Happy reading 🌈🍭
"Udah packing?" Basa-basi Agha. Sebenarnya malas untuk sekedar bertanya.
"Hhhhhh" Tawa Fay sendirian.
"Ck." Agha berdecak sebal.
Agha merampas ponsel Fay. Membuat sang empu marah.
"Apa-apaan sih lo! Balikin sini!" Kata Fay sambil berusaha merebut ponselnya.
"Lo denger gue tanya?" Tanya balik Agha. Tangan kanan menyetir dan tangan kiri memegang ponsel Fay.
"Emang lo tanya? Bodo amat sih," Fay menjawab dengan lagak songong. Inilah Fay, kadang berani kadang nggak berani sama Agha.
Ctakk
Agha menjitak kecil jidat Fay dengan ponsel Fay.
"Aduh, sakit! Lo kenapa sih?!" Sungut Fay dengan mengusap-usap jidatnya.
Fay merebut ponselnya lalu membuka kamera.
"Liat nih merah, ngomong dong! Nggak kira-kira banget sih!" Omel Fay sesekali melirik ke Agha.
Tangan kiri Agah memegang ubun-ubun Fay dan menengokkan ke arahnya.
"Dengerin makanya." Kata Agha sedikit lembut. Kemudian Agha menepuk kecil ubun-ubun Fay dua kali.
Setelahnya Agha kembali fokus menyetir. Tak tahu saja, hati Fay sedang berdebar-debar akibat ulahnya. Fay juga memegang ubun-ubunnya sendiri. Namun dengan segera, Fay menormalkan detak jantungnya.
"E-emang lo tanya apa?" Tanya Fay cepat tanpa memandang Agha.
"Hufttt. Udah packing?" Agha menghela nafas kasar. Dirinya tipikal orang yang sekali tanya dijawab. Butuh extra sabar untuk menghadapi gadis disampingnya.
"Ooo, gitu kan enak tinggal tanya lagi. Udah, tapi ada barang yang mau gue tambahin lagi."
Agha kembali diuji kesabarannya akibat kata-kata cewek satu ini. Kalau saja bukan wasiat hmmm...
Sekarang mereka berdua sudah sampai di rumah Fay. Mereka berdua berjalan masuk ke rumah Fay.
Fay langsung menyelonong ke kamarnya tanpa mengucap apapun. Padahal ada mama dan papanya yang sedang berada di ruang keluarga sambil menonton TV. Maklum, anak cuma 1 udah punya suami sih.
"Fay!" Panggil mama yang tidak disahuti pemilik nama tersebut.
"Dasar anak itu ya. Tuh liat anak kamu pa!" Ucap mama sambil mendelik ke arah papa.
"Apa sih ma. Anak kita yang bener," Sabar papa.
"Kaya kamu waktu SMA tau nggak!" Kata mama sambil bersedekap dada.
"Siapa dulu papanya. Gitu-gitu kamu juga suka kan?" Goda papa sambil mencolek dagu mama.
Mama Gina tersenyum malu.
Mungkin mereka belum menyadari ada Agha yang memperhatikan dari pintu utama. Agha hanya memutar bola matanya. Batinnya berkata jika semua orang zaman sekarang sama saja.
"Ekhm! Assalamualaikum," Salam Agha.
"Waalaikumsalam. Eh, menantu. Sini boy." Sahut papa melihat menantunya datang.
Agha mendekat dan duduk di sofa single yang ada.
"Loh, sama kamu Gha?" Tanya mama.
"Iya ma,"
"Emm. Oh iya, lupa kalau Fay udah punya suami, Gha," Kata mama sambil tertawa kecil.
Agha membalasnya dengan tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGHAVAN
Teen Fiction⚠️ HANYA FIKTIF BELAKA ⚠️ Aghavan Kent Patra, atau lebih terkenal dengan panggilan Agha. Seorang ketua geng motor OMORFOS dengan kepribadian dingin dan cuek hanya dengan orang luar. Bersama dengan keempat inti geng sekaligus most wanted para kaum wa...