sembab, dan tangannya yang hendak membuka bajunya sendiri.

Sebelumnya, Aghavan telah meminta juga agar dibawakan sebuah air dingin kepada resepsionis di depan. "Nih, minum dulu."

"Ngga bisa, masih panas. AC-nya nyala ngga sih!" kata Fay tak sabaran.

Melihat respon Fay, Aghavan mengacak rambutnya frustasi. Setelahnya, dia mendekat ke arah Fay.

"Lo mau, panasnya sembuh?"

Fay hanya mengangguk-angguk, sembari menggenggam tangan Aghavan.

"Gimana, Kak? Buruan," Dia terus meracau dan semakin menggila.

"Oke, kalo itu mau lo," gumamnya, sembari menatap manik mata Fay dalam-dalam.

"Semoga lo siap dengan konsekuensi ke depannya, Fay," ucap Aghavan dalam batin.

Akhirnya, mereka berdua benar-benar melakukannya.

Selebihnya, hanya mereka berdua dan pikiran warga dunia orange yang tahu.

Tapi kalau dilogika, siapa yang tahan dalam kondisi demikian?

TBC.

Hayolo, mikir apa???

Nb. Ini fiksi! Jgn dianggap serius! Cuma tuntutan alur!

Tolongg yaa!

Wkwk

Introspeksi diri sendiri aja ya teman-teman, wkwk.

Btw, happy new year semuanya! Mari melangkah dengan penuh keyakinan dan kekuatan untuk tahun 2024, love!💌🦋

31 Desember 2023

AGHAVAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang