29. LIFE : TAU 1

1.4K 22 3
                                    

Happy reading 🌈🍭

"Makan," ucapnya sambil menyodorkan sebuah piring.

"Hah?" kagetnya, ditambah dengan meja khusus makan yang diletakkan di depannya.

Dia, Aghavan, setahu Fay belum lama, entah menelpon siapa melalui telepon khusus di kamar tersebut.

Tak lama kemudian, terdengar ketukan pintu dan Aghavan yang membukanya. Ternyata, dia memesan makanan khas hotel untuk dirinya.

"Cepetan," ucap Aghavan lagi, sembari mendudukkan dirinya di sofa yang ada di sana.

Aghavan memfokuskan diri pada gadgetnya. Meninjau beberapa pekerjaannya.

Ya, Fay telah berganti mandi dan berganti pakaian baru, yang Aghavan berikan tadi. Sepertinya, sih baru. Karena masih berlabel dan dibungkus pada sebuah paperbag.

Eits, tidak semudah yang dibayangkan. Dengan segala kekikukan dan kecanggungan yang terus melanda mereka berdua. Seolah-olah ada pembatas lebih tebal.

Buktinya, mereka, sebenarnya hanya Fay saja, mungkin. Terlihat begitu kaku dan malu. Kalau Aghavan sih, seperti tidak terjadi apa pun.

"Halo," kata Aghavan di seberang, membuat Fay turut menolehkan kepalanya.

"Hm. P's home."

Ah, Fay jadi teringat, ini adalah salah satu hotel VVIP milik keluarga Patra juga. Lantas, siapa dan mengapa yang bertanya di mana mereka berada?

Tak lama setelahnya, percakapan tersebut telah selesai bersamaan Aghavan yang menengok ke arahnya.

•••••

Cit!

Aghavan spontan menginjak tuas rem dengan keras. "Anjing!" umpatnya juga.

"Aduh!" keluh Fay saat itu, kepalanya ikut terkantuk ke dashboard.

Dia menurunkan kaca mobilnya, memberi peringatan tajam kepada seseorang yang mengucap salam ala Upin & Ipin.

"Assalamu'alaikum!" sembari mengerubungi di antara dekat-dekat pintu mobil.

"Selamat sore, Bos," sapa Jiro dengan ceria, begitu kaca mobil tersebut mulai turun.

"Ngapain lo, pada kesini."

"Karena kita-kita nih baik, makanya disamperin elah," Jiro mengangkat seplastik jajanan tinggi-tinggi. "Nih buat, Neng Fay."

Fay tersenyum manis dengan tatapan berbinar, "Wah, makasih, Kak."

Jiro mengulurkan plastik jajan tersebut, melalui kaca mobil di sisi Aghavan dan memberikannya kepada Fay.

Tentu saja, Aghavan menatap tajam interaksi tersebut. Matanya mengikuti segala gerak-gerik mereka berdua.

"Minggir!" ucap Aghavan pada Jiro. Tak lupa dengan nada ketus-nya.

"Eh, iya-iya," Jiro menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari menyengir. Dia sudah tahu resiko sebenarnya.

Tak lama setelahnya, Aghavan langsung menutup kaca mobilnya kemudian, menginjak gas pada mobilnya, sampai meninggalkan kepulan asap.

"YEU! KITE SUSULIN LU, BOS!" teriak Jiro. Tangannya ikut melambai-lambai.

"Susah emang kalo mulai bucin. Gengsi di tinggiin," ujar Owen, yang tiba-tiba sudah berada di samping Jiro. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, sudah tak heran.

"Aghavan mana?" Tanya Natha.

"Ntuh, udah cabut," Jiro mengisyaratkan dengan dagunya. "Yok, susulin."

Natha menepuk pundak Jiro, "Kebanyakan gaya lo," baru setelahnya, melangkah ke arah motornya.

•••••

"Assalamualaikum," ucap Shena dan Winola. Keduanya, sehabis kelas usai, langsung menuju ke rumah Fay yang dulu.

"Wa'alaikumsalam," jawab seorang perempuan dari dalam, sembari membuka kenop pintu.

"Eh, kalian berdua. Ada apa, Nak?"

Shena dan Winola lantas bergantian untuk bersalaman dengan Mama Fay, yang mereka panggil tante.

"Ayo-ayo masuk dulu," ajak Mama Fay, membawa keduanya ke ruang tamu.

"Kalian baru pulang ya? Mau minum dulu ngga?"

"Eh, ngga usah repot-repot. Kita mau tanya keadaan Fay," jawab Winola.

"Fay nya kemana, tante? Kok ngga berangkat sekolah?" tanya Shena ramah.

Mama Fay menyerit sebelum kembali bersuara, "Lho emang ngga berangkat?"

Shena dan Winola sontak bertatapan. Bingung dengan kondisinya, kemudian tak ayal mereka menggeleng kompak.

"Mohon maaf sebelumnya, tante."

Shena diam sejenak, memilah kata yang tepat untuk disampaikan. "Kok tante keliatan kaya kaget. Fay-nya di rumah kan?"

Lagi, mereka berdua kembali bertatapan sama bingungnya, ketika melihat reaksi ibu dari temannya itu. Mama Fay justru tersenyum lembut.

"Aghavan berangkat ngga?"

"H-hah? Gimana, tante?" tanya Shena ulang. Merasa janggal, karena menyambung ke orang lain. Dalam benaknya pun bertanya, kok Mama Fay tahu Aghavan.

Bukan jawaban hanya gelengan singkat yang Shena dapat. "Jadi kalian belum dikasih tahu?" ujarnya masih dengan senyuman.

"Dikasih tau soal apa, ya?" bingung Shena.

"Abis ini, coba kalian main deh ke apartemen di daerah Kembang Juli. Fay disana."

"Sebenarnya, ada apa? Kita sama sekali ngga tau apapun."

•••••

"Ini bener alamat apartemen-nya kan?" tanya Shena kepada Winola.

"Iya, bener."

"Lo denger ngga sih? Kok kaya rame-rame di dalem."

"Udah coba dulu," kata Winola, tangannya memencet tombol bel.

Beberapa saat kemudian, pintu tersebut mulai terbuka. Menampakkan sosok Aghavan dengan tampilan khas rumahan.

Shena menutup mulutnya tak percaya. Matanya ikut membelalak karena terkejut. "Jadi bener di sini."

TBC.

coming back, wkwk

gmn kabar kalian,

after valentine + pemilu(?)

17 Februari 2024

AGHAVAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang