17. RENCANA

1.4K 41 2
                                    

Happy reading 🌈🍭

Matahari semakin meninggi, menuju puncak cakrawala. Kondisi rumah sepasang manusia tersebut terlihat sepi. Hari ini hari libur karena tanggal merah, berkaitan dengan cuti hari besar beragama.

"Nonya, sudah sarapan belum?" Tanya Bi Miah kepada nyonya muda nya yang baru saja selesai menyirami bunga.

"Aku udah ko, Bi."

"Oh iya, Bibi mah selalu panggil Fay nyonya. Padahal masih SMA lho, muda banget." Ungkap Fay. Pasalnya dirinya agak gimana disebut nyonya.

"Ngga bisa, nyonya. Maafin bibi, ini sudah perintah tuan besar. Nanti kalau tuan muda denger, juga ngga enak." Kata Bi Miah.

Fay menghela nafas kecewa.
"Ya udah terserah bibi aja. Fay udah cape bilang itu terus,"

Bibi hanya bisa tersenyum melihat nyonya mudanya. Diusia muda, tuan dan nyonya mudanya harus merasakan lika liku berumah tangga. Namun, Bi Miah bersyukur, bahwa selama ini belum pernah terjadi cekcok, meskipun dua insan tersebut masih canggung dan kadang saling mendiami.

"Oh iya, tuan muda dimana nyonya? Kayanya belum kelihatan dari pagi," Tanya lagi Bibi. Memang benar, Agha sedari tadi belum terlihat.

"Ka Agha masih tidur kayanya, Bi. Soalnya, pulangnya malem banget dia." Jelas Fay duduk di kursi meja makan.

Tap

Tap

Tap

Tak lama kemudian, terdengar derap langkah dari arah tangga. Ternyata itu Aghavan, yang baru bangun tidur.

Rambut acak-acakan. Muka bareface. Kaos hitam. Dan tentu saja celana kolor hitam pendek.

"Eh, itu tuan, Nya." Kata bibi sedikit berbisik pada Fay.

Terlihat Agha yang sedang berdiri dekat dispenser kemudian meminum segelas air putih.

"Tuan, mau sarapan ngga?" Tanya bibi.

"Boleh," Jawab Agha masih dengan suara serak khas bangun tidur.

Aghavan berjalan menuju meja makan menunggu makanannya disiapkan.

"Sok atuh, Nya. Itu disiapkan buat tuan," Kata Bibi

Fay menaikkan alis bertanya pada bibi dengan wajah 'hah' nya. Bibi yang ditatap demikian, menggunakan kepala mengisyaratkan agar Fay melakukannya untuk Agha.

Fay berdiri dan mengambilkan piring serta nasi putih. Kemudian, Fay menengokkan kepalanya ke arah Aghavan,
"Lauknya mau apa?"

"Ayam kecap,"

"Udah itu aja?" Tanya Fay sembari menaruh lauknya ke piring.

"Ya,"

Kemudian, Fay memberikan piring tersebut kepada Agha.

Kring...kring...kring

Suara lamat-lamat dering telepon terdengar dari arah kamar.

AGHAVAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang